Selasa, 11 Januari 2011

Mutiara karya Syeikh Abdul Qadir Jailani,-ke 14

Risalah ke Enam Puluh Satu
Ia bertutur:

Setiap mukmin ragu dan waspada di kala menerima sesuatu, hingga hukum membolehkannya, sebagaimana Nabi Suci bersabda:

"Sesungguhnya, si mukmin itu waspada, sedang si munafik menyambar (segala yang datang kepadanya)."

"Seorang mukmin ragu-ragu, campakkanlah segala penyebab keragu-raguan, dan ambillah segala yang tak menimbulakan keragu-raguan."

Seorang mukmin ragu-ragu terhadap segala makanan, minuman, busana, perkawinan dan segala hal, sebelum dikukuhkan oleh hukum, bila ia saleh; dikukuhkan oleh perintah batin, bila ia seorang wali; dikukuhkan oleh ma'rifat, bila ia seorang badal dan ghauts; dikukuhkan oleh tindakan-Nya, bila ia dalam keadaan fana.

Lalu datanglah keadaan, yang di dalamnya didapat segala yang datang kepada orang, perintah batin atau ma'rifat; tapi bila hal-hal ini bertentangan dengan keadaan sebelumnya, yang di dalamnya berkuasa keragu-raguan dan pemudahan, sedang pada keadaan kedua, berkuasa penerimaan dan penggunaan hal-hal yang dibutuhkan.

Datanglah keadaan ketiga, yang di dalamnya penerimaandan penggunaan hal-hal yang dibutuhkan menjadi rahmat. Inilah hakikat ka-fana-an. Pada keadaan ini, sang mukmin menjadi kebal terhadap segala bencana dan pelanggaran hukum, dan segala kejahatan terjauhkan darinya, sebagaimana Allah yang Mahamulia berfirman:

"Demikianlah, agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian; sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba pilihan Kami." (QS 12:24)

Maka sang hamba menjadi terlindung dari segala pelanggaran hukum. Segala yang datang kepadanya telah terbersihkan dari segala kesulitan di dunia dan akhirat, dan demikian selaras dengan kehendak dan ridha-Nya. Tiada keadaan melebihi ini. Inilah tujuannya. Inilah yang dimaksudkan bagi kepala-kepala para wali besar, yang tersucikan, yang memiliki hikmah - orang yang telah mencapai ambang pintu kenabian.

Risalah ke Enam Puluh Dua
Ia bertutur:

Sungguh aneh, kenapa sering berkata, si fulan dekat kepada Allah, si fulan teranugerahi, si fulan menjadi kaya, si fulan menjadi miskin, si fulan senantiasa sehat, si fulan sakit, si fulan mulia, si fulan hina, si fulan terpuji, si fulan tercela, si fulan terpercaya dan si fulan tak bisa dipercaya! 

Tidakkah kau tahu, bahwa Dia Esa, yang mencintai keesaan, dan mencintai yang hanya mencintai-Nya? Jika Dia mendekatkanmu kepada-Nya melalui selain Diri-Nya, cintamu kepada-Nya menjadi tak benar dan sia-sia. Akibatnya, cinta kepada-Nya melalui di dalam hatimu menjadi rusak. 

Maka Dia menahan tangan orang lain dari membantumu, dan lida mereka dari memujimu, dan kaki mereka dari mengunjungimu, agar mereka tak memalingkanmu dari-Nya. Sudah dengarkah kamu sabda Nabi Suci saw?

Hati mencintai yang berbuat kebaikan, dan benci kepada yang berbuat keburukan.

Maka Dia tahan orang dari berbuat kebaikan kepadamu, hingga kausadari keesaan-Nya, mencintai-Nya dan sepenuhnya menjadi milik-Nya, sehingga kau tak melihat kebaikan, kecuali yang berasal dari-Nya, kau lepas dari ciptaan, kedirian dan dari segala selain Allah.

Melimpahlah karunia dan pujian kepadamu, hingga kau termuliakan di dunia dan di akhirat.

Janganlah berburuk-laku: Lihatlah yang melihatmu, perhatikan yang memperhatikanmu, cintailah yang mencintaimu, ulurkanlah tanganmu kepada yang menjagamu dari kejatuhan, yang mengeluarkanmudari kegelapan kejahilanmu, yang menyelamatkanmu dari kehancuran, yang mensucikanmu dari noda dan kekejian, yang akan melepaskanmu dari kebusukan iri, dari kedirian, dan teman-teman sesatmu, dari penggalang jalan menuju Allah, dan dari segala yang hina dan mempesona.

Berapa lama kau 'kan jijik dengan hewanimu, ciptaan, ketakpatuhan, dunia, kehidupan setelah mati, dan segala selain Allah; Kenapa kau begitu jauh dari sang Pencipta segalanya, yang telah memaujudkan segalanya, yang awal dan yang akhir, tempat, kembali, yang milik-Nyalah hati dan kesenangan jiwa, yang memberi karunia?

Risalah ke Enam Puluh Tiga
Ia bertutur:

Kuberkata dalam mimpi: "Wahai yang menyekutukan Tuhan di dalam benak dengan diri sendiri, dalam sikap lahiriah dengan ciptaan-Nya, dan dalam tindakan dengan kedirian!" Bertanyalah seorang di sampingku, "Pernyataan apakah ini?" "Itulah suatu pengetahuan ruhani," jawabku.

Risalah ke Enam Puluh Empat

Ia bertutur:

Suatu hari, suatu masalah mengusik benakku Jiwaku tertekan. Kuberkata: "Aku menginginkan kematian, yang di dalamnya tiada kehidupan, dan kehidupan, yang di dalamnya tiada kematian."

Aku ditanya, kematian apakah yang di dalamnya tiada kehidupan, dan kehidupan apakah yang didalamnya tiada kematian yang tiada memiliki kehidupan ialah kematianku dari sesamaku, sehingga aku tak melihat manfaat dan mudharat mereka, dan kematianku dari diriku, dari keinginanku, dari tujuanku di dalam kehidupan duniawi dan kehidupan setelah matiku, sehingga aku tak berada di dalam kehidupan setelah matiku, sehingga aku tak berada di dalam ini semua. 

Kehidupan yang tak memiliki kematian ialah kehidupanku dengan kehendak-Nya, sehingga aku tak maujud di dalamnya, dan kematianku di dalamnya ialah kemaujudanku dengan-Nya.

Karena aku telah mengerti, maka hal ini telah menjadi tujuan paling muliaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar