Senin, 24 Januari 2011

Sifat2 Alloh yg wajib kita ketahui

Sifat2 Alloh yg wajib kita ketahui: 1. WUJUD - Artinya ADA, maka mustahil tidak ada, Firman-Nya ALLOHUL LADZII KHOLAQOS SAMAAWATI WAL ARDHI WAMAA BAINAHUMAA: Alloh-lah yg menciptakan langit & bumi & apa yg ada diantara keduanya (QS As-Sajdah:4), Maka sepatutnya setiap Mukmin yg mempunyai keyakinan yg benar untuk selalu dzikir (ingat) kepadaNYA setiap kali memandang segala sesuatu yg maujud (berwujud) di alam ini.
Sifat2 Alloh yg wajib kita kenal & ketahui: 2. QIDAM = Artinya terdahulu (tanpa ada awalnya), maka mustahil didahului oleh 'adam (ketiadaan). Firman-NYA: HUAL AWWALU WAL AAKHIRU: Dialah (Alloh) Yg Awal dan Yang Akhir (QS Al-Hadid:3), Maksudnya bahwa Alloh itu terdahulu tanpa ada awalnya dan terkemudian tanpa ada akhirnya. (Amalan dzikirnya lihat di comment).
 Sifat Alloh yg wajib dikenali & diyakini: 3. BAQA' artinya KEKAL (Abadi), maka mustahil Fana' (kebinasaan),Firman-NYA: WA YABQOO WAJHU ROBBIKA DZULJALAALI WAL IKROOM (QS Ar-Rahman:
27), Karena kita bersifat fana' (binasa) sdh sepantasnya kita senantiasa selalu ingat mati, krn maut pasti datang menjemput kita dan tdk seorangpun yg tahu kapan & dimana.jadi segera bertaubat sebelum ajal tiba.
Sifat Alloh yg wajib dikenal&diyakini: 4. MUKHOLAFATU LIL-HAWADIST artinya berlawanan dgn sgl sesuatu yg baru, maka mustahil bagi Alloh bersamaan dgn sgl sst yg baru. Firman-NYA: LAISA KAMISTLIHII SYAI-UN = Tidak ada sstpun yg serupa dgn DIA.(QS Asy-Syu'ara:11). Maka sepatutnyalah bagi setiap Mukmin yg memiliki keyakinan yg benar utk banyak2 mengucap TASBIH kpd Alloh, agar ia memperoleh rahmat-NYA.
Sifat Alloh yg wajib dikenal & diyakini: 5.QIYAMUHU BINAFSIHI=artinya berdiri dgn sendirinya,maka mustahil tdk berdiri dgn sendirinya.Firman-NYA: INNALLOOHA LAGHONIYYUN 'ANIL 'ALAMIIN: Sesungguhnya Alloh benar2 Mahakaya (tdk memerlukan sesuatu)dari semesta alam(QS Al-Ankabut:6),Maka seharusnya setiap Muslim selalu memohon pertolongan & berhajat hanya kpd Alloh, krn DIA MahaKaya &seluruh alam ini adalah milik-NYA
 Sifat Alloh yg wajib dikenali & diyakini: 6.WAHDANIYAH artinya ESA dzat-Nya, sifat-Nya & fi'il-Nya,maka mustahil Alloh itu berbilang dzat,sifat & fi'
'il-Nya. Firman-NYA: QUL HUWALLOOHU AHAD=Katakanlah, DIA-lah Alloh Yg Maha Esa (QS Al-Ikhlas:1), Seharusnya setiap org Islam yg memiliki keyakinan yg benar utk melihat & meyakini bahwa setiap kejadian yg ada dialam ini semuanya merupakan fi'il (perbuatan Alloh semata)
 Sifat Alloh yg wajib dikenali&diyakini: 7. QUDROT artinya KUASA,maka mustahil Alloh itu tdk kuasa. Firman-NYA: INNALLOOHA 'ALAA KULLI SYAI-IN QODIIR=Sesungguhnya Alloh berkuasa atas segala sesuatu (QS Al-Baqarah:20), Sepatutnya kita tidak berlaku sombong atau mem-bangga2kan diri, bahkan hendaknya bersikap tawaddhu (rendah hati) dan banyak takut kpd ALLOH Yang Maha KUASA.
 Sifat Alloh yg wajib diketahui & diyakini: 8. IRADAT artinya Berkehendak (berkeinginan), maka mustahil Alloh bersifat terpaksa.Firman-Nya: FA'-'AALUN LIMA YURIID=(Sesungguhnya Tuhan-Mu) Maha melaksanakan apa yg IA kehendaki (QS Hud:107), Sdh sepantasnya kita senantiasa BERSYUKUR kpd Alloh atas segala nikmat-NYA & BERSABAR atas setiap bala (cobaan).
Sifat Alloh yg wajib diketahui & diyakini: 9. 'ILMUN Artinya MENGETAHUI, maka mustahil jahil (tidak mengetahui),Firman-NYA: WALLOOHU BIKULLI SYAI-IN 'ALIIM: Dan Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu (QS An-Nisa:176), Dgn mengenal Alloh bersifat 'ILMUN Seharusnya kita takut melakukan segala maksiat walau sekecil apapun, karena tidak ada sesuatupun yg luput dari pengetahuan Alloh.
Sifat Alloh yg wajib dikenal & diyakini: 10. HAYAT artinya hidup, maka mustahil Alloh itu mati. Firman-Nya: WATAWAKKAL 'ALAL HAYYIL LADZII LAA YAMUUT= ''Dan bertawakallah kepada Alloh Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati''. Maka sudah sepantasnyalah bagi setiap orang yg mengaku Islam dan yg memiliki keyakinan yg benar untuk senantiasa berserah diri (bertawakal) kpd Alloh Yang Hidup dan Yang tidak akan mati.
Sifat Alloh yg wajib kita kenal & yakini,yg ke-11 ialah: SAM'UN artinya MENDENGAR, maka mustahil Alloh itu tuli. Firman-NYA: WALLOHU SAMII'UN 'ALIIM=''Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui'' Maka sepatutnya bagi setiap orang2 Islam yg memiliki keyakinan yg benar untuk memelihara mulut dari ber-kata2 yg haram, atau perbuatan tercela, krn sesungguhnya Alloh Maha Mendengar segala perkataan hamba-Nya.
 Sifat Alloh yg ke-12: BASHAR artinya MELIHAT, Maka mustahil Alloh itu buta. Firman-NYA: WALLOOHU BASHIIRUN BIMAA TA'MALUUN=Dan Alloh Maha Melihat apa yg kamu kerjakan. Dgn mengetahui & meyakini sifat-Nya ini,seharusnya kt tdk berani MAKSIAT sekecil apapun krn semuanya tdk ada yg luput dari pandangan Alloh,bahkan selembar daun yg kering jatuh kebumi ditengah malam gelap gulita diketahui & dilihat-NYA.
Sifat Alloh Ta'ala yang ke-13: KALAM artinya BERBICARA, maka mustahil Alloh itu bisu. Firman-NYA: WAKALLAMALLOOHU MUUSAA TAKLIIMAA= Dan Alloh telah berbicara kepada Nabi Musa dengan langsung. (QS An-Nisa: 164), Maka sepatutnya bagi Mukmin yg memiliki keyakinan yg benar utk senantiasa BERDZIKIR kpd Alloh dgn memperbanyak MEMBACA AL-QUR'AN karena Al-Qur'an adalah KALAMULLAH.
Sifat Alloh yg wajib dikenal & diyakini, yg ke-14: QADIRUN artinya yang kuasa. Dengan mengetahui Alloh memiliki sifat ini, seharusnya seorang Mukmin yang memiliki keyakinan yg benar untuk memperbanyak rasa RASA TAKUT kepada Alloh Yang Maha Kuasa, dan banyak memohon RAHMATNYA.
Sifat Alloh Ta'ala yg wajib diketahui yg ke-15: MURIDUN artinya berkehendak, Maka mustahil Alloh tidak berkehendak. Amalan mengenal sifat Alloh ini ialah memperbanyak DOA atau permohonan agar dikaruniai bahagia didalam kehidupan serta dijauhkan dari segala bala' bencana baik didunia dan diakhirat kelak. ROBBANA AATINA FID DUN-YAA HASANAH, WAFIL AAKHIROTI HASANAH, WAQIINA ADZAABAN NAAR.
Sifat Alloh yg wajib dikenal & diyakini, yang ke-16: 'AALIMUN artinya yang MENGETAHUI, mustahil Alloh itu tidak mengetahui. Maka sudah sepatutnya bagi setiap Mukmin yang memiliki keyakinan yang benar untuk senantiasa memohon pertolongan Alloh dalam setiap keadaan, dan memohon pemeliharaan-Nya dari segala bencana dan dari setiap kejahatan dunia dan akhirat.
 Sifat Alloh yg wajib dikenal & diyakini yg ke-17: HAYYUN artinya yg HIDUP, maka mustahil Alloh Ta'ala itu mati. Dengan mengenal dan meyakini sifat Alloh ini seharusnya bagi setiap orang2 yg beriman utk senantiasa berserah diri kpd Alloh dlm setiap keadaan. ''WAMAY YATAWAKKAL 'ALALLOOHI FAHUWA HASBUHU'': Barangsiapa bertawakal kepada Alloh maka Alloh pasti akan mencukupinya (QS Ath-Thalaq 65:3)
Sifat yg wajib bagi Alloh untuk dikenali dan diyakini yg ke-18: SAMII'UN artinya yg mendengar, maka mustahil Alloh itu tuli. Dengan mengenal sifat Alloh ini sepatutnyalah orang2 yg mengaku beriman untuk memperbanyak pujian dan bersyukur serta memanjatkan DOA kepada Alloh Yang Maha MENDENGAR.
(Semakin banyak memohon, Alloh semakin sayang, berarti ingat (dzikrullah) tetapi kalau sifat manusia justru sebaliknya).
 Sifat Alloh yang wajib dikenal & diyakini, yg ke-19: BASHIIRUN artinya yang MELIHAT, maka mustahil Alloh itu buta. Apabila keyakinan seseorang sudah benar dia tidak akan berani berbuat yang dilarang oleh Alloh walaupun ditempat yang tidak ada seorangpun yang tahu. Karena semuanya di LIHAT, atau di tatap Alloh, serta disaksikan oleh petugas-Nya yaitu Malaikat Raqib dan Atid.
Sifat yang wajib bagi Alloh Ta'ala yg ke-20: MUTAKALLIMUN artinya yang berbicara, maka mustahil Alloh itu gagu. Dengan mengenal dan meyakini dengan benar sifat Alloh ini, seharusnya setiap Mukmin untuk selalu membaca Al-Qur'an dengan tartil, khusyu', mengkaji, mempelajari, serta mengamalkan kandungannya, karena Al-Qur'an adalah KALAM Alloh. Ketika membacanya rasakan seolah-olah Alloh sedang berbicara dengan kita.
*******
 KEYAKINAN SEORANG SAHABAT NABI.
Rasulullah s.a.w. bersabda: Innasy syaithoona liyufarriqo min zhillin 'Umaro wama salaka 'Umaru fajjann illa salakasy syaithoonu fajjan aaakhoro, Artinya: Sesungguhnya setan itu lari jika melihat bayangan Umar. Ia pun tidak berani melangkah selangkahpun pada jalan yang dilewati Umar, kecuali setan telah melangkah di jalan yang lain. (HR Ahmad, Tirmidzi, dan Ibbu Hibban, dari Buraidah).
Sahabat! YAKIN adalah istilah lain dari kekuatan IMAN dengan kemantapan & kekukuhannya, sehingga menjadi seperti gunung yg besar nan tinggi, tidak tergoyahkan oleh keraguan2 & tidak terombang-ambingkan oleh prasangka, hingga tidak tersisa sedikitpun darinya. Jika ke-raguan2 itu datang lari luar, maka telinganya tidak memperdulikannya.
 Tentang sifat yg wajib bagi Alloh.
TA'ALLUQ= Pertalian, kaitan atau hubungan. Sedangkan pengertiannya ialah, bahwa suatu SIFAT ALLOH itu menuntut perbuatan yg bertambah dari berdirinya sifat kepada DZAT. Ta'alluq sifat Qudrat Alloh adalah segala mungkin, yakni mungkin maujud dan mungkin ma'dum, Artinya: Bahwa Alloh itu kuasa mewujudkan yang tiada, dan kuasa pula meniadakan yang ada.
*******
PEMBAGIAN SIFAT-SIFAT ALLOH.
Secara keseluruhan sifat-sifat yang wajib bagi Alloh itu terbagi menjadi empat bagian: 1. Sifat NAFSIAH yaitu suatu hal yang wajib bagi Dzat Alloh bersifat dengan sifat WUJUD (Ada), yang wujudnya itu tidak disebabkan oleh suatu sebab apapun. Sifat Nafsiah ini hanya memiliki satu sifat, yakni WUJUD= Ada. (to be continued)
PEMBAGIAN SIFAT-SIFAT ALLOH.
Yang ke-2: Sifat SALBIAH yaitu suatu sifat yang menafikan (meniadakan) semua sifat yang tidak layak bagi Alloh. Sifat salbiah memiliki lima sifat yaitu: Qidam (terdahulu,tanpa ada awalnya), Baqa' (kekal abadi), Mukhalafatu lil-Hawadits (berlawanan dengan sesuatu yang baru), Qiyamuhu Binafsihi (berdiri dengan dirinya sendiri), dan Wahdaniat (Esa dzat-Nya, sifat-Nya dan perbuatan-Nya).
 PEMBAGIAN SIFAT-SIFAT ALLOH.
Bagian yang Ke-3: Sifat MA'ANI yaitu semua sifat maujud yang berdiri pada Dzat Alloh yang maujud, yang mewajibkan Dzat itu bersifat dengan suatu hukum sifat ma'nawiyah. Sifat MA'ANI ini meliputi tujuh sifat yaitu: Qudrat=Kuasa, Iradat=Berkehendak, Ilmun=Mengetahui, Hayat=Hidup, Sam'un=Mendengar, Bashar=Melihat, dan Kalam=Berbicara.
PEMBAGIAN SIFAT-SIFAT ALLOH.
Yang Ke-4: Sifat MA'NAWIYAH yaitu suatu hal yang tetap (tsabit) bagi Dzat Alloh bersifat dgn sifat Ma'nawiyah. Terdapat ikatan yg kuat antara sifat Ma'ani & sifat Ma'nawiyah. Dan sifat Ma'nawiyah ini meliputi tujuh sifat yaitu: Qadirun=Yg Kuasa, Muridun=Yg Berkehendak, 'Alimun=Yg Mengetahui, Hayyun=Yg Hidup, Sami'un=Yg mendengar, Bashirun=Yg Melihat dan Mutakallimun=Yg Berbicara.
Demikianlah telah kita bicarakan (di status) Duapuluh Sifat yg WAJIB bagi Alloh, dan Dua puluh Sifat yg MUSTAHIL bagi-Nya. Selanjutnya hanya Satu Sifat yg JA'IZ bagi Alloh yaitu: Fi'lu kulli mumkinin au tarkuhu=Melakukan segala yang mungkin atau meninggalkannya. Demikian jumlah Aqa-idul-Iman itu ada Empat puluh satu. Berikut ada sembilan aqa-id lainnya akan diterangkan kemudian.
Wajib bagi setiap mukallaf mengetahui keempatpuluhsatu Aqa-idul-Iman yg sudah dibicarakan, berikut sembilan aqa-id lainnya:
1. Wajib beri'tikad (meyakini) bahwasanya mustahil bagi Alloh berkewajiban menciptakan makhluk, atau tidak menciptakannya (meninggalkannya). Artinya JA'IZ bagi Alloh membuat atau tidak membuat.
 AQA-IDUL-IMAN ke-2 dari yang sembilan: Wajib berkeyakinan bahwa Alloh S.W.T.: TANAZZUHU TA'ALA 'ANIL A'ROODHI FII AF'ALIHII WA AHKAAMIHII= Maha Suci Alloh dari mengambil faedah dalam perbuatan-perbuatan dan hukum-hukum-Nya. Dengan pengertian lain, bahwa Alloh sama sekali tidak mengambil dan tidak memperoleh manfaat (keuntungan) apa pun dari sekalian hamba-Nya dalam seluruh perbuatan dan peraturan-Nya.
 AQA-IDUL-IMAN ke-3 dari yg sembilan: Wajib berkeyakinan bahwasanya MUSTAHIL bagi
Alloh mengambil manfaat dari sekalian hamba-Nya. Karena apa saja yg dituntut Alloh dari hamba2nya,baik berupa peribadatan,ketaatan dsb,semuanya itu pd hakikatnya utk kepentingan hamba itu sendiri,dan manfaatnyapun akan kembali kpd hamba tsb. Alloh sama sekali tdk membutuhkan kesemuanya itu &justru hamba itu sendirilah yg membutuhkannya.
 AQA-IDUL-IMAN yg ke-4 dari sembilan:
Wajib berkeyakinan AN LAA TA'-TSIIRO LISYAI-IN MINAL KAA-INAATI BIQUWWATIHII=Tidak ada sesuatupun dari alam ini yang bisa memberi (menimbulkan) pengaruh hanya dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Dengan pengertian lain, bahwa seorang hamba itu tidak memiliki daya dan upaya apa pun melainkan dengan izin dan kehendak Alloh belaka.
 AQA-IDUL-IMAN Yg ke-5 dari sembilan:Wajib berkeyakinan bahwa alam ini MUSTAHIL memberi (menimbulkan) pengaruh hanya dgn mengandalkan kekuatan sendiri.
Katakanlah: HAADZA MIN FADHLI ROBBIY A-ASY KURUU AM AKFUR=Ini se-mata2 dari karunia Tuhan-KU, apakah aku bersyukur atau kufur. (QS An-Namal 40). Janganlah
pernah merasa sdh cukup kuat dpt berdiri sendiri tanpa pertolongan,rahmat,taufik hidayah & karunia Alloh SWT.
AQA-IDUL-IMAN yg ke-6 dari Sembilan:
Wajib berkeyakinan bahwa alam seluruhnya termasuk isinya adalah BARU (hadits). Dgn kata lain bahwa sebelumnya TIDAK ADA, kemudian menjadi ada setelah diciptakan. Firman-Nya: (Dia Alloh) yg menjadikan bumi hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan hujan dari langit, lalu Dia hasilkan dgn hujan itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. (QS Al-Baqarah 2:22).
 AQA-IDUL-IMAN yg ke-7 dari sembilan:
Kita wajib beri'tikad (berkeyakinan) bahwasanya alam seluruhnya ini MUSTAHIL bersifat Qidam (terdahulu tanpa awalnya). Firman Alloh: HUWAL AWWALU WAL-AKHIRU WAZH-ZHOOHIRU WALBAATHINU, WAHUWA BIKULLI SYAI-IN 'ALIIM = Dialah (Alloh) Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Hadid 57: 3).
 AQA-IDUL-IMAN yg ke-8 dari sembilan: Wajib beri'tikad (berkeyakinan) bahwasanya "LAA TA'-TSIRO LISYAI-IN MINAL KAA INAATI BITHOBB-'IHII" Artinya Tidak ada sesuatu pun dari alam ini yang bisa memberi (menimbulkan) pengaruh dengan tabiatnya sendiri.
AQA-IDUL-IMAN Yang ke-9 lainnya, terakhir: Wajib beri'tikad bahwasanya sekalian alam ini MUSTAHIL memberi (menimbulkan) pengaruh dengan tabiatnya sendiri. Dengan demikian jumlah Aqa-idul-iman seluruhnya ada limapuluh, dan kesemuanya itu tercakup dalam makna kalimat: LAA ILAAHA ILLALLOOH yang bermakna: LAA MA'BUUDA BI HAQQIN - yakni tidak ada yang patut disembah dengan sebenarnya.
 Alloh menjanjikan kepada orang mukmin laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yg mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat)tempat yang baik di Surga 'Adn. Dan KERIDHAAN ALLOH lebih besar. Itulah kemenangan yang Agung. (QS At-Taubat 9: 72). Sambungan ayat 71, status kemarin.
 Tdk ada seorg Muslim pun yg berdoa dgn sst doa yg bukan doa yg mnyangkut dosa atau mnyangkut usaha memutuskan silaturrahmi, kecuali Alloh akan memberinya dgn salah satu dr tiga kemungkinan: Sgr dipenuhi-Nya doa tsb, atau dspan-Nya sbg simpanan di akhirat, atau dihindarkannya dr kclakaan atau kjelekan yg sbanding.Para shbt bertanya: Bgmn kalau kami perbanyak? Rasul mjwb: Alloh akan memperbanyak lg. (HR Ahmad& Hakim).
ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN ARAH
Sesungguhnya keyakinan bahwa Allah ada tanpa tempat adalah aqidah Nabi Muhammad, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka. Mereka dikenal dengan Ahlussunnah Wal Jama'ah; kelompok mayoritas ummat yang merupakan al-Firqah an-Najiyah (golongan yang selamat). 
''Lebih lengkap lihat di comment'' semoga bermanfaat.

Dalil atas keyakinan tersebut selain ayat di atas adalah firman Allah:
“Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya”. (QS. as-Syura: 11)
Ayat ini adalah ayat yang paling jelas dalam al-Qur'an yang menjelaskan bahwa Allah sama sekali tidak menyerupai makhluk-Nya. Ulama Ahlussunnah menyatakan bahwa alam (makhluk Allah) terbagai atas dua bagian; yaitu benda dan sifat benda. Kemudian benda terbagi menjadi dua, yaitu benda yang tidak dapat terbagi lagi karena telah mencapai batas terkecil (para ulama menyebutnya dengan al-Jawhar al-Fard), dan benda yang dapat terbagi menjadi bagian-bagian (jism). Benda yang terakhir ini (jism) terbagi menjadi dua macam;
1. Benda Lathif; benda yang tidak dapat dipegang oleh tangan, seperti cahaya, kegelapan, ruh, angin dan sebagainya.
2. Benda Katsif; benda yang dapat dipegang oleh tangan seperti manusia, tanah, benda-benda padat dan lain sebagainya.
Sedangkan sifat-sifat benda adalah seperti bergerak, diam, berubah, bersemayam, berada di tempat dan arah, duduk, turun, naik dan sebagainya. Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah ta'ala tidak menyerupai makhluk-Nya, bukan merupakan al-Jawhar al-Fard, juga bukan benda Lathif atau benda Katsif.
Dan Dia tidak boleh disifati dengan apapun dari sifat-sifat benda. Ayat tersebut cukup untuk dijadikan sebagai dalil bahwa Allah ada tanpa tempat dan arah. Karena seandainya Allah mempunyai tempat dan arah, maka akan banyak yang serupa dengan-Nya.
 Karena dengan demikian berarti ia memiliki dimensi (panjang, lebar dan kedalaman). Sedangkan sesuatu yang demikian, maka ia adalah makhluk yang membutuhkan kepada yang menjadikannya dalam dimensi tersebut.
Rasulullah bersabda: “Allah ada pada azal (Ada tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya”. (H.R. al-Bukhari, al-Bayhaqi dan Ibn al-Jarud)
Makna hadits ini bahwa Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan), tidak ada sesuatu (selain-Nya) bersama-Nya. Pada azal belum ada angin, cahaya, kegelapan, ‘arsy, langit, manusia, jin, malaikat, waktu, tempat dan arah.
Maka berarti Allah ada sebelum terciptanya tempat dan arah, maka Ia tidak membutuhkan kepada keduanya dan Ia tidak berubah dari semula, yakni tetap ada tanpa tempat dan arah, karena berubah adalah ciri dari sesuatu yang baru (makhluk).
Maka sebagaimana dapat diterima oleh akal, adanya Allah tanpa tempat dan arah sebelum terciptanya tempat dan arah, begitu pula akal akan menerima wujud-Nya tanpa tempat dan arah setelah terciptanya tempat dan arah. Hal ini bukanlah penafian atas adanya Allah. Sebagaimana ditegaskan juga oleh sayyidina ‘Ali ibn Abi Thalib -semoga Allah meridlainya-:
“Allah ada (pada azal) dan belum ada tempat dan Dia (Allah) sekarang (setelah menciptakan tempat) tetap seperti semula, ada tanpa tempat” (Dituturkan oleh al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam kitabnya al-Farq Bayn al-Firaq, hal. 333).
Al-Imam al-Bayhaqi (w 458 H) dalam kitabnya al-Asma Wa ash-Shifat, hal. 506, berkata:
“Sebagian sahabat kami dalam menafikan tempat bagi Allah mengambil dalil dari sabda Rasulullah:
“Engkau Ya Allah azh-Zhahir (yang segala sesuatu menunjukkan akan ada-Nya), tidak ada sesuatu apapun di atas-Mu, dan Engkau al-Bathin (yang tidak dapat dibayangkan) tidak ada sesuatu apapun di bawah-Mu (HR. Muslim dan lainnya). Jika tidak ada sesuatu apapun di atas-Nya dan tidak ada sesuatu apapun di bawah-Nya maka berarti Dia ada tanpa tempat”.
Al-Imam as-Sajjad Zain al-'Abidin 'Ali ibn al-Husain ibn 'Ali ibn Abi Thalib k.w. berkata:
“Engkaulah ya Allah yang tidak diliputi oleh tempat”. (Diriwayatkan oleh al-Hafizh az-Zabidi dalam Ithaf as-Sadah al-Muttaqin Bi Syarh Ihya' 'Ulumiddin dengan rangkaian sanad muttashil mutasalsil yang kesemua perawinya adalah Ahl al-Bayt; keturunan Rasulullah).
Adapun ketika seseorang menghadapkan kedua telapak tangan ke arah langit ketika berdoa, hal ini tidak menandakan bahwa Allah berada di arah langit. Akan tetapi karena langit adalah kiblat berdoa dan merupakan tempat turunnya rahmat dan barakah.
Sebagaimana apabila seseorang ketika melakukan shalat ia menghadap ka'bah. Hal ini tidak berarti bahwa Allah berada di dalamnya, akan tetapi karena ka'bah adalah kiblat shalat. Penjelasan seperti ini dituturkan oleh para ulama Ahlussunnah Wal Jama'ah seperti al-Imam al-Mutawalli (w 478 H) dalam kitabnya al-Ghun-yah, al-Imam al-Ghazali (w 505 H) dalam kitabnya Ihya 'Ulumiddin, al-Imam an-Nawawi (w 676 H) dalam kitabnya Syarh Shahih Muslim, al-Imam Taqiyyuddin as-Subki (w 756 H) dalam kitab as-Sayf ash-Shaqil, dan masih banyak lagi.
Al-Imam Abu Ja'far ath-Thahawi -Semoga Allah meridlainya- (w 321 H) berkata:
“Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar, jadi Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar (seperti wajah, tangan dan lainnya) maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut, lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya). Dia tidak diliputi oleh satu maupun enam arah penjuru (atas, bawah, kanan, kiri, depan dan belakang); tidak seperti makhluk-Nya yang diliputi oleh enam arah penjuru tersebut”.

Perkataan al-Imam Abu Ja'far ath-Thahawi ini merupakan Ijma' (konsensus) para sahabat dan ulama Salaf (orang-orang yang hidup pada tiga abad pertama hijriyah).
Diambil dalil dari perkataan tersebut bahwasannya bukanlah maksud dari Mi'raj bahwa Allah berada di arah atas lalu Nabi Muhammad naik ke arah sana untuk bertemu dengan-Nya. Melainkan maksud Mi'raj adalah untuk memuliakan Rasulullah dan memperlihatkan kepadanya keajaiban-keajaiban makhluk Allah sebagaimana dijelaskan dalam al Qur'an surat al-Isra ayat 1.
Dengan demikian tidak boleh dikatakan bahwa Allah ada di satu tempat, atau disemua tempat, atau ada di mana-mana. Juga tidak boleh dikatakan bahwa Allah ada di satu arah atau semua arah penjuru. Al-Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari (w 324 H) -Semoga Allah meridlainya- berkata:
“Sesungguhnya Allah ada tanpa tempat” (Diriwayatkan oleh al-Bayhaqi dalam kitab al-Asma Wa ash-Shifat).
Al-Imam al-Asy'ari juga berkata: “Tidak boleh dikatakan bahwa Allah di satu tempat atau di semua tempat”. Perkataan al-Imam al-Asy'ari ini dinukil oleh al-Imam Ibn Furak (w 406 H) dalam kitab al-Mujarrad. Syekh Abd al-Wahhab asy-Sya'rani (w 973 H) dalam kitab al-Yawaqit Wa al-Jawahir menukil perkataan Syekh Ali al-Khawwash: “Tidak boleh dikatakan Allah ada di mana-mana”. Maka aqidah yang wajib diyakini adalah bahwa Allah ada tanpa arah dan tanpa tempat.

Perkataan al-Imam ath-Thahawi di atas juga merupakan bantahan terhadap pengikut paham Wahdah al-Wujud; mereka yang berkeyakinan bahwa Allah menyatu dengan makhluk-makhluk-Nya, juga sebagai bantahan atas pengikut paham Hulul; mereka yang berkeyakinan bahwa Allah menempati sebagian makhluk-Nya. Dua keyakinan ini adalah kekufuran berdasarkan Ijma’ (konsensus) seluruh orang Islam sebagaimana dikatakan oleh al-Imam as-Suyuthi (w 911 H) dalam kitab al-Hawi Li al-Fatawi, dan Imam lainnya. Para Imam panutan kita dari ahli tasawuf sejati seperti al-Imam al-Junaid al-Baghdadi (w 297 H), al-Imam Ahmad ar-Rifa'i (w 578 H), Syekh Abd al-Qadir al-Jailani (w 561 H) dan semua Imam tasawwuf sejati; mereka semua selalu mengingatkan orang-orang Islam dari para pendusta yang menjadikan tarekat dan tasawuf sebagai sebagai wadah untuk meraih dunia, padahal mereka berkeyakinan Wahdah al-Wujud dan Hulul.

Dengan demikian keyakinan ummat Islam dari kalangan Salaf dan Khalaf telah sepakat bahwa Allah ada tanpa tempat dan arah. Sementara keyakinan sebagian orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya; mereka yang berkeyakinan bahwa Allah adalah benda yang duduk di atas Arsy, adalah keyakinan sesat.
Keyakinan ini adalah penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya, karena duduk adalah salah satu sifat manusia. Para ulama Salaf bersepakat bahwa barangsiapa yang menyifati Allah dengan salah satu sifat diantara sifat-sifat manusia maka ia telah kafir, sebagaimana hal ini ditulis oleh al-Imam al-Muhaddits as-Salafi Abu Ja'far ath-Thahawi (w 321 H) dalam kitab aqidahnya yang terkenal dengan nama “al-'Aqidah ath-Thahwiyyah”. Beliau berkata:
“Barang siapa mensifati Allah dengan salah satu sifat dari sifat-sifat manusia, maka ia telah kafir”.
Perhatian….!
WASPADAI.. Keyakinan Tasybih [Keyakinan Allah serupa dengan makhluk-Nya] yang kian hari semakin merebak… Jangan sampai merusak genarasi kita!!!?
Kiriman dari: Majlis Ta'lim Riyadhul Jannah Jkt
Sahabat! Inilah ayat Al-Qur'an tentang Tawassul yg diamalkan oleh Ahlus Sunnah Wal-Jama'ah.
Firman Alloh Ta'ala:
YAA AYYUHAL LADZIINA AAMANUT TAQULLOOHA WABBTAGHUU ILAIHIL WASIILAH, WAJAAHIDUU FII SABIILIHII LA'ALLAKUM TUFLIHUUN: 
Wahai orang-orang yang beriman, Dan carilah kepadamu wasilah, Dan berjihad pada jalan-Nya, agar kamu beruntung. (QS Al-Maidah 35)
Tidak ada satu makhluk pun yang lepas dari penguasaan Allah Ta'ala meski sesaat. Maka dari itu, hendaknya seorang mukmin yang benar keimanannya, berTAWAKKAL hanya kepada Alloh. 
(Intisari dari ayat Al-Qur'an surat Huud 11:56)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar