Selasa, 11 Januari 2011

Mutiara karya Syeikh Abdul Qadir Jailani,-ke 15

Risalah ke Enam Puluh Lima

Ia bertutur:

Kenapa marah kepada Tuhan, karena doa-doa belum diterima? Kau bilang bahwa tak boleh meminta kepada orang, dan diperintahkan meminta kepada-Nya, tapi permohonanmu kepada-Nya tak dikabulkan-Nya. Jawabku: Bebas atau terikatkah engkau? Jika kau berkata bahwa kau seorang bebas, berarti kau tidak beriman. 

Jika kau bilang bahwa kau seorang budak, kubertanya, salahkah Tuhan menunda penerimaan doamu. Ragukah kau akan kearifan dan kasih-Nya kepadamu dan kepada seluruh ciptaan, dan akan pengetahuan-Nya tentang segala hal mereka? Kau salahkankah Dia? Jika kau tak menyalahkan-Nya dan menerima kearifan-Nya dalam menangguhkan penerimaan doamu, maka wajib bagimu bersyukur kepada-Nya, sebab Ia telah memilihkan yang terbaik bagimu. 

Jika kau salahkan Dia, berarti kau tak beriman, sebab kau menisbahkan kepada-Nya ketak-adilan, dan mustahil Dia tak adil. Ingat, Dia adalah Pemilikmu, Pemilik segalanya. Sang pemilik berkuasa penuh atas milik-Nya. Maka "Ketak-adilan" tak layak bagi-Nya. Sebab ketak-adilan ialah keikut-campuran dalam milikan orang lain, tanpa seizin pemiliknya.

Nah, jangan kesal terhadap-Nya, karena kehendak-Nya yang mewujud melaluimu meski tak kau sukai dan, secara lahiriah, merugikanmu, maka wajib bagimu bersyukur, bersabar, ridha kepada-Nya, dan mencampakkan kekesalan dan ketak-patuhan benak dan kedirianmu - hal-hal yang akan menyesatkanmu dari jalan Allah. 

Wajib pula bagimu senantiasa berdoa, berbaik sangka terhadap-Nya, menanti saat-saat yang baik, yakin akan janji-Nya, menunjukkan sikap baik terhadap-Nya, bersesuaian dengan perintah-Nya, senantiasa mengesakan-Nya, segera melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauh dari melakukan hal-hal yang dilarang-Nya.

Dan, salahkan dirimu sendiri, yang berbuat kekejian dan ketak-patuhan terhadap-Nya, hal ini lebih baik. Nisbahkanlah ketak-adilan kepada dirimu sendiri, hal ini lebih layak. Waspadalah akan keserasian dengan diri, sebab hal ini adalah musuh Allah dan kawan musuhmu, yakni si Iblis nan terlaknat.
Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah. Waspadalah, waspadalah. Kutuklah dirimu sendiri, nisbahkanlah ketak-adilan kepadanya, bacakanlah kepadanya dirman Allah:

"Adakah Allah menyiksamu, jika kamu bersyukur lagi beriman?" (QS 4:147)

"Ini dikarenakan perbuatan-perbuatanmu sebelumnya, sesungguhnya Allah adil terhadap hamba-hamba-Nya." (QS 3:181)

"Sesungguhnya Allah tak menzalimi, tapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri." (QS 10:44)

Bacakanlah bagi dirimu kata-kata ini, ayat-ayat lain Al-Quran dan sabda-sabda Nabi. Berperanglah melawan dirimu demi Allah. Jadilah komandan pasukan-Nya, sebab kedirianmu adalah musuh terbesar di antara musuh-musuh terbesar Allah.

Risalah ke Enam Puluh Enam
Ia bertutur:

Jangan berkata: "Aku tak mau memohon sesuatu kepada Allah, sebab bila yang kumohon itu telah ditentukan bagiku, tentu akan datang kepadaku, entah diminta atau tidak. Bila hal itu bukan bagianku, Dia takkan memberikannya kepadaku, walau kuminta." Jangan. Mintalah kepada-Nya segala yang kau inginkan, asalkan yang kau minta itu tak terlarang dan tak merusak, sebab Allah telah memerintahkan kita untuk memohon kepada-Nya. Dia berfirman:

"Mintalah kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan permintaanmu." (QS 40:60)

"Mintalah Kepada-Nya karunia-Nya." (QS 4:32)

Nabi bersabda:

"Mintalah kepada Allah dengan penuh keyakinan bahwa doamu diterima."

"Berdoalah kepada Allah dengan kedua tapak tanganmu."

Masih banyak sabda Nabi seperti ini. Jangna berkata: "Sesungguhnya aku telah memohon kepada-Nya, tapi Ia tak mengabulkannya, maka kutakkan lagi memohon sesuatu pun kepada-Nya." Berdoalah selalu kepada-Nya. Jika sesuatu telah ditentukan bagimu, Dia anugerahkan sesuatu itu kepadamu, setelahkau minta. 

Maka hal itu akan menambah keimananmu akan keesaan-Nya, akan menolongmu menjauh dari meminta kepada orang, kepada ciptaan, dan dari berpaling kepada-Nya dalam segala keadaan, dan menolongmu meyakini bahwa segala kebutuhanmu terpenuhi oleh-Nya.

Jika sesuatu tak ditentukan bagimu, Dia mencukupimu dan membuatmu ridha kepada-Nya, meski kau miskin dan sakit, Dia membuatmu senang dengan kesulitan yang menimpamu itu. Bila berutang, Dia buat hati si pemberi utang tersebut lembut terhadapmu, hingga kau lunasi utang itu. Bila permohonanmu tak dikabulkan di dunia ini, Dia akan memberimu di akhirat.

Dia takkan mengecewakan pendoa kepada-Nya di dunia ini dan di akhirat. Nabi bersabda bahwa si mukmin akan melihat pada catatan amalnya, pada Hari Pengadilan, amal-amal yang tak dilakukannya. "Tahukah kamu amal-amal itu?" "Aku tak tahu," jawab si mukmin.

Maka dikatakan kepadanya: "Sesungguhnya, amal-amal itu adalah balasan bagi permohonanmu di dunia, sebab dalam berdoa kepada Allah Mahakuasa lagi Mahaagung, kau senantiasa mengingat-Nya, mangesakan-Nya, menempatkan sesuatu pada tempatnya, berbuat kebajikan kepada sesamamu, tak menisbahkan daya kepada diri sendiri dan tak pongah. Semua ini menjadi amal-amal saleh, untuk itulah ada balasannya dari Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung."

Risalah ke Enam Puluh Tujuh
Ia bertutur:

Bila kau bertanya melawan dan berhasil mengatasi diri, maka Allah membangkitkannya kembali, dan ia menuntut darimu pemuasan keinginan, baik yang diharamkan maupun yang dihalalkan, hingga kau berupaya lagi mengatasi diri, sampai pahala tertulis bagimu begitu kau berupaya kembali. Inilah makna sabda Nabi saw:

"Kita telah kembali dari jihad kecil, dan menuju jihad besar."

Ia berkata bahwa kembali berupaya mengatasi diri senantiasa terjadi. Dan inilah makna firman Allah:

"Mengabdilah kepada Tuhanmu, hingga kepastian (kematian) datang kepadamu." (QS 15:99)

Allah telah memerintahkan Nabi-Nya untuk mengabdi kepada-Nya. Hal ini bertentangan dengan diri. Sebab semua pengabdian ditolak oleh dir yang menginginkan sebaliknya, hingga datang kepastian (kematian). Bila ditanya: "Bagaimana mungkin diri Nabi menolak pengabdian, padahal ia tak punya kedirian?" Allah berfirman: "Ia tak berbicara dengan kehendaknya sendiri, tapi dengan wahyu." (QS 53:84)

Ia mengalamatkan kepada nabi-Nya kata-kata ini, untuk mengukuhkan hal ini, dan berlaku pula bagi pengikut-pengikutnya, hingga hari Kiamat. Dia menganugerahi nabi-Nya daya mengatasi diri, hingga hal ini tak merugikannya, tak pula mendorongnya berupaya mengatasi diri. Inilah pembeda antara dia dan pengikut-pengikutnya. 

Bila seorang mukmin teguh dalam upaya spiritual, hingga datang kematian, dan menemui Tuhannya, dengan pedang terhunus berlumuran dara kedirian, maka Ia memberinya Surga yang dijaminkan-Nya baginya, dengan firman-Nya:

"Bagi yang takwa kepada Tuhannya, dan mencegah diri dari hawa nafsunya, maka Surgalah tempat tinggalnya." (QS 79:41)

Nah, bila Dia telah memasukkannya ke dalam surga, mka Ia menjadikan surga itu tempat tinggal, tempat beristirahat dna tempat kembalinya, yang membuatnya aman dari pemalingan kepada duniawi; dan Ia senantiasa melimpahkan baginya, dari hari ke hari dan dari jam ke jam, rizki dan akan mengaruniainya segala macam busana dan hiasan yang abadi, sebagaimana Ia memperbarui, di dalam dunia ini setiap hari setiap jam dan setiap detik, perjuangan melawan kedirian.

Sedang orang kafir, orng munfik dan pendosa, bila mereka telah berhenti berjuang melawan kedirian mereka di dunia ini, kemudian mengikuti, bersekutu dengan setan dan berbaur dengan aneka macam kekafiran, kemusyrikan dan hal-hal seperti itu sampai kematian datang kepada mereka, sebelum mereka menjalankan Islam dan bertobat, maka Allah memasukkan mereka ke dalam neraka yang disediakan bagi orang-orang kafir, sebagaimana firman-Nya:

"Peliharalah dirimu dari neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir." (QS 2:24)

Setelah Dia memasukkan mereka ke dalamnya dan menjadikannya tempat kembali dan tempat berteduh mereka, maka neraka itu membakar kulit dan daging mereka, dan Ia mengganti kulit dan daging mereka dengan yang baru, sesuai dengan firman-Nya:

"Setiap kali kulit mereka hangus, kami ganti kulit mereka dengan kulit mereka dengan kulit yang lain." (QS 4:56)

Ia, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, senantiasa memperlakukan mereka demikian, disebabkan oleh penyekutuan mereka dengan kedirian mereka sendiri, di dunia ini, dalam berbuat dosa. Penghuni-penghunineraka senantiasa berganti kulit dan daging, agar mereka tersiksa dan kesakitan. 

Sedang penghuni surga senantiasa dilimpahi rizki, agar mereka senantiasa bersyukur. Hal ini dikarenakan perjuangan mereka melawan kedirian mereka sendiri demi menyesuaikannya dengan kehendak Allah dalam kehidupan di dunia ini, dan inilah yang dimaksud dalam sabda Nabi saw:

"Dunia ini adalah tanah garapan bagi akhirat."

Risalah ke Enam Puluh Delapan
Ia bertutur:

Bila Allah mengabulkan dia hamba-Nya dan memberinya yang dimintanya, maksud-Nya sendiri, dengan demikian, tak terpatahkan dan telah diketahui-Nya sebelumnya. Tapi, doa itu sesuai dengan kehendak Allah dan terjadi pada saat yang telah ditentukan-Nya. 

Nah, diterimanya dia dan dipenuhinya kebutuhan, terjadi pada saat yang telah ditentukan, dan sesuai dengan rencana-Nya sebelumnya pada awal masa, dan yang bakal dipenuhi pada saat yang telah ditentukan. Inilah yang telah dikatakan oleh seorang alim dalam menerangkan firman-Nya:

"Setiap saat, Dia dalam kesibukan." (QS 55:29)

Ini berarti bahwa Allah mengaruniakan pada saat-saat yang telah ditentukan. Dengan demikian, Allah tak memberi seseorang sesuatu di dunia ini karena semata-mata, begitu pula Ia tak menjauhkan sesuatu darinya hanya karena doanya, dan dikatakan, Nabi saw bersabda bahwa takdir tak bisa dihindari kecuali dengan doa tertentu. 

Juga tak seorang pun masuk surga melalui kasih-sayang Allah, dan hamba-hamba Allah akan diberi kedudukan di surga sesuai dengan amal-amal mereka. Aisyah ra berkat bahwa ia bertanya kepada Nabi saw: "Akankah seseorang masuk surga hanya karena amal-amalnya? Tidak, tetapi dengan kasih-sayang Allah," jawab Nabi, sambil meletakkan tangannya di atas kepalanya.

Ia melakukan hal ini untuk menunjukkan bahwa tak seorang pun berhak menentang Allah. Juga Ia tak wajib memenuhi janji. Tapi Ia berbuat sekehendak-Nya, menyiksa yang dikehendaki-Nya, mengampuni yang dikehendaki-Nya, mengasihi yang dikehendaki-Nya dan mengaruniakan nikmat bagi yang dikehendaki-Nya, dan Ia Mahakuasa atas segalanya. 

Ia tak ditanya tentang yang dilakukan-Nya, sedang hamba-hamba-Nya akan ditanya. Ia memberikan rizki kepada yang dikehendaki-Nya, dengan karunia dan kasih-Nya, dan menahan karunia-karunia-Nya dari yang dikehendaki-Nya. Begitulah adanya, karena ciptaan, sejak dari arsy-Nya hingga dasar bumi di lapisan ketujuh bawah langit ini, adalah milik-Nya dan ciptaan-Nya. Pencipta mereka adalah Allah, dan pemilik mereka adalah Allah, dan Allah berfirman:

"Adakah pencipta selain-Nya?" (QS 35:3). "Adakah Tuhan selain Allah?" (QS 27:63). "Dan tahukah kau, adakah yang menyamai-Nya?" (QS 29:65)

"Katakanlah: "Ya Allah! Pemilik kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala suatu." (QS 3:26)

Risalah ke Enam Puluh Sembilan
Ia bertutur:

Jangan meminta kepada Allah SWT sesuatu pun selain ampunan bagi dosa-dosamu, perlindungan dari dosa-dosa kini dan kelak, kemampuan untuk menunaikan perintah-perintah, untuk memantang dari segala yang haram, untuk ridha dengan pahitnya ketentuan-Nya, untuk bersabar dalam menghadapi pedihnya musibah, untuk mensyukuri limpahan karunia dan, akhirnya, untuk mati dengan husnul khatimah, bersama dengan para Nabi, para shiddiq dan para saleh. 

Jangan pula memohon kepada-Nya untuk menyingkirkan kemiskinan serta musibah dan untuk menganugerahkan kemudahan, tetapi mintalah kepada-Nya keridhaan dengan ketentuan dan karunia-Nya, perlindungan abadi-Nya bagi dirimu yang telah ditempatkan-Nya dari satu hal ke hal lain, sebab kau tak tahu letak kebaikan - dalam kesulitan atau kemudahan. 

Dia telah menyembunyikan pengetahuan tentang hal-hal darimu. Dia Sendirilah yang tahu yang baik dan yang buruk. Sebuah hadis yang dibawakan oleh Hadhrat Umar bin al-Khaththab mengatakan:

"Hampir tak menjadi masalah bagiku, dalam keadaan apa aku di pagi hari - entah hal itu membawa kepadaku yang tak kusukai atau yang kusukai, sebab aku tak tahu keberadaan kebaikan."

Ia berkata demikian lantaran keridhaan sempurnanya dengan kehendak Allah. Allah berfirman:

"Berperang diwajibkan atas kamu, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu." (QS 2:216)

Allah mengetahui yang baik dan yang buruk, sedang kau tak mengetahuinya.

Senantiasalah dalam keadaan begini, sehingga hawa nafsumu pupus dan kedirianmu hancur serta tertaklukkan. Maka sirnalah kehendakmu hancur serta tertaklukkan. Maka sirnalah kehendakmu dan segala kemaujudan dari hatimu kecuali Allah. Kemudian hatimu diisi dengan kecintaan kepada Allah dan maksudmu untuk mencapai-Nya menjadi tulus. 

Setelah ini, kehendakmu dikembalikan kepadamu melalui perintah-Nya bersama dengan kehendakmu untuk menikmati dunia ini dan akhirat. Lalu kau akan meminta hal-hal ini kepada Allah dalam kepatuhan kepada-Nya dan keselarasan dengan-Nya. Jika Dia menganugerahimu suatu karunia, maka kau akan bersyukur atasnya. 

Jika Dia menahan darimu sesuatu, maka kau takkan gundah karenanya, jiwamu takkan berubah dan kau takkan menyalahkan-Nya, sebab kau tak mengupayakannya dengan hawa nafsumu serta kehendakmu, sebab hatimu bersih dari hal-hal ini dan kau tak menghendaki hal-hal ini melainkan hanya mengikuti perintah-Nya melalui permohonanmu kepada-Nya, dan bagimu kedamaian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar