Catatan


* Pemahaman Tentang Ta'aruf *

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Ta'aruf adalah proses perkenalan dan pendekatan antara laki-laki dan wanita yang
hendak menikah. 

Ta'aruf sangat berbeda dengan pacaran. Ta`aruf secara... syar`i
memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah.

Perbedaan hakiki antara pacaran dengan ta'aruf adalah dari segi tujuan, cara, dan manfaat.

Sedangkan pacaran  lebih tertuju kepada kenikmatan sesaat, zina dan maksiat.

Sedang ta'aruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon pasangan.

Dalam pacaran, mengenal dan mengetahui hal-hal tertentu calon pasangan
dilakukan dengan cara yang sama sekali tidak memenuhi kriteria sebuah pengenalan.

Ibarat seorang yang ingin membeli mobil second tapi tidak melakukan pemeriksaan,
dia cuma memegang atau mengelus mobil itu tanpa pernah tahu kondisi mesinnya.

Bahkan dia tidak menyalakan mesin atau membuka kap mesinnya.
Bagaimana mungkin dia bisa tahu kelemahan dan kelebihan mobil itu.

Sedangkan taaruf adalah seperti seorang montir mobil ahli yang memeriksa mesin,
sistem kemudi, sistem rem, sistem lampu dan elektrik, roda dan sebagainya.
Bila ternyata cocok, maka barulah dia melakukan tawar menawar.

Ketika melakukan ta'aruf, seseorang baik pihak laki atau wanita berhak untuk
bertanya yang mendetail, seperti tentang penyakit, kebiasaan buruk dan baik, sifat dan lainnya. 
Kedua belah pihak harus jujur dalam menyampaikannya.
Karena bila tidak jujur, bisa berakibat fatal nantinya.

Namun secara teknis, untuk melakukan pengecekan, calon pembeli tidak pernah
boleh untuk membawa pergi mobil itu sendiri. Silahkan periksa dengan baik
dan kalau tertarik, mari bicara harga.

Dalam upaya ta'aruf dengan calon pasangan, pihak laki dan wanita
dipersilahkan menanyakan apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan
masing-masing nanti selama mengarungi kehidupan.

Tapi tentu semua itu harus dilakukan dengan adab dan etikanya.
Tidak boleh dilakukan cuma berdua saja.
Tapi harus ada yang mendampingi dan yang utama adalah wali atau keluarganya.

Jadi ta`aruf bukanlah bermesraan berdua,
tapi lebih kepada pembicaraan yang bersifat realistis untuk mempersiapkan sebuah
perjalanan yang panjang secara bersama membangun rumah tangga.

Taaruf adalah media syar`i yang dapat digunakan untuk melakukan pengenalan terhadap calon pasangan.
Sisi yang dijadikan pengenalan tidak hanya terkait dengan data global, melainkan juga termasuk hal-hal kecil yang menurut masing-masing pihak cukup penting.

Misalnya masalah kecantikan calon istri, dibolehkan untuk dilihat atau melihat langsung wajahnya
dengan cara yang seksama, bukan cuma sekedar curi-curi pandang atau ngintip fotonya.

Justru Islam telah memerintahkan seorang calon suami untuk mendatangi calon istrinya secara langsung
face to face, bukan melalui media foto, lukisan atau video.

Karena pada hakikatnya wajah seorang wanita itu bukan aurat, jadi tidak ada salahnya untuk dilihat.

Dan khusus dalam kasus ta`aruf, yang namanya melihat wajah itu bukan cuma melirik-melirik sekilas, tapi kalau perlu dipelototi dengan seksama.

Periksalah apakah ada jerawat numpang tumbuh disana.
Begitu juga dia boleh meminta diperlihatkan kedua tapak tangan calon istrinya.

Juga bukan melihat sekilas, tapi melihat dengan seksama. Karena tapak tangan
wanita pun bukan termasuk aurat.

Lalu bagaimana dengan keharusan ghadhdhul bashar ? 
Bab ghadhdhul bashar
tempatnya bukan saat ta`aruf, karena pada saat ta`aruf, secara khusus

Rasulullah SAW memang memerintahkan untuk melihat dengan seksama dan teliti.

Selain urusan melihat fisik, taaruf juga harus menghasilkan data yang berkaitan dengan sikap, perilaku, pengalaman, cara kehidupan dan lain-lainnya.

Hanya semua itu harus dilakukan dengan cara yang benar dan dalam koridor syari`ah Islam.

Minimal harus ditemani orang lain baik dari keluarga calon istri atau dari calon suami.

Sehingga tidak dibenarkan untuk pergi jalan-jalan berdua, nonton, boncengan, kencan, ngedate dan seterusnya dengan menggunakan alasan ta`aruf.

Janganlah ta`aruf menjadi pacaran.

Sehingga tidak terjadi khalwat (berdua-duaan) dan ikhtilath antara pasangan yang belum jadi suami istri ini.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Semoga sajian ini ada manfaatnya

Wa’alaikumsalam Warohmatullahi Wabarokatuh


* KETERANGAN TENTANG TA'ARUF *

Ta’aruf Syar’i, Solusi Pengganti Pacaran

Pertanyaan:

1. Apabila seorang muslim ingin menikah, bagaimana syariat mengatur cara mengenal seorang muslimah sementara pacaran terlarang dalam Islam?
2. Bagaimana hukum berkunjung ke rumah akhwat (wan...ita) yang hendak dinikahi dengan tujuan untuk saling mengenal karakter dan sifat masing-masing?
3. Bagaimana hukum seorang ikhwan (lelaki) mengungkapkan perasaannya (sayang atau cinta) kepada akhwat (wanita) calon istrinya?


Dijawab oleh Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Al-Makassari:

بِسْمِ اللهِ، الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ

Benar sekali pernyataan anda bahwa pacaran adalah haram dalam Islam. Pacaran adalah budaya dan peradaban jahiliah yang dilestarikan oleh orang-orang kafir negeri Barat dan lainnya, kemudian diikuti oleh sebagian umat Islam (kecuali orang-orang yang dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala), dengan dalih mengikuti perkembangan jaman dan sebagai cara untuk mencari dan memilih pasangan hidup.

Syariat Islam yang agung ini datang dari Rabb semesta alam Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, dengan tujuan untuk membimbing manusia meraih maslahat-maslahat kehidupan dan menjauhkan mereka dari mafsadah-mafsadah yang akan merusak dan menghancurkan kehidupan mereka sendiri.

Ikhtilath (campur baur antara lelaki dan wanita yang bukan mahram), pergaulan bebas, dan pacaran adalah fitnah (cobaan) dan mafsadah bagi umat manusia secara umum, dan umat Islam secara khusus, maka perkara tersebut tidak bisa ditolerir. Bukankah kehancuran Bani Israil –bangsa yang terlaknat– berawal dari fitnah (godaan) wanita? Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيْلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُوْنَ. كَانُوا لاَ يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوْهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُوْنَ

“Telah terlaknat orang-orang kafir dari kalangan Bani Israil melalui lisan Nabi Dawud dan Nabi ‘Isa bin Maryam. Hal itu dikarenakan mereka bermaksiat dan melampaui batas. Adalah mereka tidak saling melarang dari kemungkaran yang mereka lakukan. Sangatlah jelek apa yang mereka lakukan.” (Al-Ma`idah: 79-78)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيْهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيْلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ

“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau (indah memesona), dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kalian sebagai khalifah (penghuni) di atasnya, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memerhatikan amalan kalian. Maka berhati-hatilah kalian terhadap dunia dan wanita, karena sesungguhnya awal fitnah (kehancuran) Bani Israil dari kaum wanita.” (HR. Muslim, dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan umatnya untuk berhati-hati dari fitnah wanita, dengan sabda beliau:

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلىَ الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku meninggalkan fitnah sepeninggalku yang lebih berbahaya terhadap kaum lelaki dari fitnah (godaan) wanita.” (Muttafaqun ‘alaih, dari  Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma)
Maka, pacaran berarti menjerumuskan diri dalam fitnah yang menghancurkan dan menghinakan, padahal semestinya setiap orang memelihara dan menjauhkan diri darinya. Hal itu karena dalam pacaran terdapat berbagai kemungkaran dan
pelanggaran syariat sebagai berikut:

1. Ikhtilath, yaitu bercampur baur antara lelaki dan wanita yang bukan mahram. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjauhkan umatnya dari ikhtilath, sekalipun dalam pelaksanaan shalat. Kaum wanita  yang hadir pada shalat berjamaah di Masjid Nabawi ditempatkan di bagian belakang masjid.

Dan seusai shalat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiam sejenak, tidak bergeser dari tempatnya agar kaum lelaki tetap di tempat dan tidak beranjak meninggalkan masjid, untuk memberi kesempatan jamaah wanita meninggalkan masjid terlebih dahulu sehingga tidak berpapasan dengan jamaah lelaki. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha dalam Shahih Al-Bukhari.

Begitu pula pada hari Ied, kaum wanita disunnahkan untuk keluar ke mushalla (tanah lapang) menghadiri shalat Ied, namun mereka ditempatkan di mushalla bagian belakang, jauh dari shaf kaum lelaki. Sehingga ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam usai menyampaikan khutbah, beliau perlu mendatangi shaf mereka untuk memberikan khutbah khusus karena mereka tidak mendengar khutbah tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu dalam Shahih Muslim.

Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ صُفُوْفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرِهَا، وَخَيْرُ صُفُوْفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا

“Sebaik-baik shaf lelaki adalah shaf terdepan dan sejelek-jeleknya adalah shaf terakhir. Dan sebaik-baik shaf wanita adalah shaf terakhir, dan sejelek-jeleknya adalah shaf terdepan.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Hal itu dikarenakan dekatnya shaf terdepan wanita dari shaf terakhir lelaki sehingga merupakan shaf terjelek, dan jauhnya shaf terakhir wanita dari shaf terdepan lelaki sehingga merupakan shaf terbaik. Apabila pada ibadah shalat yang disyariatkan secara berjamaah, maka bagaimana kiranya jika di luar ibadah? Kita mengetahui bersama, dalam keadaan dan suasana ibadah tentunya seseorang lebih jauh dari perkara-perkara yang berhubungan dengan syahwat.

Maka bagaimana sekiranya ikhtilath itu terjadi di luar ibadah? Sedangkan  setan bergerak dalam tubuh Bani Adam begitu cepatnya mengikuti peredaran darah . Bukankah sangat ditakutkan terjadinya fitnah dan kerusakan besar karenanya?” (Lihat Fatawa An-Nazhar wal Khalwah wal Ikhtilath, hal. 45)

Subhanallah. Padahal wanita para shahabat keluar menghadiri shalat dalam keadaan berhijab syar’i dengan menutup seluruh tubuhnya –karena seluruh tubuh wanita adalah aurat– sesuai perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Ahzab ayat 59 dan An-Nur ayat 31, tanpa melakukan tabarruj karena Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang mereka melakukan hal itu dalam surat Al-Ahzab ayat 33, juga tanpa memakai wewangian berdasarkan larangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan Ahmad, Abu Dawud, dan yang lainnya :

وَلْيَخْرُجْنَ وَهُنَّ تَفِلاَتٌ

“Hendaklah mereka keluar tanpa memakai wewangian.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang siapa saja dari mereka yang berbau harum karena terkena bakhur untuk untuk hadir shalat berjamaah sebagaimana dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 53:

وَإِذَا سَأَلْتُمُوْهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوْهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوْبِكُمْ وَقُلُوْبِهِنَّ

“Dan jika kalian (para shahabat) meminta suatu hajat (kebutuhan) kepada mereka (istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) maka mintalah dari balik hijab. Hal itu lebih bersih (suci) bagi kalbu kalian dan kalbu mereka.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan mereka berinteraksi sesuai tuntutan hajat dari balik hijab dan tidak boleh masuk menemui mereka secara langsung.

Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata: “Maka tidak dibenarkan seseorang mengatakan bahwa lebih bersih dan lebih suci bagi para shahabat dan istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan bagi generasi-generasi setelahnya tidaklah demikian. Tidak diragukan lagi bahwa generasi-generasi setelah shahabat justru lebih butuh terhadap hijab dibandingkan para shahabat, karena perbedaan yang sangat jauh antara mereka dalam hal kekuatan iman dan ilmu.

Juga karena persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap para shahabat, baik lelaki maupun wanita, termasuk istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri bahwa mereka adalah generasi terbaik setelah para nabi dan rasul, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim. Demikian pula, dalil-dalil Al-Qur`an dan As-Sunnah menunjukkan berlakunya suatu hukum secara umum meliputi seluruh umat dan tidak boleh mengkhususkannya untuk pihak tertentu saja tanpa dalil.” (Lihat Fatawa An-Nazhar, hal. 11-10)

Pada saat yang sama, ikhtilath itu sendiri menjadi sebab yang menjerumuskan mereka untuk berpacaran, sebagaimana fakta yang kita saksikan berupa akibat ikhtilath yang terjadi di sekolah, instansi-instansi pemerintah dan swasta, atau tempat-tempat yang lainnya. Wa ilallahil musytaka (Dan hanya kepada Allah kita mengadu)

2. Khalwat, yaitu berduaannya lelaki dan wanita tanpa mahram. Padahal Rasululllah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالدُّخُوْلَ عَلىَ النِّسَاءِ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ اْلأَنْصَارِ: أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ؟ قَالَ: الْحَمْوُ الْمَوْتُ

“Hati-hatilah kalian dari masuk menemui wanita.” Seorang lelaki dari kalangan Anshar berkata: “Bagaimana pendapatmu dengan kerabat suami? ” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Mereka adalah kebinasaan.” (Muttafaq ‘alaih, dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

لاَ يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ

“Jangan sekali-kali salah seorang kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali bersama mahram.” (Muttafaq ‘alaih, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu  ‘anhuma)
Hal itu karena tidaklah terjadi khalwat kecuali setan bersama keduanya sebagai pihak ketiga, sebagaimana dalam hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يَخْلُوَنَّ بِامْرَأَةٍ لَيْسَ مَعَهَا ذُوْ مَحْرَمٍ مِنْهَا فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan sekali-kali dia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa disertai mahramnya, karena setan akan menyertai keduanya.” (HR. Ahmad)
3. Berbagai bentuk perzinaan anggota tubuh yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

كُتِبَ عَلىَ ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَا مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ: الْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَاْلأُذُنَانِ زِنَاهُمَا اْلاِسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ، وَالْيَدُ زِنَاهُ الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهُ الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ أَوْ يُكَذِّبُهُ

“Telah ditulis bagi setiap Bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan melakukannya, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah(lisan) zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, sementara kalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluan lah yang membenarkan atau mendustakan.”

Hadits ini menunjukkan bahwa memandang wanita yang tidak halal untuk dipandang meskipun tanpa syahwat adalah zina mata . Mendengar ucapan wanita (selain istri) dalam bentuk menikmati adalah zina telinga. Berbicara dengan wanita (selain istrinya) dalam bentuk menikmati atau menggoda dan merayunya adalah zina lisan.

Menyentuh wanita yang tidak dihalalkan untuk disentuh baik dengan memegang atau yang lainnya adalah zina tangan. Mengayunkan langkah menuju wanita yang menarik hatinya atau menuju tempat perzinaan adalah zina kaki. Sementara kalbu berkeinginan dan mengangan-angankan wanita yang memikatnya, maka itulah zina kalbu.

Kemudian boleh jadi kemaluannya mengikuti dengan melakukan perzinaan yang berarti kemaluannya telah membenarkan; atau dia selamat dari zina kemaluan yang berarti kemaluannya telah mendustakan. (Lihat Syarh Riyadhis Shalihin karya Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, pada syarah hadits no. 16 22)

Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيْلاً

“Dan janganlah kalian mendekati perbuatan zina, sesungguhnya itu adalah perbuatan nista dan sejelek-jelek jalan.” (Al-Isra`: 32)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حِدِيْدٍ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ

“Demi Allah, sungguh jika kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum dari besi, maka itu lebih baik dari menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Ath-Thabarani dan Al-Baihaqi dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu ‘anhu, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 226)
Meskipun sentuhan itu hanya sebatas berjabat tangan maka tetap tidak boleh. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

وَلاَ وَاللهِ مَا مَسَّتْ يَدُ رَسُوْلِ اللهِ يَدَ امْرَأَةٍ قَطُّ غَيْرَ أَنَّهُ يُبَايِعُهُنَّ بِالْكَلاَمِ

“Tidak. Demi Allah, tidak pernah sama sekali tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyentuh tangan wanita (selain mahramnya), melainkan beliau membai’at mereka dengan ucapan (tanpa jabat tangan).” (HR. Muslim)
Demikian pula dengan pandangan, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman dalam surat An-Nur ayat 31-30:

قُلْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوْجَهُمْ – إِلَى قَوْلِهِ تَعَلَى – وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ ...

“Katakan (wahai Nabi) kepada kaum mukminin, hendaklah mereka menjaga pandangan serta kemaluan mereka (dari halhal yang diharamkan) –hingga firman-Nya- Dan katakan pula kepada kaum mukminat, hendaklah mereka menjaga pandangan serta kemaluan mereka (dari hal-hal yang diharamkan)….”
Dalam Shahih Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata:

سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ نَظْرِ الْفَجْأَةِ؟ فَقَالَ: اصْرِفْ بَصَرَكَ

“Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang tiba-tiba (tanpa sengaja)? Maka beliau bersabda: ‘Palingkan pandanganmu’.”
Adapun suara dan ucapan wanita, pada asalnya bukanlah aurat yang terlarang.

Namun tidak boleh bagi seorang wanita bersuara dan berbicara lebih dari tuntutan hajat (kebutuhan), dan tidak boleh melembutkan suara. Demikian juga dengan isi pembicaraan, tidak boleh berupa perkara-perkara yang membangkitkan syahwat dan mengundang fitnah. Karena bila demikian maka suara dan ucapannya menjadi aurat dan fitnah yang terlarang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَلاَ تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَعْرُوْفًا

“Maka janganlah kalian (para istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) berbicara dengan suara yang lembut, sehingga lelaki yang memiliki penyakit dalam kalbunya menjadi tergoda dan ucapkanlah perkataan yang ma’ruf (baik).” (Al-Ahzab: 32)
Adalah para wanita datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan di sekitar beliau hadir para shahabatnya, lalu wanita itu berbicara kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan  kepentingannya dan para shahabat ikut mendengarkan. Tapi mereka tidak berbicara lebih dari tuntutan hajat dan tanpa melembutkan suara.

Dengan demikian jelaslah bahwa pacaran bukanlah alternatif yang ditolerir dalam Islam untuk mencari dan memilih pasangan hidup. Menjadi jelas pula bahwa tidak boleh mengungkapkan perasaan sayang atau cinta kepada calon istri selama belum resmi menjadi istri.

Baik ungkapan itu secara langsung atau lewat telepon, ataupun melalui surat.
Karena saling mengungkapkan perasaan cinta dan sayang adalah hubungan asmara yang mengandung makna pacaran yang akan menyeret ke dalam fitnah.

Demikian pula halnya berkunjung ke rumah calon istri atau wanita yang ingin dilamar dan bergaul dengannya dalam rangka saling mengenal karakter dan sifat masing-masing, karena perbuatan seperti ini juga mengandung makna pacaran yang akan menyeret ke dalam fitnah. Wallahul musta’an (Allah-lah tempat meminta pertolongan).

Adapun cara yang ditunjukkan oleh syariat untuk mengenal wanita yang hendak dilamar adalah dengan mencari keterangan tentang yang bersangkutan melalui seseorang yang mengenalnya, baik tentang biografi (riwayat hidup), karakter, sifat, atau hal lainnya yang dibutuhkan untuk diketahui demi maslahat pernikahan.

Bisa pula dengan cara meminta keterangan kepada wanita itu sendiri melalui perantaraan seseorang seperti istri teman atau yang lainnya.

Dan pihak yang dimintai keterangan berkewajiban untuk menjawab seobyektif mungkin, meskipun harus membuka aib wanita tersebut karena ini bukan termasuk dalam kategori ghibah yang tercela. Hal ini termasuk dari enam perkara yang dikecualikan dari ghibah, meskipun menyebutkan aib seseorang.

Demikian pula sebaliknya dengan pihak wanita yang berkepentingan untuk mengenal lelaki yang berhasrat untuk meminangnya, dapat menempuh cara yang sama.

Dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits Fathimah bintu Qais ketika dilamar oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Abu Jahm, lalu dia minta nasehat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka beliau bersabda:

أَمَّا أَبُو جَهْمٍ فَلاَ يَضَعُ عَصَاهُ عَنْ عَاتِقِهِ، وَأَمَّا مُعَاوِيَةُ فَصُعْلُوْكٌ لاَ مَالَ لَهُ، انْكِحِي أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ

“Adapun Abu Jahm, maka dia adalah lelaki yang tidak pernah meletakkan tongkatnya dari pundaknya . Adapun Mu’awiyah, dia adalah lelaki miskin yang tidak memiliki harta. Menikahlah dengan Usamah bin Zaid.” (HR. Muslim)
Para ulama juga menyatakan bolehnya berbicara secara langsung dengan calon istri yang dilamar sesuai dengan tuntunan hajat dan maslahat.

Akan tetapi tentunya tanpa khalwat dan dari balik hijab. Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Asy-Syarhul Mumti’ (130-129/5 cetakan Darul Atsar) berkata: “Bolehnya berbicara dengan calon istri yang dilamar wajib dibatasi dengan syarat tidak membangkitkan syahwat atau tanpa disertai  dengan menikmati percakapan tersebut. Jika hal itu terjadi maka hukumnya haram, karena setiap orang wajib menghindar dan menjauh dari fitnah.”

Perkara ini diistilahkan dengan ta’aruf. Adapun terkait dengan hal-hal yang lebih spesifik yaitu organ tubuh, maka cara yang diajarkan adalah dengan melakukan nazhor, yaitu melihat wanita yang hendak dilamar. Nazhor memiliki aturan-aturan dan persyaratan-persyaratan yang membutuhkan pembahasan khusus .
Wallahu a’lam. 


Doa wanita itu lebih makbul daripada lelaki kerana sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasullah SAW akan hal tersebut, jawab baginda, “Ibu lebih penyayang daripada bapa dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia.”
1. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 1000 lelaki yang soleh.
2. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, darjatnya seumpama orang yang sentiasa menangis kerana takutkan Allah. Dan orang yang takutkan Allah SWT akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
3. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasullah SAW) di dalam syurga.
4. Barang siapa membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah lalu diberikan kepada keluarganya) maka pahalanya seperti melakukan amalan bersedekah.
5. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barang siapa yang menyukakan anak perempuannya seolah-olah dia telah memerdekakan anak Nabi Ismail.
6. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
7. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta sikap bertanggungjawab, maka baginya adalah syurga.
8. Apabila memanggil akan dirimu dua orang ibu bapamu, maka jawablah panggilan ibumu terlebih dahulu.
9. Daripada Aisyah r.a “Barang siapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.
10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutuplah pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pun pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
11. Wanita yang taat pada suaminya, maka semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan semua beristighfar baginya selama mana dia taat kepada suaminya serta menjaga solat dan puasanya.
12. Aisyah r.a berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita?” Jawab Rasullullah SAW “Suaminya.” “Siapa pula berhak terhadap lelaki?” Jawab Rasullah SAW, “Ibunya.”
13. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa di bulan Ramadan, memelihara kehormatannya serta kepada suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana sahaja yang dikehendaki.
14. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah SWT memasukkan dia ke dalam syurga terlebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun)
15. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebajikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.
16. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT mencatatkan baginya pahala orang yang berjihd pada jalan Allah.
17. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
18. Apabila telah lahir anak lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu kebajikan.
19. Apabila semalaman seorang ibu tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah SWT memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah SWT.
20. Rasulullah s.a.w menjelaskan betapa istimewanya nasib wanita yang hamil jika dia meninggal dalam masa hamilnya. Allah memberikan jaminan kepada yang bersangkutan mendapatkan syurga sebagaimana janji yang Allah berikan kepada kaum lelaki yang mati syhid di medan perang untuk membela agama Allah. Kedudukan yang demikian tinggi bagi wanita yang meninggal saat melahirkan menunjukkan betapa besar harkat yang Allah dan Rasul-Nya berikan kepada kaum wanita. Wallahu taa’la a’lam.
Alangkah bertuahnya anda yang bergelar wanita. Oleh itu banyakkan bersyukur dan bersabar dalam menghadapi liku-liku dalam kehidupan ini.
Doa wanita itu lebih makbul daripada lelaki kerana sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasullah SAW akan hal tersebut, jawab baginda, “Ibu lebih penyayang daripada bapa dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia.”
1. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 1000 lelaki yang soleh.
2. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, darjatnya seumpama orang yang sentiasa menangis kerana takutkan Allah. Dan orang yang takutkan Allah SWT akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
3. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasullah SAW) di dalam syurga.
4. Barang siapa membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah lalu diberikan kepada keluarganya) maka pahalanya seperti melakukan amalan bersedekah.
5. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barang siapa yang menyukakan anak perempuannya seolah-olah dia telah memerdekakan anak Nabi Ismail.
6. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
7. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta sikap bertanggungjawab, maka baginya adalah syurga.
8. Apabila memanggil akan dirimu dua orang ibu bapamu, maka jawablah panggilan ibumu terlebih dahulu.
9. Daripada Aisyah r.a “Barang siapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.
10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutuplah pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pun pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
11. Wanita yang taat pada suaminya, maka semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan semua beristighfar baginya selama mana dia taat kepada suaminya serta menjaga solat dan puasanya.
12. Aisyah r.a berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita?” Jawab Rasullullah SAW “Suaminya.” “Siapa pula berhak terhadap lelaki?” Jawab Rasullah SAW, “Ibunya.”
13. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa di bulan Ramadan, memelihara kehormatannya serta kepada suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana sahaja yang dikehendaki.
14. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah SWT memasukkan dia ke dalam syurga terlebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun)
15. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebajikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.
16. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT mencatatkan baginya pahala orang yang berjihd pada jalan Allah.
17. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
18. Apabila telah lahir anak lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu kebajikan.
19. Apabila semalaman seorang ibu tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah SWT memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah SWT.
20. Rasulullah s.a.w menjelaskan betapa istimewanya nasib wanita yang hamil jika dia meninggal dalam masa hamilnya. Allah memberikan jaminan kepada yang bersangkutan mendapatkan syurga sebagaimana janji yang Allah berikan kepada kaum lelaki yang mati syhid di medan perang untuk membela agama Allah. Kedudukan yang demikian tinggi bagi wanita yang meninggal saat melahirkan menunjukkan betapa besar harkat yang Allah dan Rasul-Nya berikan kepada kaum wanita. Wallahu taa’la a’lam.
Alangkah bertuahnya anda yang bergelar wanita. Oleh itu banyakkan bersyukur dan bersabar dalam menghadapi liku-liku dalam kehidupan ini.

  
" Kecantikan Sejati " ...

Adalah kebahagiaan seorang laki-laki ketika Allah menganugrahkannya seorang istri yang apabila ia memandangnya, ia merasa semakin sayang. Kepenatan selama di luar rumah terkikis ketika memandang wajah istri yang tercinta. Kesenangan di luar tak menjadikan suami merasa jengah di rumah. Sebab surga ada di rumahnya; Baiti Jannati (rumahku surgaku).

Kebahagiaan ini lahir dari istri yang apabila suami memandangnya, membuat suami bertambah kuat jalinan perasaannya. Wajah istri adalah keteduhan, telaga yang memberi kesejukan ketika suami mengalami kegerahan. Lalu apakah yang ada pada diri seorang istri, sehingga ketika suami memandangnya semakin besar rasa sayangnya? Konon, seorang laki-laki akan mudah terkesan oleh kecantikan wajah. Sempurnalah kebahagiaan seorang laki-laki jika ia memiliki istri yang berwajah memikat.

Tapi asumsi ini segera dibantah oleh dua hal. Pertama, bantahan berupa fakta-fakta. Dan kedua, bantahan dari sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Konon, Christina Onassis, mempunyai wajah yang sangat cantik. Ia juga memiliki kekayaan yang sangat besar. Mendiang ayahnya meninggalkan harta warisan yang berlimpah, antara lain kapal pesiar pribadi, dan pulau milik pribadi juga. Telah beberapa kali menikah, tetapi Christina harus menghadapi kenyataan pahit. Seluruh pernikahannya berakhir dengan kekecewaan. Terakhir ia menutup kisah hidupnya dengan satu keputusan: bunuh diri.

Kecantikan wajah Christina tidak membuat suaminya semakin sayang ketika memandangnya. Jalinan perasaan antara ia dan suami-suaminya tidak pernah kuat.

Kasus ini memberikan ibroh kepada kita bahwa bukan kecantikan wajah secara fisik yang dapat membuat suami semakin sayang ketika memandangnya. Ada yang bersifat psikis, atau lebih tepatnya bersifat qalbiyyah!

Bantahan kedua, sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam“Seorang wanita dinikahi karena empat hal; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah yang taat beragama niscaya kamu akan beruntung.” (HR. bukhari, Muslim)

Hadist di atas sebagai penguat bahwa kesejukan ketika memandang sehingga perasaan suami semakin sayang, letaknya bukan pada keelokan rupa secara zhahir. Ada yang bersifat bathiniyyah.

Dengan demikian wahai saudariku muslimah, tidak mesti kita harus mempercantik diri dengan alat kosmetik atau dengan menggunakan gaun-gaun aduhai yang akhirnya akan membawa kita pada sikap berlebihan pada hal yang halal bahkan menyebabkan kita menjadi lalai dan meninggalkan segala yang bermanfaat dalam perkara-perkara akhirat, wal ‘iyadzubillah.

Namun tidak berarti kita meninggalkan perawatan diri dengan menjaga fitrah manusia, dengan menjaga kebersihan, kesegaran dan keharuman tubuh yang akhirnya melalaikan diri dalam menjaga hak suami. Ada yang lebih berarti dari semua itu, ada yang lebih penting untuk kita lakukan demi mendapatkan cinta suami.

Sesungguhnya cinta yang dicari dari diri seorang wanita adalah sesuatu pengaruh yang terbit dari dalam jiwa dengan segala kemuliaannya dan mempunyai harga diri, dapat menjaga diri, suci, bersih, dan membuat kehidupan lebih tinggi di atas egonya.

Untuk itulah saudariku muslimah… Tuangkanlah di dalam dada dan hatimu dengan cinta dan kasih sayang serta tanamkanlah kemuliaan wanita muslimah seperti jiwamu yang penuh dengan kebaikan, perhatian serta kelembutan. Bukankah kita telah melihat contoh-contoh yang gemilang dari pribadi-pribadi yang kuat dari para shahabiyyah radiyallahu ‘anhunna…?

Janganlah engkau penuhi dirimu dengan ahlak yang selalu sedih dan gelisah, banyak pengaduan dan keluh kesah dan selalu mengancam, karena hal tersebut akan menggelapkan hatimu. Tersenyumlah untuk kehidupan. Seperti kuatnya para shahabiyyah dalam menghadapi kehidupan yang keras dan betapa kuatnya wanita-wanita yang lembut itu mempertahankan agamanya…

Perhiasan jiwa, itulah yang lebih utama. Yaitu sifat-sifat dan budi pekerti yang diajarkan Islam, yang diawali dengan sifat keimanan. Sebagaimana firman Allah, (yang artinya) “Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.” (QS. Al-Hujaraat: 7)

Apabila keimanan telah benar-benar terpatri dalam hati, maka akan tumbuhlah sifat-sifat indah yang menghiasi diri manusia, mulai dari Ketakwaan, Ilmu, Rasa Malu, Jujur, Terhormat, Berani, Sabar, Lemah Lembut, Baik Budi Pekerti, Menjaga Silaturrahim, dan sifat-sifat terpuji lainnya yang tidak mungkin disebut satu-persatu.

Semuanya adalah nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada hamba-hambanya agar dapat bahagia hidup di dunia dan akhirat.

Wanita benar-benar sangat diuntungkan, karena ia memiliki kesempatan yang lebih besar dalam hal perhiasan jiwa dengan arti yang sesungguhnya, yaitu ketika wanita memiliki sifat-sifat terpuji yang mengangkat derajatnya ke puncak kemuliaan, dan jauh dari segala sesuatu yang dapat menghancurkanya dan menghilangkan rasa malunya….!

Saudariku… jika engkau telah menikah, maka nasihat ini untuk mengingatkanmu agar engkau selalu menampilkan kecantikan dirimu dengan kecantikan sejati yang berasal dari dalam jiwamu, bukan dengan kecantikan sebab yang akan lenyap dengan lenyapnya sebab.

Saudariku… jika saat ini Allah belum mengaruniai engkau jodoh seorang suami yang sholeh, maka persiapkanlah dirimu untuk menjadi istri yang sholihah dengan memperbaiki diri dari kekurangan yang dimiliki lalu tutuplah ia dengan memunculkan potensi yang engkau miliki untuk mendekatkan dirimu kepada Yang Maha Rahman, mempercantik diri dengan ketakwaan kepada Allah yang dengannya akan tumbuh keimanan dalam hatimu sehingga engkau dapat menghiasi dirimu dengan akhlak yang mulia.

Saudariku… ini adalah sebuah nasihat yang apabila engkau mengambilnya maka tidak ada yang akan diuntungkan melainkan dirimu sendiri.

Disalin dari: Buletin al-Izzah edisi no16/thn III/Muharram 1425 H

(Bulletin ini diterbitkan oleh Forkimus (Forum Kajian Islam Muslimah Salafiyah) Mataram, Lombok, NTB)

Muroja’ah: Ust Aris Munandar


       Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ   

“Wanita (istri) shalihah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka.” (An-Nisa: 34)

Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan di antara sifat wanita shalihah adalah taat kepada Allah dan kepada suaminya dalam perkara yang ma‘ruf6 lagi memelihara dirinya ketika suaminya tidak berada di sampingnya.

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di rahimahullah berkata: “Tugas seorang istri adalah menunaikan ketaatan kepada Rabbnya dan taat kepada suaminya, karena itulah Allah berfirman: “Wanita shalihah adalah yang taat,” yakni taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, “Lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada.” Yakni taat kepada suami mereka bahkan ketika suaminya tidak ada (sedang bepergian, pen.), dia menjaga suaminya dengan menjaga dirinya dan harta suaminya.” (Taisir Al-Karimir Rahman, hal.177)

Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menghadapi permasalahan dengan istri-istrinya sampai beliau bersumpah tidak akan mencampuri mereka selama sebulan, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatakan kepada Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam:

عَسَى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ مُسْلِمَاتٍ مُؤْمِنَاتٍ قَانِتَاتٍ تآئِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سآئِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَأَبْكَارًا

“Jika sampai Nabi menceraikan kalian,7 mudah-mudahan Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kalian, muslimat, mukminat, qanitat, taibat, ‘abidat, saihat dari kalangan janda ataupun gadis.” (At-Tahrim: 5)

Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan beberapa sifat istri yang shalihah yaitu:
a. Muslimat: wanita-wanita yang ikhlas (kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala), tunduk kepada perintah Allah ta‘ala dan perintah Rasul-Nya. b. Mukminat: wanita-wanita yang membenarkan perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala c. Qanitat: wanita-wanita yang taat d. Taibat: wanita-wanita yang selalu bertaubat dari dosa-dosa mereka, selalu kembali kepada perintah (perkara yang ditetapkan) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam walaupun harus meninggalkan apa yang disenangi oleh hawa nafsu mereka. e. ‘Abidat: wanita-wanita yang banyak melakukan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala (dengan mentauhidkannya karena semua yang dimaksud dengan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Qur’an adalah tauhid, kata Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma). f. Saihat: wanita-wanita yang berpuasa. (Al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an, 18/126-127, Tafsir Ibnu Katsir, 8/132)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan:

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، قِيْلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.” (HR. Ahmad 1/191, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ no. 660, 661)

Dari dalil-dalil yang telah disebutkan di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa sifat istri yang shalihah adalah sebagai berikut:
1. Mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan mempersembahkan ibadah hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.

2. Tunduk kepada perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala, terus menerus dalam ketaatan kepada-Nya dengan banyak melakukan ibadah seperti shalat, puasa, bersedekah, dan selainnya. Membenarkan segala perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

3. Menjauhi segala perkara yang dilarang dan menjauhi sifat-sifat yang rendah.

4. Selalu kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan bertaubat kepada-Nya sehingga lisannya senantiasa dipenuhi istighfar dan dzikir kepada-Nya. Sebaliknya ia jauh dari perkataan yang laghwi, tidak bermanfaat dan membawa dosa seperti dusta, ghibah, namimah, dan lainnya.

5. Menaati suami dalam perkara kebaikan bukan dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan melaksanakan hak-hak suami sebaik-baiknya.

6. Menjaga dirinya ketika suami tidak berada di sisinya. Ia menjaga kehormatannya dari tangan yang hendak menyentuh, dari mata yang hendak melihat, atau dari telinga yang hendak mendengar. Demikian juga menjaga anak-anak, rumah, dan harta suaminya.
.

.

Sifat istri shalihah lainnya bisa kita rinci berikut ini berdasarkan dalil-dalil yang disebutkan setelahnya:
1. Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ اَلْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا، الَّتِى إِذَا غَضِبَ جَاءَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِي يَدِ زَوْجِهَا، وَتَقُوْلُ: لاَ أَذُوقُ غَضْمًا حَتَّى تَرْضَى

“Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287)

2. Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yang semacamnya.

3. Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yang berkenaan dengan hubungan intim antara dia dan suaminya. Asma’ bintu Yazid radhiallahu 'anha menceritakan dia pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang duduk. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: “Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang mengabarkan    apa yang diperbuatnya bersama suaminya?” Maka mereka semua diam tidak ada yang menjawab. Aku (Asma) pun menjawab: “Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami).”

Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

فَلاَ تَفْعَلُوا، فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِثْلُ الشَّيْطَانِ لَقِيَ شَيْطَانَةً فِي طَرِيْقٍ فَغَشِيَهَا وَالنَّاسُ يَنْظُرُوْنَ

“Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya    sementara manusia menontonnya.” (HR. Ahmad 6/456, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Adabuz Zafaf (hal. 63) menyatakan ada syawahid (pendukung) yang menjadikan hadits ini shahih atau paling sedikit hasan)

4. Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya sehingga bila suaminya memandang akan menyenangkannya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهَ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهَ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهَ

“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya”. (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)

5. Ketika suaminya sedang berada di rumah (tidak bepergian/ safar), ia tidak menyibukkan dirinya dengan melakukan ibadah sunnah yang dapat menghalangi suaminya untuk istimta‘ (bernikmat-nikmat) dengannya seperti puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

“Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya”. (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)

6. Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak melupakan kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: “Aku tidak pernah melihat darimu kebaikan sama sekali.” (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda:

لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِي عَنْهُ

“Allah tidak akan melihat kepada seorang istri yang tidak bersyukur kepada suaminya padahal dia membutuhkannya.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 289)

7. Bersegera memenuhi ajakan suami untuk memenuhi hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan yang syar‘i, dan tidak menjauhi tempat tidur suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَتَأْبَى عَلَيْهِ إِلاَّ كَانَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ سَاخِطًا عَلَيْهَا حَتَّى يَرْضَى عَنْهَا

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.” (HR. Muslim no.1436)

إِذَا بَاتَتِ الْمَرْأَةُ مُهَاجِرَةً فِرَاشَ زَوْجِهَا لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تَرْجِعَ

“Apabila seorang istri bermalam dalam keadaan meninggalkan tempat tidur suaminya, niscaya para malaikat melaknatnya sampai ia kembali (ke    suaminya).” (HR. Al-Bukhari no. 5194 dan Muslim no. 1436)

Demikian yang dapat kami sebutkan dari keutamaan dan sifat-sifat istri shalihah, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi taufik kepada kita agar dapat menjadi wanita yang shalihah, amin.

1. Atau ia belajar agama namun tidak mengamalkannya

2. Tempat untuk bersenang-senang (Syarah Sunan An-Nasai oleh Al-Imam As-Sindi rahimahullah, 6/69)

3. Karena keindahan dan kecantikannya secara dzahir atau karena bagusnya akhlaknya secara batin atau karena dia senantiasa menyibukkan dirinya untuk taat dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala (Ta‘liq Sunan Ibnu Majah, Muhammad Fuad Abdul Baqi, Kitabun Nikah, bab Afdhalun Nisa, 1/596, ‘Aunul Ma‘bud, 5/56)

4. Dengan perkara syar‘i atau perkara biasa (‘Aunul Ma‘bud, 5/56)

5. Mengerjakan apa yang diperintahkan dan melayaninya (‘Aunul Ma‘bud, 5/56)

6. Bukan dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Al-Khaliq.

7. Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Mengetahui bahwasanya Nabi-Nya tidak akan menceraikan istri-istrinya (ummahatul mukminin), akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan kepada ummahatul mukminin tentang kekuasaan-Nya, bila sampai Nabi menceraikan mereka, Dia akan menggantikan untuk beliau istri-istri yang lebih baik daripada mereka dalam rangka menakuti-nakuti mereka.

Ini merupakan pengabaran tentang qudrah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan ancaman untuk menakut-nakuti istri-istri Nabi , bukan berarti ada orang yang lebih baik daripada shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam (Al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an, 18/126) dan bukan berarti istri-istri beliau tidak baik bahkan mereka adalah sebaik-baik wanita. Al-Qurthubi rahimahullah berkata:

“Permasalahan ini dibawa kepada pendapat yang mengatakan bahwa penggantian istri dalam ayat ini merupakan janji dari Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk Nabi-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam, seandainya beliau menceraikan mereka di dunia Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menikahkan beliau di akhirat dengan wanita-wanita yang lebih baik daripada mereka.” (Al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an, 18/127)


.

Keutamaan wanita shalihah Abdullah bin Amr radhiallahu 'anhuma meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

الدُّنْيَا مَتاَعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan2 dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Umar ibnul Khaththab radhiallahu 'anhu:
أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهَ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهَ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهَ
“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya3, bila diperintah4 akan mentaatinya5, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)
Berkata Al-Qadhi ‘Iyyadh rahimahullah: “Tatkala Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menerangkan kepada para sahabatnya bahwa tidak berdosa mereka mengumpulkan harta selama mereka menunaikan zakatnya, beliau memandang perlunya memberi kabar gembira kepada mereka dengan menganjurkan mereka kepada apa yang lebih baik dan lebih kekal yaitu istri yang shalihah yang cantik (lahir batinnya) karena ia akan selalu bersamamu menemanimu. Bila engkau pandang menyenangkanmu, ia tunaikan kebutuhanmu bila engkau membutuhkannya. Engkau dapat bermusyawarah dengannya dalam perkara yang dapat membantumu dan ia akan menjaga rahasiamu. Engkau dapat meminta bantuannya dalam keperluan-keperluanmu, ia mentaati perintahmu dan bila engkau meninggalkannya ia akan menjaga hartamu dan memelihara/mengasuh anak-anakmu.” (‘Aunul Ma‘bud, 5/57)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah pula bersabda:
أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيُّ. وَأَرْبَعٌ مِنَ الشّقَاءِ: الْجَارُ السّوءُ، وَاَلْمَرْأَةُ السُّوءُ، وَالْمَركَبُ السُّوءُ، وَالْمَسْكَنُ الضَّيِّقُ.
“Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah, tempat tinggal yang luas/ lapang, tetangga yang shalih, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban dalam Al-Mawarid hal. 302, dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ush Shahih, 3/57 dan Asy-Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 282)
Ketika Umar ibnul Khaththab radhiallahu 'anhu bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, harta apakah yang sebaiknya kita miliki?”
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
لِيَتَّخِذْ أَحَدُكُمْ قَلْبًا شَاكِرًا وَلِسَاناً ذَاكِرًا وَزَوْجَةً مُؤْمِنَةً تُعِيْنُ أَحَدَكُمْ عَلَى أَمْرِ الآخِرَةِ
“Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa berdzikir dan istri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat.” (HR. Ibnu Majah no. 1856, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah no. 1505)
Cukuplah kemuliaan dan keutamaan bagi wanita shalihah dengan anjuran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bagi lelaki yang ingin menikah untuk mengutamakannya dari yang selainnya.
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ ِلأََرْبَعٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا. فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang punya agama, engkau akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1466)
Empat hal tersebut merupakan faktor penyebabdipersuntingnya seorang  wanita dan ini merupakan pengabaran berdasarkan kenyataan yang biasa terjadi di tengah manusia, bukan suatu perintah untuk mengumpulkan perkara-perkara tersebut, demikian kata Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah. Namun dzahir hadits ini menunjukkan boleh menikahi wanita karena salah satu dari empat perkara tersebut, akan tetapi memilih wanita karena agamanya lebih utama. (Fathul Bari, 9/164)
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “(فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ), maknanya: yang sepatutnya bagi seorang yang beragama dan memiliki muruah (adab) untuk menjadikan agama sebagai petunjuk pandangannya dalam segala sesuatu terlebih lagi dalam suatu perkara yang akan tinggal lama bersamanya (istri). Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk mendapatkan seorang wanita yang memiliki agama di mana hal ini merupakan puncak keinginannya.” (Fathul Bari, 9/164)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Dalam hadits ini ada anjuran untuk berteman/ bersahabat dengan orang yang memiliki agama dalam segala sesuatu karena ia akan mengambil manfaat dari akhlak mereka (teman yang baik tersebut), berkah mereka, baiknya jalan mereka, dan aman dari mendapatkan kerusakan mereka.” (Syarah Shahih Muslim, 10/52)

Demikianlah sajian ini semoga bermanpaat bagi kita semua. Aamiin."Wassalam.

.



Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

=9 Ciri-Ciri Wanita yang Diidam-idamkan=

 1. Berpegang Kepada Agama

Wanita yang berpegang kepada agama mempunyai keperibadian yang unggul. Batas-batas syariat yang dipegang dan terpelihara dalam hidupnya mengangkat martabat dirinya sebagai seorang yang layak dikagumi oleh lelaki. Dia tidak akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan syariah Islam. Memang beruntung bagi Pria yang beristerikan dengan wanita sebegini.

2. Kecantikan Dalaman

Wanita yang tulen adalah lemah lembut dalam perwatakannya juga penampilannya tetapi mempunyai prinsip dalam hidup. Inilah kecantikan dalaman yang dicari oleh setiap Pria. Kalau cantik, itu dikira sebagai BONUS.

Wanita yang mempunyai kecantikan dalaman tidak akan sesekali menjual maruah dirinya hanya untuk mencari nama fofularitas atau status dan juga Uwang. Mereka tidak akan sesekali tunduk pada nafsu atau berbuat sesuatu yang semata-mata kerana menghendki  harta dan kekayaan.

3. Manja

Lelaki suka wanita yang keanak-kanakan atau yang ada sifat manjanya, supaya lelaki boleh memainkan peranan sebagai pelindung. Namun begitu, sifat manja dan keanak-kanakan itu tidak melampaui batas tapi cukup asal dapat menyesuaikan diri sehingga tidak menampakkan seperti wanita yang kurang matang.

4. Pandai Menjaga Kecantikan

Lelaki menginginkan wanita yang pandai menjaga kecantikan dirinya. Wanita dan kecantikan memang susah untuk dipisahkan. Dan mereka akan kelihatan lebih dan bertambah cantik jika bijak dan pandai merawat diri serta menjaga penampilan dirinya. Lelaki secara fitrahnya memang menghendaki wanita yang pandai menjaga kecantikannya, sehingga ia akan membuat mereka bangga.

5. Berakhlaq Mulia

Wanita yang berakhlaq mulia dikenali juga sebagai wanita sholehah. Wanita adalah hiasan dunia, dan Seindah-seindahnya hiasan dunia adalah wanita solehah.Sehingga  mereka menjadi ratu bagi keluarganya menjadi ibu dan isteri, serta kekasih dan merupakan tempat bernaung dan bemanja bagi suami dan juga Anak-anaknya.

6. Tidak Mempamerkan Keseksian diluaran

Lelaki suka menjamu matanya dengan melihat aurat wanita, akan tetapi janganlah sampai menimbulkan maksiat namun cukuplah menjadikanya isteri sebagai penghias keindahan bagi dirinya. tetapi wanita itu tidak menampakkan seolah-olah barang pameran untuk mata para lelaki diluaran.

7. Tidak Cerewet

Lelaki suka pada wanita yang tidak cerewet. Mengapa pula? Sebab wanita yang cerewet dapat menyebabkan lelaki merasa jemu dengannya. Biasanya, wanita yang cerewet suka mengkritik apa saja yang tidak disenanginya walaupun perkara itu hanyalah perkara kecil namun bisa berakibat patal.

8. Memahami Lelaki

Wanita yang memahami hati lelaki biasanya mempunyai intuisi yang cukup kuat. Lelaki mengimpikan wanita yang mampu memahami situasinya dalam keadaan suka maupun duka. Pendek kata, tanpa perlu bersuara, dia itu sudah dapat membaca riak wajah suaminya. Lantas, bertindak menghiburkan atau memberi kekuatan.

9. Sejuk Mata Memandang

Wanita yang manis paras wajahnya dan sejuk dipandang matanya, akan mendamaikan perasaan seorang lelaki. Ciri-ciri Wanita Sejuk Mata Memandang seperti di bawa ini:

.:: - Shopan satun

.:: - Senantiasa menampakan wajah ceria

.:: - Senantiasa memberikan senyuman ikhlas

.:: - Menutup aurat

.:: - Ramah dan mesra

.:: - Tidak terlalu cemburu

.:: – Menghormati orang lain


Baik terhadap saudara dan keluarga.


Inilah 9 ciri-ciri wanita yang menjadi idaman lelaki. Semoga apa yang telah dikongsikan dapat memberi manfaat kepada diri Anda dan menjadi kayu pengukur dalam keperibadian akhlaq diri dan juga Bagi Anda serta pasangan Anda.

Jadikan tips yang terakhir ini sebagai rutin harian dalam hidup. Sebelum tidur, coba menilai atau memuhasabah diri kita kembali. Coba lihat di mana kelebihan dan kekurangan diri kita serta apa yang telah kita capai pada hari ini. Andai kata bila kita mampu mengatasi kelemahan diri sendiri, dan mau memperbaikinya dengan secara berkesinambungan maka Insya allah Anda akan dapat meraih kebahagiaan dan fahamilah bahawa kelemahan itu wujud supaya kita tahu apa kekuatan diri kita. Sepertimana Dr Fadhillah Kamsah mendidik jiwa kita agar senantiasa mengamalkan sifat saling memaafkan antara satu sama dengan lainnya pada setiap malam sebelum melelapkan mata dan tidur menikmati keindahan alam impian.

Lantas, gunakanlah kelebihan dan kekuatan yang ada untuk menciptakan  kecemerlangan dalam diri untuk kebaikan bersama. Ingatlah bahawa setiap keindahan dan kesempurnaan itu hanya milik sang penakluk jiwa para hamba-hamba-NYA, yakni sang KHALIQ yang Maha Pencipta. Manakala pada kecacatan, keburukan dan kelemahan adalah ciptaan manusia itu sendiri termasuk diri saya yang dhoif di hadapan ALLAH Az Wajalla jua. Wallahu ‘alam..

Semoga bermanfa'at

Salah Dan Hilaf andai ada kata yg kurang berkenan mohon dima'afkan
Ana Nurassajati purnama Alam,  Andhika Al-banjari Mtp Insaniah Fakir Hamba Allah yg tiada daya dan Upaya,yg benar itu datangnya daripada Allah SWT,dan yg salah itu datangnya daripada kelemahan diri ana pula..Wassalam.


dan tak lupa. Salam Ukhuwah Fillah Abadan Abadaa


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
 Saudariku...
Wanita idaman lelaki ialah,
yang hatinya dibalut taqwa kepada ALLAH,
yang jiwanya penuh penghayatan terhadap Islam,
yang senatiasa dahaga dengan ilmu,
yang sentiasa haus dengan pahala,yang solatnya maruah dirinya,
yang tidak pernah takut untuk berkata benar,
yang tidak pernah gentar melawan nafsu,

Wanita idaman lelaki ialah,
yang menjaga tutur katanya,
yang tidak bermegah dengan ilmu yang dimilikinya,
yang sentiasa berbuat kebajikan kerana sifatnya yang dermawan ,
yang mempunyai banyak teman,
dan tidak mempunyai musuh bersifat syaitan,

Wanita idaman lelaki ialah,
wanita yang menghormati ibunya,
yang senatiasa berbakti kepada kedua orang tuanya dan keluarga,
yang bakal menjaga kerukunan rumahtangga,
yang sabar mendidik suami dan anak-anak mendalami agama,
yang mengamalkan hidup penuh sederhana,
kerana dunia baginya adalah rumah sementara menuju akhirat,

Wanita idaman lelaki ialah,
yang sentiasa bersedia untuk menjadi insan yang hakiki,
yang hidup di bawah naungan Al-Quran dan sunnah nabi,
yang boleh diajak berbicara dan berdiskusi,
yang menjaga matanya dari pandangan duniawi,
yang sujudnya penuh kesyukuran dengan rahmat Illahi Rabbi,

Wanita idaman lelaki ialah,
yang tidak pernah memubazirkan waktu,
matanya kepenatan kerana penat menimba ilmu,
suaranya lesu kerana lidahnya tak henti memuji dan mengingatiMU,
tidurnya lena dengan cahaya keimanan,
bangunnya Subuh penuh penghayatan,
kerana sehari lagi usianya bertambah penuh keinsafan,

Wanita idaman lelaki ialah,
yang sentiasa mengingati mati,
yang baginya hidup di dunia adalah ladang akhirat,
yang mana buah kehidupan itu perlu dibaja dan dijaga,
agar berputik tunas yang bakal menjadi baka yang sempurna,
meneruskan perjuangan Islam sebelum tibanya Kiamat,

Wanita idaman lelaki ialah,
yang tidak terpesona dengan buaian dunia,
kerana dia mengimpikan syurga,
di situlah mahligai impiannya,
dialah WANITA IDAMAN LELAKI seadanya.

Semoga bermanfa'at

Salah daan hilaf andai ada kata yang kurang berkenan mohon di ma'afkan
Ana Nurassajati purnama alam, Andhika Al-Banjari Insaniah Fakir Hamba Allah yg tiada daya dan upaya,
yg benar itu datangnya daripada Allah SWT dan yg salah itu datangnya daripada kelemahan diri ana pula..

Salam Ukhuwah Fillah

Assalamu alaikum wr wb.
Sahabat
Cinta Bukanlah Disalurkan Lewat Pacaran
Cinta kepada lain jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Karena sebab cintalah, keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu, Allah Ta’ala menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni surga. Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana menyalurkan fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan lil ‘alamin.

Namun, bagaimanakah jika cinta itu disalurkan melalui cara yang tidak syar`i? Fenomena itulah yang melanda hampir sebagian besar anak muda saat ini. Penyaluran cinta ala mereka biasa disebut dengan pacaran. Berikut adalah beberapa tinjauan syari’at Islam mengenai pacaran.
Ajaran Islam Melarang Mendekati Zina

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)

Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.

Asy Syaukani dalam Fathul Qodir mengatakan, ”Apabila perantara kepada sesuatu saja dilarang, tentu saja tujuannya juga haram dilihat dari maksud pembicaraan.”
Dilihat dari perkataan Asy Syaukani ini, maka kita dapat simpulkan bahwa setiap jalan (perantara) menuju zina adalah suatu yang terlarang.

Ini berarti memandang, berjabat tangan, berduaan dan bentuk perbuatan lain yang dilakukan dengan lawan jenis karena hal itu sebagai perantara kepada zina adalah suatu hal yang terlarang.

Islam Memerintahkan untuk Menundukkan Pandangan
Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menundukkan pandangan ketika melihat lawan jenis.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),“Katakanlah kepada laki–laki yang beriman : ”Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS.An Nuur [24]: 30 )

Dalam lanjutan ayat ini, Allah juga berfirman, “Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : “Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan kemaluannya” (QS. An Nuur [24]: 31)

Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat pertama di atas mengatakan, ”Ayat ini merupakan perintah Allah Ta’ala kepada hamba-Nya yang beriman untuk menundukkan pandangan mereka dari hal-hal yang haram. Janganlah mereka melihat kecuali pada apa yang dihalalkan bagi mereka untuk dilihat (yaitu pada istri dan mahromnya).

Hendaklah mereka juga menundukkan pandangan dari hal-hal yang haram. Jika memang mereka tiba-tiba melihat sesuatu yang haram itu dengan tidak sengaja, maka hendaklah mereka memalingkan pandangannya dengan segera.”

Ketika menafsirkan ayat kedua di atas, Ibnu Katsir juga mengatakan, ”Firman Allah (yang artinya) ‘katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka’ yaitu hendaklah mereka menundukkannya dari apa yang Allah haramkan dengan melihat kepada orang lain selain suaminya.

Oleh karena itu, mayoritas ulama berpendapat bahwa tidak boleh seorang wanita melihat laki-laki lain (selain suami atau mahromnya, pen) baik dengan syahwat dan tanpa syahwat. … Sebagian ulama lainnya berpendapat tentang bolehnya melihat laki-laki lain dengan tanpa syahwat.”

Lalu bagaimana jika kita tidak sengaja memandang lawanjenis?
Dari Jarir bin Abdillah, beliau mengatakan, “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim no. 5770)

Faedah dari menundukkan pandangan, sebagaimana di firmankan Allah dalam surat An Nur ayat 30 (yang artinya) “yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka” yaitu dengan menundukkan pandangan akan lebih membersihkan hati dan lebih menjaga agama orang-orang yang beriman.

 Inilah yang dikatakan oleh Ibnu Katsir –semoga Allah merahmati beliau- ketika menafsirkan ayat ini. –Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk menundukkan pandangan sehingga hati dan agama kita selalu terjaga kesuciannya

Agama Islam Melarang Berduaan dengan Lawan Jenis
Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahromnya.” (HR. Bukhari, no. 5233)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.” (HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini shohih ligoirihi)

Jabat Tangan dengan Lawan Jenis Termasuk yang Dilarang
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak.

Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim no. 6925)

Jika kita melihat pada hadits di atas, menyentuh lawan jenis -yang bukan istri atau mahrom- diistilahkan dengan berzina. Hal ini berarti menyentuh lawan jenis adalah perbuatan yang haram karena berdasarkan kaedah ushul “apabila sesuatu dinamakan dengan sesuatu lain yang haram, maka menunjukkan bahwa perbuatan tersebut adalah haram”. (Lihat Taysir Ilmi Ushul Fiqh, Abdullah bin Yusuf Al Juda’i)
Meninjau Fenomena Pacaran

Setelah pemaparan kami di atas, jika kita meninjau fenomena pacaran saat ini pasti ada perbuatan-perbuatan yang dilarang di atas. Kita dapat melihat bahwa bentuk pacaran bisa mendekati zina. Semula diawali dengan pandangan mata terlebih dahulu. Lalu pandangan itu mengendap di hati. Kemudian timbul hasrat untuk jalan berdua.

Lalu berani berdua-duan di tempat yang sepi. Setelah itu bersentuhan dengan pasangan. Lalu dilanjutkan dengan ciuman. Akhirnya, sebagai pembuktian cinta dibuktikan dengan berzina. –Naudzu billahi min dzalik-. Lalu pintu mana lagi paling lebar dan paling dekat dengan ruang perzinaan melebihi pintu pacaran?!

Mungkinkah ada pacaran Islami? Sungguh, pacaran yang dilakukan saat ini bahkan yang dilabeli dengan ’pacaran Islami’ tidak mungkin bisa terhindar dari larangan-larangan di atas. Renungkanlahdalam hal ini!
Mustahil Ada Pacaran Islami

Salah seorang dai terkemuka pernah ditanya,”Ngomong-ngomong, dulu bapak dengan ibu, maksudnya sebelum nikah, apa sempat berpacaran?”
Dengan diplomatis, si dai menjawab,”Pacaran seperti apa dulu? Kami dulu juga berpacaran, tapi berpacaran secara Islami. Lho, gimana caranya? Kami juga sering berjalan-jalan ke tempat rekreasi, tapi tak pernah ngumpet berduaan. Kami juga gak pernah melakukan yang enggak-enggak, ciuman, pelukan, apalagi –wal ‘iyyadzubillah- berzina.

Nuansa berpikir seperti itu, tampaknya bukan hanya milik si dai. Banyak kalangan kaum muslimin yang masih berpandangan, bahwa pacaran itu sah-sah saja, asalkan tetap menjaga diri masing-masing. Ungkapan itu ibarat kalimat, “Mandi boleh, asal jangan basah.” Ungkapan yang hakikatnya tidak berwujud.

 Karena berpacaran itu sendiri, dalam makna apapun yang dipahami orang-orang sekarang ini, tidaklah dibenarkan dalam Islam. Kecuali kalau sekedar melakukan nadzar (melihat calon istri sebelum dinikahi, dengan didampingi mahramnya), itu dianggap sebagai pacaran. Atau setidaknya, diistilahkan demikian.

 Namun itu sungguh merupakan perancuan istilah. Istilah pacaran sudah kadung dipahami sebagai hubungan lebih intim antara sepasang kekasih, yang diaplikasikan dengan jalan bareng, jalan-jalan, saling berkirim surat, ber SMS ria, dan berbagai hal lain, yang jelas-jelas disisipi oleh banyak hal-hal haram, seperti pandangan haram, bayangan haram, dan banyak hal-hal lain yang bertentangan dengan syariat.

Pacaran Terbaik adalah Setelah Nikah Islam yang sempurna telah mengatur hubungan dengan lawan jenis. Hubungan ini telah diatur dalam syariat suci yaitu pernikahan. Pernikahan yang benar dalam Islam juga bukanlah yang diawali dengan pacaran, tapi dengan mengenal karakter calon pasangan tanpa melanggar syariat. Melalui pernikahan inilah akan dirasakan percintaan yang hakiki dan berbeda dengan pacaran yang cintanya hanya cinta bualan.

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kami tidak pernah mengetahui solusi untuk dua orang yang saling mencintai semisal pernikahan.” (HR. Ibnu Majah-no.1920.

Dikatakan shohih oleh Syaikh AlAlbani)Kalau belum mampu menikah, tahanlah diri dengan berpuasa.

 Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagaikankebiri.”(HR.Bukhari dan Muslim)

Ibnul Qayyim berkata,”
Hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta, malah cinta di antara keduanya akan berakhir dengan sikap saling membenci dan bermusuhan, karena bila keduanya telah merasakan kelezatan dan cita rasa cinta, tidak bisa tidak akan timbul keinginan lain yang belum diperolehnya.”

Cinta sejati akan ditemui dalam pernikahan yang dilandasi oleh rasa cinta pada-Nya. Mudah-mudahan Allah memudahkan kita semua untuk menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Allahumma inna nas’aluka ’ilman nafi’a wa rizqon thoyyiban wa ’amalan mutaqobbbalan. Wassalam.


                      Kiat-Kiat Menuju Pelaminan

Sungguh indah ikatan suci antara dua orang insan yang pasrah untuk saling berjanji setia menemani mengayuh biduk mengarungi lautan kehidupan. Dari ikatan suci ini dibangun keluarga bahagia, yang dipimpin oleh seorang suami yang shalih dan dimotori oleh seorang istri yang shalihah. Mereka mengerti hak-hak dan kewajiban mereka terhadap pasangannya, dan mereka pun memahami hak dan kewajiban mereka kepada Allah Ta’ala. Kemudian lahir dari mereka berdua anak-anak yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah Azza Wa Jalla. Cinta dan kasih sayang pun tumbuh subur di dalamnya. Rahmat dan berkah Allah pun terlimpah kepada mereka. Inilah keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, samara kata orang. Inilah model keluarga yang diidamkan oleh setiap muslim tentunya.

Tidak diragukan lagi, bahwa untuk menggapai taraf keluarga yang demikian setiap orang harus melewati sebuah pintu, yaitu pernikahan. Dan usaha untuk meraih keluarga yang samara ini hendaknya sudah dimulai saat merencanakan pernikahan. Pada tulisan singkat ini akan sedikit dibahas beberapa kiat menuju pernikahan Islam yang diharapkan menjadi awal dari sebuah keluarga yang samara.

Berbenah Diri Untuk Mendapatkan Yang Terbaik
Penulis ingin membicarakan 2 jenis manusia ketika ditanya: “Anda ingin menikah dengan orang shalih/shalihah atau tidak?”. Manusia jenis pertama menjawab “Ya, tentu saja saya ingin”, dan inilah muslim yang masih bersih fitrahnya. Ia tentu mendambakan seorang suami atau istri yang taat kepada Allah, ia mendirikan shalat ia menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Ia menginginkan sosok yang shalih atau shalihah. Maka, jika orang termasuk manusia pertama ini agar ia mendapatkan pasangan yang shalih atau shalihah, maka ia harus berusaha menjadi orang yang shalih atau shalihah pula. Allah Azza Wa Jalla berfirman yang artinya: “Wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji pula. Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik pula” [QS. An Nur: 26]. Yaitu dengan berbenah diri, berusaha untuk bertaubat dan meninggalkan segala kemaksiatan yang dilakukannya kemudian menambah ketaatan kepada Allah Ta’ala.

Sedangkan manusia jenis kedua menjawab: “Ah saya sih ndak mau yang alim-alim” atau semacam itu. Inilah seorang muslim yang telah keluar dari fitrahnya yang bersih, karena sudah terlalu dalam berkubang dalam kemaksiatan sehingga ia melupakan Allah Ta’ala, melupakan kepastian akan datangnya hari akhir, melupakan kerasnya siksa neraka. Yang ada di benaknya hanya kebahagiaan dunia semata dan enggan menggapai kebahagiaan akhirat. Kita khawatir orang-orang semacam inilah yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sebagai orang yang enggan masuk surga. Lho, masuk surga koq tidak mau? Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Setiap ummatku akan masuk surga kecuali yang enggan”. Para sahabat bertanya: ‘Siapakah yang enggan itu wahai Rasulullah?’. Beliau bersabda: “Yang taat kepadaku akan masuk surga dan yang ingkar terhadapku maka ia enggan masuk surga” [HR. Bukhari]

Seorang istri atau suami adalah teman sejati dalam hidup dalam waktu yang sangat lama bahkan mungkin seumur hidupnya. Musibah apa yang lebih besar daripada seorang insan yang seumur hidup ditemani oleh orang yang gemar mendurhakai Allah dan Rasul-Nya? Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Keadaan agama seorang insan tergantung pada keadaan agama teman dekatnya. Maka sudah sepatutnya kalian memperhatikan dengan siapa kalian berteman dekat” [HR. Ahmad, Abu Dawud. Dihasankan oleh Al Albani]

Bekali Diri Dengan Ilmu
Ilmu adalah bekal penting bagi seseorang yang ingin sukses dalam pernikahannya dan ingin membangun keluarga Islami yang samara. Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu agama tentunya. Secara umum, seseorang perlu membekali diri dengan ilmu-ilmu agama, minimal ilmu-ilmu agama yang wajib bagi setiap muslim. Seperti ilmu tentang aqidah yang benar, tentang tauhid, ilmu tentang syirik, tentang wudhu, tentang shalat, tentang puasa, dan ilmu yang lain, yang jika ilmu-ilmu wajib ini belum dikuasai maka seseorang dikatakan belum benar keislamannya. 

Lebih baik lagi jika membekali diri dengan ilmu agama lainnya seperti ilmu hadits, tafsir al Qur’an, Fiqih, Ushul Fiqh karena tidak diragukan lagi bahwa ilmu adalah jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Renungkanlah firman Allah Ta’ala, yang artinya: “Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat” [QS. Al Mujadalah: 11]
Secara khusus, ilmu yang penting untuk menjadi bekal adalah ilmu tentang pernikahan. Tata cara pernikahan yang syar’I, syarat-syarat pernikahan, macam-macam mahram, sunnah-sunnah dalam pernikahan, hal-hal yang perlu dihindari, dan yang lainnya.

Siapkan Harta Dan Rencana
Tidak dapat dipungkiri bahwa pernikahan membutuhkan kemampuan harta. Minimal untuk dapat memenuhi beberapa kewajiban yang menyertainya, seperti mahar, mengadakan walimah dan kewajiban memberi nafkah kepada istri serta anak-anak. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Cukuplah seseorang itu berdosa bila ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.” [HR. Ahmad, Abu Dawud].

Namun kebutuhan akan harta ini jangan sampai dijadikan pokok utama sampai-sampai membuat seseorang tertunda atau terhalang untuk menikah karena belum banyak harta. Harta yang dapat menegakkan tulang punggungnya dan keluarganya itu sudah mencukupi. Karena Allah dan Rasul-Nya mengajarkan akhlak zuhud (sederhana) dan qana’ah (mensyukuri apa yang dikarunai Allah) serta mencela penghamba dan pengumpul harta. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishah dan celakalah hamba khamilah. Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah” [HR. Bukhari].

Disamping itu, terdapat larangan bermewah-mewah dalam mahar dan terdapat teladan menyederhanakan walimah. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah maharnya” [HR. Ahmad]. Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam juga, berdasarkan hadits Anas Bin Malik Radhiyallahu’anhu, ketika menikahi Zainab Bintu Jahsy mengadakan walimah hanya dengan menyembelih seekor kambing [HR. Bukhari-Muslim].

Selain itu rumah tangga bak sebuah organisasi, perlu manajemen yang baik agar dapat berjalan lancar. Maka hendaknya bagi seseorang yang hendak menikah untuk membuat perencanaan matang bagi rumah tangganya kelak. Misalnya berkaitan dengan tempat tinggal, pekerjaan, dll.

Pilihlah Dengan Baik
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Tiga hal yang seriusnya dianggap benar-benar serius dan bercandanya dianggap serius : nikah, cerai dan ruju’ ” (Diriwayatkan oleh Al Arba’ah kecuali Nasa’i). Salah satunya dikarenakan menikah berarti mengikat seseorang untuk menjadi teman hidup tidak hanya untuk satu-dua hari saja bahkan seumur hidup insya Allah. Jika demikian, merupakan salah satu kemuliaan syariat Islam bahwa orang yang hendak menikah diperintahkan untuk berhati-hati, teliti dan penuh pertimbangan dalam memilih pasangan hidup.

Kriteria yang paling utama adalah agama yang baik. Setiap muslim atau muslimah yang ingin beruntung dunia akhirat hendaknya mengidam-idamkan sosok suami atau istri yang baik agamanya, ia memahami aqidah Islam yang benar, ia menegakkan shalat, senantiasa mematuhi perintah Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi larangan-Nya. 

Sebagaimana Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menganjurkan memilih istri yang baik agamanya “Wanita dikawini karena empat hal : ……. hendaklah kamu pilih karena agamanya (ke-Islamannya), sebab kalau tidak demikian, niscaya kamu akan celaka”. [HR. Bukhari- Muslim]. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga mengancam orang yang menolak lamaran dari seorang lelaki shalih “Jika datang kepada kalian lelaki yang baik agamanya (untuk melamar), maka nikahkanlah ia. Jika kalian tidak melakukannya, niscaya akan terjadi fitnah dan kerusakan besar di muka bumi” [HR. Tirmidzi, Ibnu Majah].

Selain itu ada beberapa kriteria lainnya yang juga dapat menjadi pertimbangan untuk memilih calon istri atau suami:
  1. Sebaiknya ia berasal dari keluarga yang baik nasabnya (bukan keluarga pezina atau ahli maksiat)
  2. Sebaiknya ia sekufu. Sekufu maksudnya tidak jauh berbeda kondisi agama, nasab dan kemerdekaan dan kekayaannya
  3. Gadis lebih diutamakan dari pada janda
  4. Subur (mampu menghasilkan keturunan)
  5. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan jika engkau pandang…” [HR. Thabrani]
  6. Hendaknya calon istri memahami wajibnya taat kepada suami dalam perkara yang ma’ruf
  7. Hendaknya calon istri adalah wanita yang mengaja auratnya dan menjaga dirinya dari lelaki non-mahram.
Shalat Istikharah Agar Lebih Mantap
Pentingnya urusan memilih calon pasangan, membuat seseorang layak untuk bersungguh-sungguh dalam hal ini. Selain melakukan usaha, jangan lupa bahwa hasil akhir dari segala usaha ada di tangan Allah Azza Wa Jalla. Maka sepatutnya jangan meninggalkan doa kepada Allah Ta’ala agar dipilihkan calon pasangan yang baik. Dan salah satu doa yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan shalat Istikharah. Sebagaimana hadits dari Jabir Radhiyallahu’anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengajarkan kepada kami istikharah dalam segala perkara sebagaimana beliau mengajarkan Al Qur’an” [HR. Bukhari].

Datangi Si Dia Untuk Nazhor Dan Khitbah
Setelah pilihan telah dijatuhkan, maka langkah selanjutnya adalah Nazhor. Nazhor adalah memandang keadaan fisik wanita yang hendak dilamar, agar keadaan fisik tersebut dapat menjadi pertimbangan untuk melanjutkan melamar wanita tersebut atau tidak. Terdapat banyak dalil bahwa Islam telah menetapkan adanya Nazhor bagi lelaki yang hendak menikahi seorang wanita. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Jika salah seorang dari kalian meminang wanita, maka jika dia bisa melihat apa yang mendorongnya untuk menikahinya maka lakukanlah” [HR. Abu Dawud].

Namun dalam nazhor disyaratkan beberapa hal yaitu, dilarang dilakukan dengan berduaan namun ditemani oleh mahrom dari sang wanita, kemudian dilarang melihat anggota tubuh yang diharamkan, namun hanya memandang sebatas yang dibolehkan seperti wajah, telapak tangan, atau tinggi badan.
Dalil-dalil tentang adanya nazhor dalam Islam juga mengisyaratkan tentang terlarangnya pacaran dalam. Karena jika calon pengantin sudah melakukan pacaran, tentu tidak ada manfaatnya melakukan Nazhor.

Setelah bulat keputusan maka hendaknya lelaki yang hendak menikah datang kepada wali dari sang wanita untuk melakukan khitbah atau melamar. Islam tidak mendefinisikan ritual atau acara khusus untuk melamar. Namun inti dari melamar adalah meminta persetujuan wali dari sang wanita untuk menikahkan kedua calon pasangan. Karena persetujuan wali dari calon wanita adalah kewajiban dan pernikahan tidak sah tanpanya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Tidak sah suatu pernikahan kecuali dengan keberadaan wali” [HR. Tirmidzi]

Siapkan Mahar
Hal lain yang perlu dipersiapkan adalah mahar, atau disebut juga mas kawin. Mahar adalah pemberian seorang suami kepada istri yang disebabkan pernikahan. Memberikan mahar dalam pernikahan adalah suatu kewajiban sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya: “Maka berikanlah kepada mereka maharnya sebagai suatu kewajiban” [QS. An Nisa: 24]. Dan pada hakekatnya mahar adalah ‘hadiah’ untuk sang istri dan mahar merupakan hak istri yang tidak boleh diambil. Dan terdapat anjuran dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk tidak terlalu berlebihan dalam mahar, agar pernikahannya berkah. Sebagaimana telah dibahas di atas.
Setelah itu semua dijalani akhirnya sampailah di hari bahagia yang ditunggu-tunggu yaitu hari pernikahan. Dan tali cinta antara dua insan pun diikat.

Belum Sanggup Menikah?
Demikianlah uraian singkat mengenai kiat-kiat bagi seseorang yang hendak menapaki tangga pernikahan. Nah, lalu bagaimana kiat bagi yang sudah ingin menikah namun belum dimampukan oleh Allah Ta’ala? Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Orang-orang yang belum mampu menikah hendaknya menjaga kesucian diri mereka sampai Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya” [QS. An Nur: 33].

As Sa’di menjelaskan ayat ini: “Yaitu menjaga diri dari yang haram dan menempuh segala sebab yang dapat menjauhkan diri keharaman, yaitu hal-hal yang dapat memalingkan gejolak hati terhadap hal yang haram berupa angan-angan yang dapat dikhawatirkan dapat menjerumuskan dalam keharaman” [Tafsir As Sa’di]. Intinya, Allah Ta’ala memerintahkan orang yang belum mampu untuk menikah untuk bersabar sampai ia mampu kelak. Dan karena dorongan untuk menikah sudah bergejolak mereka diperintahkan untuk menjaga diri agar gejolak tersebut tidak membawa mereka untuk melakukan hal-hal yang diharamkan.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga menyarakan kepada orang yang belum mampu untuk menikah untuk banyak berpuasa, karena puasa dapat menjadi tameng dari godaan untuk bermaksiat [HR. Bukhari-Muslim]. Selama masih belum mampu untuk menikah hendaknya ia menyibukkan diri pada hal yang bermanfaat. 

Karena jika ia lengah sejenak saja dari hal yang bermanfaat, lubang kemaksiatan siap menjerumuskannya. Ibnul Qayyim Al Jauziyah memiliki ucapan emas: “Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil” (Al Jawabul Kaafi Liman Sa’ala ‘An Ad Dawa Asy Syafi, hal. 109). Kemudian senantiasa berdoa agar Allah memberikan kemampuan untuk segeramenikah.WallahulMusta’an.NurassajatiPurnamaAlam 

.http://nurassajatipurnamaalam.blogspot.com         

  Dibalik Kerudung Perjuangan  

Sahabat- Cinta itu adalah anugerah dari pada-Nya. Namun perlu diketahui bahwa cinta terbagi dua, yakni Cinta sejati yaitu terhadap Illahi Robby. Dan ada cinta terhadap sesama makluk insan.

Kalau Cinta terhadap Illahi Robby terkadang yang dirasakan penuh dengan duka derita, namun berbuah syurga. Sedangkan kalau cinta terhadap sesama makhluk insani, yang dirasa seakan menyenangkan padahal berbuah duka dan derita.

  Tapi anehnya yang dirasa ko sebaliknya..., apa mungkin ini dikarenakan kesalahan kita dalam  pemahaman tentang cinta, ataukah kita telah salah dalam menerapkan kecintaan kita...sehingga apa yang dirasa justru jadi berbalik arah yang benar malah terasa susah sedangkan yang salah terasa menyengkan padahal kita tahu buah hasil dari keduanya. 

Kalau kita mencintai sesama ia akan menjelma menjadi duka dan lara, sedangkan kalau kita cinta pada Illahi akan berbuah Syurga.

Maka dari itu berhati-hatilah dan waspada agar jangan sampai  kita salah melarapkannya sehingga akhirnya akn menjadikan kita terbelenggu karenanya.

Karena Hakikat Cinta itu adalah memberi, bukanlah meminta. Maka..."Jika engkau mencinta, sesama makhluk berikanlah cinta itu lillaahi ta'ala. Dengan begitu, insyaAllah cintamu akan menjadi berkah--dan membahagiakan--serta tidak terdapat untung/rugi di dalamnya. Sebab mereka saling mencinta,  karena sesungguhnya kita hendak menggapai ridha Illahi.."

 Dan janganlah kita menerima pasangan hidup secara terburu buru tanpa mengetahui latar belakangnya terlebih dahulu karena hal itu akan merugikan kita dimana cendawan yang tumbuh melata jika terus dimakan akan dikwatirkan beracun..Buat Ukhti & akhwat yg udah siap dan lebih mengenal dengan pasangannya. maka segeralah menikah agar terhindar dari fitnah.

Dan di bawah ini aku sertakan sebuah cerita yang patut untuk dijadikan bahan perenungan dan semoga ada manpaatnya Wassalam

Dibalik Kerudung Perjuangan
mempertahankan keyakinan

  Assalamualaikum Wr Wb.

Sebelum memulai cerita ini, izinkanlah
aku untuk memohon maaf apabila ada pihak2
yang tidak berkenan dengan cerita aku ini,
terutama keluargaku.

Untuk itu nama2 orang dan tempat tidak akan aku sebutkan.
Aku ucapkan terimakasih untuk Retno (bukan nama sebenarnya) dari Univ. T.
di kotaku yg mau menuliskan kisah sejati aku ini. Semoga kisah sejati aku ini menjadi
inspirasi buat orang yg membacanya atau mengalami hal yg sama.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan Hidayah pada kita semua.

Aku, panggil saja “ Mawar”, beurusia 30an thn dilahirkan di sebuah pulau di sebrang pulau jawa, di kota P. Aku lahir sebagai anak terakhir dari 4 besaudara. Kakakku yg pertama dan kedua, laki2, sedangkan yg ketiga perempuan. Kami berasal dari keluarga keturunan dan kami merupakan menetap di negri ini. Kakek buyut kami merupakan pendatang dari negri jauh dari sebrang di awal abad 20. Keluarga kami memulai bisnis benar2 dari bawah, menurut cerita orang tua kami, dulu kakek buyut kami hanya berjualan dengan pikulan bahan2 kebutuhan pokok seperti gula, garam, beras dll keluar masuk kampong.

 Usahanya baru berkembang dengan pesat setelah pada tahun2 awal setelah kemerdekaan, pemerintah pada waktu itumulai menggalakan usaha yg dilakukan oleh bangsa sendiri/pribumi. Waktu itu dikenal istilah AliBaba. Ali untuk pangggilan pribumi, sedangkan Baba untuk warga keturunan seperti kami. Waktu itu pengusaha pribumi asli diberikan kemudahan perizinan usaha, bahkan mengimport dari negara2 lain, tapi umumnya mereka tidak punya banyak modal.

 Waktu itu banyak warga keturunan yg mempunyai banyak modal kemudian membeli ijin usaha yg diperoleh olah para bribumi tsb, sehingga mereka secara mudah melakukan export import dengan negri2 tetangga (singapura, Malaysia, hongkong, dll) yg pada waktu itu memang juga dikuasai olah warga dari etnis kami. Singkat cerita, bisnis keluarga kami benar2 menjadi semakin besar dan merambah ke segala bidang, mulai dari pertambangan, tambang emas, property, perkebunan, dll.

 Boleh dibilang kekayaan keluarga kami sudah diatas rata2 dari orang kaya di negri ini, above than
ordinary rich. Harta kekayan kami yg amat melimpah itu sampai orang tua kami kadangkala risau seandainya tiba2 kami sekeluarga (tiba2) meninggal sehingga tak ada yg mengurus harta yg sedemikian banyaknya itu.

 Untuk itu kami sekeluarga tak pernah melakukan perjalanan dengan pesawat secara bersama2. Andai kami sekelurga akan melakukan liburan pada saat dan tempat yg sama, maka biasanya kami dibagi menjadi 2 atau 3 penerbangan, Papa dan mama satu pesawat, dan kami sisanya juga dibagi 2 penerbangan yg lain.

 Sehingga apabila terjadi sesuatu musibah, maka akan tetap ada bagian keluarga kami yg masih selamat, dan tetap bisa mengurus bisnis dan kekayaan kami. Aku sengaja cerita panjang lebar latar belakang keluarga kami, sebab ini akan berhubungan sekali secara emosi dengan kisah aku selanjutnya.

 Papa kami lahir dan dibesarkan di pulau ini, selepas sekolah menengah atas beliau melanjutkan sekolah bisnis di negri H, sehingga begitu kembali ke negri ini, beliau manjadi businessman yg amat handal, dan mempunyai banyak teman2 bisnis di berbagai negara.

 Papa sebenarnya orang yg
rendah hati, pendiam, bicaranya terukur dan seperlunya, jarang marah pada anak2nya. Sedangkan mama, sebenarnya berasal dari pulau lain, dia dulu pernah bekerja pada perusahaan
kakek kami (orang tua dari papa), sebelum akhirnya bertemu papa dan menikah.

 Mama orangnya keras, pintar, lincah, banyak pergaulan, sehingga kadang kami berpikir, papa seperti takluk pada mama. Banyak kebijakan perusahaan yg berasal dari ide mama, dan memang selalu sukses. Papa dan mama, memang pasangan yg serasi, saling mengisi kekurangan.

 Masa kecil aku lalui dengan penuh kebahagian, dan sejak SD sampai SMA aku disekolahkan disebuah sekolah swasta terkemuka di kota kami, yg siswanya banyak berasal dari anak2 pejabat, bupati, gubernur, dll.

Aku berbaur dengan siapapun tanpa memandang golongan, agama dan ras. Kadang aku diundang untuk mampir bermain kerumah mereka (anak bupati, gubernur) sepulang sekolah, sehingga aku mengenal labih dekat dengan keluarga mereka. Ini pula yg kelak bermanfaat buat perusahaan keluarga aku.

Di sekolah kami, ada pelajaran agama untuk tiap2 pemeluknya. Pada saat itu tiap ada jadwal pelajaran agama tertentu, maka bagi pemeluk agama yg lain diperbolehkan keluar kelas, tapi boleh juga tetap tinggal dikelas apabila memang menghendaki. Jadi misalnya hari ini giliran pelajaran agama Islam, maka murid2 non muslim diperbolehkan meninggalkan kelas, begitupula sebaliknya apabila ada pelajaran agama lain.

 Tapi aku sendiri sering tetap tinggal dikelas mendengarkan apa yg diajarkan ibu guru agama
Islam di kelas kami. Saudara2 ku semua…. Entah kenapa aku yg sejak lahir dididik secara non
muslim, bahkan tiap minggu aku beribadah di tempat ibadah kami, merasa tertarik dengan ajaran agama Islam.

 Aku sendiri tak tahu datangnya dari mana. Semacam ada panggilan dari hati aku yg paling dalam, tapi saat itu aku pikir mungkin itu hanya rasa keingintahuan semata, bukan mendalami secara jauh dan mendalam.

 Tiap mendengar azan, entah kenapa hati aku selalu bergetar. Dirumah kami yg besar, kadang hanya aku seorang diri, orang tua kami selalu sibuk di Jakarta sehingga hanya beberapa hari dirumah dalam sebulan, kakak2 aku ada yg sudah kuliah di luar negri, sehingga rumah mampunyai 6 kamar yang besar2, yang seharusnya cukup untuk menampung 20 orang, hanya dihuni oleh aku sendiri.
  Pembantu, sopir, satpam, tinggal di pavilion kusus untuk mereka yg terletak terpisah dengan rumah induk. Dalam kesunyian itu hati aku merasa sejuk tiap mendengar ayat suci Al Quran yg kadang tak sengaja aku dengarkan di TV. Kembali ke pelajaran agama di kelas. Entah mengapa aku makin tertarik untuk mendalami ajaran agama Islam tiap ada pelajaran agama dikelas.

 Melihat ibu guru yg mengenakan kerudung, dengan wajah yg bersih, bersinar, hati aku terasa sejuk. Dengan melihat wajah ibu guru itu saja aku sudah merasa damai. Tanpa aku sadari kadang aku mencatat apa yg ibu guru itu ajarkan, bahkan aku mulai hapal diluar kepala ayat2 yg pendek2.Itu semua benar2 terjadi begitu saja, tanpa ada aku sadari dan tanpa bisa dicegah oleh diri aku sendiri. Pernah ibu guru tsb menghampiri aku yg tak sengaja, secara reflex mencatat pelajaran tetang haji yg dia tulis di papan tulis.

 Beliau tahu aku non muslim, dan menghampiri tempat duduk ku, jantung ku derdebar keras membayangkan kemungkinan aku diusir dari kelas. Tetapi…..ternyata beliau dengan senyumnya ramah melihat catatan yg aku tulis, sambil berkata, “ Insya Allah kelak suatu saat Mawar bersama dengan ibu melaksanakan ibadah Haji ya.. ” Sejak saat itu hubunganku dengan Ibu guru (sebut saja ibu guru Aisyah) makin akrab, aku hampir tidak sabar menunggu datangnya hari pelajaran ibu Aisyah. Hubunganku dengan beliau bagai anak dan ibu.

 Tetapi saat itu aku juga tetap mengikuti pelajaran agama yg saat itu
masih aku anut, walau lebih banyak melamun, bahkan tidak mencatat sama sekali apa yg diajarkan. Sebagai gadis remaja, tinggiku sekitar 160cm, tentu sedang mekar2nya dan giat2nya mancari pacar.

 Teman2ku banyak yg mengatakan kalau tubuhku indah, proporsional, berwajah oriental, bakalan banyak menarik perhatian laki2. Plus dengan latar belakang keluarga ku yg amat berkecukupan, makin banyak laki2 yg tergila2 padaku. Entah kenapa saat itu aku tidak tertarik dengan laki2 yg berasal dari etnis ku.

 Tiap hari jumat melihat siswa2 pria melakukan ibadah shalat jumat, hatiku langsung bergetar, membayangkan andai salah seorang dari mereka adalah pacarku, dengan wajah bersih bersinar dan masih basah tetesan air wudhu, berjalan ke masjid di seberang sekolah, ah …alangkan indahnya membayangkan wajah2 tersebut.

 Tapi saat itu aku tahu diri, aku yg berasal dari etnis keturunan, apakah
ada laki2 pribumi yg mau menjadikan aku pacarnya. Aku tahu masih banyak dari mereka yg membedakan ras, dan berpacaran dengan ras kami masih dianggap memalukan, bahkan bias jadi ejekan dan gunjingan dilingkungan keluarganya.

 Aku pernah berpacaran dengan anak bupati dikota ku, tapi kemudian dia memutuskan hubungan kami, dikarenakan ayahnya akan mencalokan diri menjadi Gubernur,dan dia tidak mau ada  anggota keluarganya yg bisa menghambat pencalonan tsb. Misalnya
anaknya dengan berpacaran dengan ras lain (??). Walau alasan itu amat sangat mengada2 tapi aku terima dengan lapang dada.

 Memang aku sudah menyadari akan ada penolakan, karena aku berasal dari etnis non pribumi. Aku tahu orang tuanya tentu tak merestui anaknya berhubungan terlalu jauh dgn orang yg bukan dari ras mereka, dan berlainan agama.

 Walau begitu hatiku sudah bulat untuk kelak memiliki pasangan hidup seorang pribumi, dan aku bahkan bersedia memeluk Islam sebagai agama ku. Kelak keputusan hidupku ini akan menjadi perjalanan panjang dan penuh cobaan dalam hidupku.

 Selepas SMA aku melanjutkan study ke Ausie lalu ke negri paman sam, mengikuti kakak2 ku yg sudah berada disana. Tak banyak yg perlu aku ceritakan dgn masa2 studiku disana. Hampir 5 tahun kemudian aku kembali ke tanah air, dengan gelar master di tangan dan aku mengabdi ke perusahaan keluargaku untuk membesarkan bisnis mereka.

 Dalan waktu singkat perusahaan kami memperoleh profit yg amat meningkat, dan terus membesar, serta mulai merambah ke banyak sektor bisnis. Aku banyak memiliki akses ke para petinggi di daerahku karena semasa sekolahku dulu aku sudah mengenal beberapa keluarga mereka.

 Semua urusan perijinan yg menyangkut perusahaanku, bisa aku selesaikan dengan mudah. Aku masih tetap melajang di pertengahan usia 20an tahun. Banyak pria2 yg berusaha menarik
perhatian ku, dari pengusaha2 muda yg sukses bahkan sampai pemilik perusahaan2 besar. Tapi hatiku tak bergetar sama sekali.

 Aku belum menemukan seseorang yg benar2 menjadi soulmate ku. Sekedar mencari suami amatlah mudah bagiku, ibarat hanya menjentikan jari maka puluhan pria akan mendatangi ku. Tapi aku benar2 mancari seorang soulmate, belahan jiwa sejati untuk mendampingi ku.

 Sampai suatu ketika perusahaan kami memperoleh karyawanbaru dari kantor cabang kami di pulau Jawa. Orangnya 3 tahun lebih tua dari ku, wajahnya bersih, dia berasal dari etnis pribumi Jawa. Tuturkatanya lemah lembut, sopan, tubuhnya tinggi, proporsional, dan ah …ini dia..dia seorang muslim yg shaleh.

 Sejak kedatangan dia dikantor kami, para wanita gak habis2nya membicarakan tentang dia,
dan berlomba bias mendapatkan dia. Menurut laporan kantor kami, dia amat rajin, jujur dan berprestasi di kantor yg lama, sehingga dia dipromosikan pekerjaan yg lebih tinggi dan menantang di kantor kami ini. Kebetulan kerjaan yg akan dia kerjaan akan menjadi satu divisi dengan ku.

 Sehingga aku akan banyak berhubungan dengan dia. Mula2 di bulan2 pertama aku masih bersikap ‘Jaim’ jaga image, karena aku ini anak dari pemilik perusahaan ini. Tapi lama2, hatiku gak bisa berbohong,.. hatiku sedikit tapi pasti, luluh juga…aku mulai jatuh cinta. Pernah suatum ketika sehabis mengunjungi kantor gubernur aku satu mobil dengan dia.

 Ditengah jalan dia minta ijin padaku untuk berhenti sebentar di masjid raya di kota ku untuk shalat ashar. Dari dalam mobil, aku perhatikan gimana dia berwudhu, lalu melangkah masuk ke masjid dan melakukan ibadah ….ahhh. .andai aku kelak bisa mengikuti di belakang …. … Awal2nya aku memanggil dia dengan sebutan formal dikantor ‘Pak’ dan dia juga memanggilku ‘ Ibu’..tapi lama2 kelamaan secara tak sengaja aku mulai memanggil dia ‘ mas’, karena aku sering lihat keluarga jawa memanggil orang yg lebih tua, suami, kakak, dengan sebutan mas.

 Mulanya dia agak rikuh tiap aku panggil demikian, tapi lama kelamaan mulai terbiasa,. Tapi itu hanya aku lakukan apabila hanya sedang berdua dengan dia, tidak didepan orang2 kantor. Akupun mulai meminta dia memanggilku ‘Dik’, aku merasa risih tiap kali dia panggil aku ‘Ibu Mawar’.

 Seiring dengan waktu, sesuai pepatah jawa, “ witing tresno jalaran soko kulino”, cinta akan tumbuh karena terbiasa selalu bersama2. Saudara2ku.. . Bisa dibayangkan gimana awal kisah cinta kami … didalam mobil yg disupiri sopirku, kami sama2 duduk dibelakang. Awalnya kami hanya membicarakan dan membahas berkas2 pekerjaan, kadang secara tak sengaja tangan kami saling sentuhan.

 Dan dia secara sopan segera menarik, dan minta maaf..Ah..sebel
rasanya..padahal akulah yg menginginkannya. Tapi itu tak berlangsung lama, pada akhirnya dia takluk juga, kadang aku biarkan tangan dia memegang berkas, lalu aku pura2 membahasnya sambil tanganku menyentuh jari dan tangannya. Kadang aku genggam jarinya,..dan lama kelamaan dia memberikan response..dia juga menggenggam tanganku … ahh. .

 Kadang kalau mobil kami sudah mau sampai tujuan, aku pura2 minta supirku untuk kembali ketempat lain, aku pura2 ada yg tertinggal.. padahal aku hanya ingin berlama2 dengan dia (sebut saja mas Fariz) di mobil. Pernah suatu ketika aku pura2 ada yg tertinggal dan suruh sopirku membawa kami berdua ke rumah ku. Begitu mobil kami memasuki halaman
rumahku yg besar, wajahnya tampak pucat pasi.

 Dia tampak ketakutan dan gugup. Dia bilang nanti kalau papaku (alias big boss dia) akan marah kalau melihat dia jam kerja begini malah mampir kerumah dia.
Aku bilang tak perlu takut, bukankah aku, anaknya big boss, yg membawa dia kesini. Hampir setahun sudah dia bekerja bersama denganku, dan hubungan kami sudah makin erat, tapi dia belum menyatakan cintanya padaku.

 Mungkin dia takut aku akan menolaknya, apalagi keyakinan kami pada saat itu masih berlainan. Hingga suatu ketika dia menelponku, dan mengajak bertemu disuatu restoran di luar kota, dia memintaku datang tanpa sopir. Dia tidak mau ada orang kantor yg melihat kami berdua.

 Di restoran itu dia menyatakan cintanya padaku …langsung saat itu juga aku terima. Dan aku katakan pada dia, kalau aku merasa mas Fariz adalah soulmate ku. Aku akan bersedia memeluk Islam mengikuti agama yg dia anut. Aku juga katakan kalau memang aku sudah sejak lama tertarik dengan agama Islam, jadi mas Fariz semoga bisa menjadi pembimbingku.

 Aku bias melihat air mata dia meleleh dari kedua matanya. Seumur hidupku baru kali ini aku melihat seorang laki2 berlinangan air mata karena aku, tak terasa akupun tak kuasa menahan airmataku meleleh dipipiku. Aku yakin aku sudah mendapatkan ‘Soulmate’ ku dan akan aku pertahankan sampai kapanpun dan dengan cara apapun.

 Di kantor kami tetap bekerja seperti biasa, seperti tak ada hubungan suatu apapun. Tetapi diluar kantor kami benar2 sepasang kekasih yg lagi jatuh cinta, dia mulai mengajariku shalat, dan sedikit2 bacaan doa. Dia memang benar2 lelaki yg taat, dia menjaga kesopananku, tak pernah melebihi batas, walau kadang aku yg menggoda, tapi dia selalu bilang, sabar..tunggu tanggal mainnya.

 Tapi serapat apapun kami tutupi hubungan kami, akhirnya sedikit demi sedikit bocor juga oleh orang2 kantor kami. Sampai akhirnya terdengar di telinga papaku. Sutu hari tiba2 papaku datang ke ruangku, padahal papaku amat sangat jarang datang ke ruang kerja ku, kalau ada keperluan biasanya aku yg dipanggil menghadap.

 Aku lalu diajak bicara berdua dengan beliau. Mula2 papa tidak menanyakan hubungan ku dengan Fariz, tapi sedikit demi sedikit dia mulai mengarahkan pembicaraan ke arah sana. Sampai akhirnya dia menanyakan kebenaran hubungan ku dengan Mas Fariz. Aku tak sanggup menjawab, wajahku tertunduk. Papaku terus menatapku, menunggu jawabanku.

 Aku tak sanggup berbohong, kalau aku bilang tidak, itu bertolak belakang dengan hati ku, sebaliknya kalau aku bilang Iya, aku khawatir kerjaan Mas Fariz akan manjadi taruhannya. Akhirnya aku hanya bias menangis …. Keesokan harinya, Mas Fariz tidak hadir lagi dikantor,menurut orang2 kantor, dia dipindahkan kembali ke pulau Jawa mulai hari ini, dan aku mulai kehilangan kontak dengan dia.

 Seminggu kemudian diamenelpon ku, dia cerita panjang lebar, bahwa
pada hari itu, setelah papa menemui ku, ternyata papa langsung menemui dia, dan keesokan paginya dia sudah harus kembali ke kantor yg lama. Dia juga cerita kalau keadaan makin parah, karena nyaris tiap karyawan dikantornya sudah mendengar kabar hubungan dia dengan aku. Dan banyak yang menggunjingkan kalau mas Fariz, mengincar harta dan kedudukan, karena berpacaran dengan anak pemilik perusahaan. Dia sampai berulang kali menyebut nama Allah, dan bersumpah kalau dia mencintaiku bukan karena itu semua.

 Dua minggu kemudian, dia memutuskan mengundurkan diri dari perusaan kami, tapi kami tetap saling berhubungan melalui telp. Dia berjanji mencoba mancari pekerjaan di perusahaan lain yg punya cabang di kotaku, sehingga bias bekerja dikotaku dan kembali menemui ku. Tuhan memang sudah berencana, akhirnya 3 bulan kemudian mas Fariz sudah mendapat pekerjaan dan di tempatkan kembali di kotaku walau dengan gaji yang jauh lebih kecil.

 Dia bilang sekarang sudah bebas berhubungan dengan ku, dia tidak ada ikatan apa2 dengan perusahaan ku. Tak ada yg bias melarang. Aku amat terharu, dia korbankan karir pekerjaannya karena aku. Aku berjanji apapun yg terjadi aku tak akan tinggalkan dia. Sekarang kami bebas behubungan tak perduli lagi dengan omongan orang2 kantor, karena dia toh tak lagi bekerja di perusahaan kami ini.

 Tapi ternyata papa kembali mengetahui ini, dan kali ini malahan mama ikut turun tangan. Aku diceramahi habis2an.. Mereka sebenarnya tidak membeda2kan ras, mereka tidak keberatan aku
berhubungan dgn siapapun, tapi mereka mulai curiga kalau aku mulai akan pindah keyakinan.
Dan itu mereka kurang bisa menerima. Aku sudah jelaskan baik2 bahwa aku sudah cukup dewasa dan bisamengambil keputusan buat hidupku sendiri tanpa tergantung papa dan mama.

 Ternyata jawabanku yg demikian itu membuat mereka tambah murka dan tersinggung. Mereka katakan bahwa tanpa mereka jalan hidupku tidak akan seperti ini. Banyak orang yg akan rela mati demi merasakan hidup seperti ku. Rumah mewah, sopir tersedia tiap saat, mobil mewah ada di garasi, uang melimpah, dihormati kemana aja pergi, dll. Mereka juga katakan, tanpa mereka aku tak akan pernah sanggup memperoleh kehidupan spt ini.

 Aku hanya menangis mendengar apa yg mama papa ku katakan. Tapi hatiku sudah bulat apapun yg terjadi aku tak akan tinggalkan Mas Fariz. Cinta pertamaku dan terakhir. Walau orang tua ku terus menentang, cintaku ke mas Fariz tak pernah surut. Akupun makin giat memperdalam agama Islam. Seringkali aku saat istirahat kantor, aku pergi ke toko buku besar di Mal. Aku baca2 buku tentang Islam.

 Pernah aku ajak orang kantor untuk ikut aku ke toko buku tsb. Dan dia tegur aku, karena dia pikir aku salah memilih bagian rak buku. Dia ingatkan aku kalau aku di bagian rak buku2 Islam. Aku bilang memang benar, aku mau membaca buku2 tentang Islam. Makin hari hubunganku
dengan papa mama makinrenggang. Padahal aku sudah bicara sebaik mungkin dengan mereka. Kakak2ku semuanya juga sudah terprovokasi.

 Mereka mulai menjauhiku. Kedua kakak laki2 ku sudah menikah dan menetap di Jakarta menjalankan perusaahan kami disana, sehingga papa dan mama sekarang lebih banyak menetap dikota kami. Dirumah, perlakuan mereka makin hari makin berubah terhadap ku. Aku makin dianggap bukan lagi bagian keluarga mereka. Tiap makan malam, mereka tak lagi mengajakku makan bersama2 di meja makan.

 Pembantu memanggilku untuk makan apabila papa mama dan kakak perempuanku sudah selasai makan, dan makanan yg ada dimeja makan, sisa mereka, yg aku makan. Pembantu tidak diperbolehkan menambah makanan.

 Bayangkan, aku memakan seadanya sisa dari mereka. Andai mereka makan ayam, maka aku hanya tinggal kebagian ceker dan kepalanya saja. Bisa dibanyangkan bagaimana sakit hatiku rasanya. Tapi aku tetap bersabar, dan mas Fariz selalu mengingatkan aku untuk tetap berbakti pada orang tua. Padahal kalau aku mau, bisa saja aku pergi ke restoran yg paling mahal di kota ku ini.

 Puncak dari semua itu terjadi pada suatu malam. Kakak perempuanku memang sebenarnya kasihan kepadaku, sehingga kadang dia menyimpan sebagaian makanan yg baru dimasak didapur. Sehingga pada saat mama papa selesai makan, dia diam2 menghidangkan untukku. Suatu ketika secara tak terduga, papa mama ku kembali ke meja makan, dan mereka memergoki kakak ku yg membawa makanan yg dia simpan di dapur untukku.

 Langsung mamaku merebut piring yg dibawa kakakku, dan melemparkannya ke lantai..Sambil menyindir, bahwa kakakku tak perlu kasihan pada ku, karena aku sanggup hidup tanpa diberi makan dari mama papa dan bisa hidup mandiri tanpa mereka. Ohh ….Mereka rupanya sudah amat membenciku.. .Hancur berkeping2 hatiku pada saat itu. Aku hanya bisa menangis, tapi aku tak menyesal, dan aku akan terus bertahan dengan pilihan hidupku.

 Mas Fariz, menyarankan aku untuk bicara baik2 dengan mama dan papa, mudah2an mereka akan
luluh dan mengerti. Suatu malam, aku berkesempatan mendatangi dan berbicara dengan mereka, dan aku secara baik2 dan sopan, tak lupa meminta maaf apabilaaku salah pada mereka. Aku jelaskan baik2 pada mereka apa yg hatiku rasakan, aku tumpahkan semuanya.

 Tetapi justru itu membuat mereka tambah murka, mereka juga malah menuduhku telah diguna2,
dan menyarankanku supaya sadar. Oh Ya Allah …Aku sehat wal afiat, Insya Allah saat itu tak ada satupun guna2 pada diriku. Semua keinginanku adalah murni dari hatiku, panggilan jiwaku, yg tak bisa lagi aku cegah.

Aku jelaskan pada mama dan papa, bahwa aku sudah cukup umur, dan bukan lagi gadis remaja lagi, sehingga apapun keputusanku, aku bias pertanggungjawabkan . Aku bisa mandiri andai keputusan hidupku itu memang menghendaki demikian. Papa dan mamaku tetap pada pendirian mereka, bahkan mereka menantangku, kalau sanggup hidup mandiri, sekarang juga serahkan seluruh harta ku yg aku punya selama ini, yg aku dapat selama hidup dengan mereka.

 Karena tekatku sudah bulat. Malam itu pula seluruh kartu credit, ATM, buku2 bank, aku serahkan pada mereka. Uang yg aku punya benar2m hanya tinggal yang ada di dompetku. Aku sepertinya tinggal menunggu waktu saja untuk meninggalkan rumah ini. Keesokan paginya, karena ada suatu keperluan aku ingin membuka lemari besi tempat penyimpanan surat2 berharga di rumah kami.

 Tetapi berulang kali aku mencoba, aku tak bisa membukanya. Ternyata nomor kombinasinya sudah diubah olah mama papaku. Padahal didalamnya ada barang2 penting pribadiku, seperti Ijasah, perhiasan, dll. Aku mencoba menelpon papaku, menanyakan hal ini, dan lagi2 aku mandapatkan jawaban yg menyedihkan hatiku.

 Papaku menyindirku, kalau sanggup hidup mandiri, kenapa masih mau membuka lemari besi milik
keluarga, pasti ada barang2 yg mau dijual didalamnya. Aku benar2 sudah dikucilkan, dan mereka
benar2 mencoba menyiksaku dengan cara demikian, sehingga mereka pikir aku akan menyerah, dan akhirnya mengikuti apa yg mereka mau.

 Aku adukan semua itu ke mas Fariz, dan aku katakan kalau aku akan meninggalkan rumah orang tua ku. Dia tak bias berkata apa2. Hanya ingatkan aku jangan sampai memutus silaturahmi dengan orang tua.

Saudara2 ku.. Beberapa hari setelah kejadian itu, aku benar2 meninggalkan rumah. Aku akan tinggal kost didekat kantorku. Aku berpamitan baik2 pada mama dan papa ku. Tapi mereka menolehpun tidak. Aku masih punya cukup uang di dompet.

 Aku bersumpah tak akan meminta uang lagi sepeserpun dari mereka. Aku bertekad membuktikan kata2 ku untuk hidup mandiri tanpa harta siapapun demi mempertahankan keyakinan ku. Selama aku bekerja diperusahaan papaku, memang secara formal aku di gaji sesuai dengan posisi kerjaku di perusahaan.

 Tapi disamping itu tiap bulan, tentu diluar formal perusahaan, aku mendapat uang saku dari papa ku yg lumayan banyak, hampir 20x lipat,dari gaji resmiku. Sehingga penghasilan total sebulan bisa cukup untuk hidup mewah setahun. Bahkan seluruh uang simpananku di bank, sudah mencapai 10digit. Tentu bukan jumlah sedikit.

 Bahkan mungkin cukup untuk biaya hidup seumur hidupku tanpa bekerja. Aku berharap perusahaan papaku masih memberikan gajiku, dan itu aku anggap memang uang hasil kerjaku, bukan pemberian. Tapi diakhir bulan aku tak memperoleh sepeserpun. Aku sudah meminta agar bias diberikan cash. Ketika aku tanyakan ke bagian pembayaran gaji, ternyata mereka sudah diperintahkan papaku untuk menahan gajiku.

  Ya Allah, mereka benar2 melakukan cara apapun agar aku benar2 menderita dan pada akhirnya
menyerah. Saat itu juga aku langsung mengundurkan diri dari perusahaan papaku itu. Aku tinggalkan perusahaan itu selama2nya. Ketika aku adukan hal ini pada mas Fariz dia amat sangat sedih dan meminta maaf padaku, karena gara2 dia hidupku jadi menderita. Dia rela andai aku tidak kuat dan merubah keputusan.

 Aku peluk dia, dan aku pastikan keputusanku tak akan berubah, dan aku makin ingin bias hidup bersama dia. Saat itu hanya dialah sandaran hidupku. Dengan berlinangan air mata, dia sekali lagi menanyakan padaku, apakah aku menyesal dengan keputusanku, dan apakan aku rela bila menjadi muslimah dan menjadi istrinya.

 Saat itu juga aku cium tangannya, dan aku katakan, aku korbankan seluruh kehidupanku hanya untuk bias hidup bersamanya, dan aku tak akan mudur ataupun menyesalinya, apapun yg terjadi aku akan hadapi iklas lahir dan batin. Singkat cerita, dengan diantar mas Fariz aku mengucapkan 2 kalimah sahadat di sebuah masjid dikota kami, disaksikan imam dan beberapa jemaah masjid tsb.

 Akhirnya penantian panjangku tercapai sudah, walau harus mengorbankan kehidupanku. Tapi aku tak pernah menyesali. Mas Fariz lalu mengajakku segera menikah di kota kelahirannya, karena kebetulan perusahaan tempat dia bekerja akan memindahkan dia ke pulau Jawa. Sebelum menikah, kami berdua mendatangi rumah papa dan mama, kami akan mohon restu baik2 pada mereka.  Tetapi bapak satpam yg berjaga dipintu gerbang mengatakan kalau dia diperintahkan untuk tidak membuka pintu apabila kami berdua datang.

 Sebenarnya bapak satpam tersebut bersedia membuka pintu karena dia masih mengenalku. Tapi
aku melarangnya, karena khawatir akan mencelakakan pekerjaan dia. Biarlah cukup aku saja yg
menderita, aku tak ingin orang lain ikut terkena akibatnya. Aku tinggalkan secarik surat, yg isinya memohon doa restu dari mama papa, bahwa aku akan menikah dengan mas Fariz, juga aku katakan kalau aku sudah jadi muslimah.

 Aku bisa lihat mata bapak satpam itu berkaca2 sewaktu aku katakan aku sudah jadi mualaf.
Awalnya keluarga mas Fariz menanyakan ketidakhadiran keluargaku dipernikahan kami. Tapi setelelah mas Fariz ceritakan panjang lebar, akhirnya keluarga mau memahami. Kami menikah secara sederhana di kota tempat keluarga mas Fariz bermukim.

 Keluarganya amat sangat menerimaku dengan hangat, mereka sama sekali tidak mempermasalahkan ras keturunanku. Malah ibu mertuaku amat saying padaku. Setelah menikah, aku dan mas Fariz menetap di pulau Jawa. Aku amat sangat bahagia, bias menjadi pendamping hidup dia. Aku merasakan dia bukan sekedar suami, tapi memang benar2 soulmate hidupku, yg aku cari2 sepanjang hidupku.

 Aku hidup dirumah yg sederhana dan hari2ku aku lalui dengan penuh kebahagiaan, dan aku tak mengeluh sedikitpun dengan yg mas Fariz berikan untukku. Aku tak lagi bekerja, karena aku
benar2 ingin mengabdi pada suamiku, dan disamping itu semua ijasahku masih tersimpan di lemari besi di rumah mama papa, aku tak bisa melamarpekerjaan dimanapun.

 Aku juga tak mau meminta surat keterangan bekerja di perusahaan papaku. Aku ingin buktikan bisa hidup mandiri dengan suamiku. Mas Fariz amat sangat menyayangiku, tiap pagi sebelum berangkat ke kantor dia memeluku. Tiap hari aku bawakan dia ‘lunch box’ untuk makan siang karena aku tak mau makanan yg masuk ke perutnya berasal dari masakanorang lain.

 Aku benar2 posesif, ingin memiliki dan melayani dia secara total. Setiap hari aku bangun sebelum dia bangun, dan aku baru tidur setelah dia benar2 tidur, untuk memastikan dia sudah benar2 tak perlu aku layani lagi. Aku siapkan celana, baju, kaus kaki dia tiap pagi sebelum berangkat kerja. Sehingga dia tak perlu lagi memikirkan pakaian apa yg harus dia pakai tiap pagi.

 Bahkan aku potongkan kukunya bila sudah panjang Pokoknya dia benar2 aku jadikan pangeran bagi diriku. Tiap malam sebelum tidur, kami selalu mengobrol dan saling mengajarkan bahasa. Dia mengajariku bahasa jawa, sadangkan aku mengajari dia bahasa mandarin. Dia amat cepat belajar mandarin, dalam waktu singkat dia sudah menguasai beberapa kata2 yg umum diucapkan, kadang dia mengajak ku bicaramandarin dirumah.

 Memang perusahaan tempat dia bekerja milik keluarga dari etnis keturuan seperti aku, dan banyak behubungan dengan warga keturunan, sehingga bila mampu berbahasa mereka akan merupakan keuntungan tambahan. Suatu ketika dia pulang membawa sepeda motor, dia katakan kalau kantornya memberinya pinjaman cicilan motor.

 Memang hanya sepeda motor, tapi aku sangat bahagia sekali dengan yg dia dapatkan. Berulangkali dia minta maaf tidak bisa belikan aku mobil mewah seperti yg aku pernah aku miliki dulu. Aku katakana pd dia motor yg sekarang kita miliki bagiku jauh lebih mewah dari mobil yg dulu akumiliki.

 Karena motor ini bukan sekedar dibeli dengan uang, tapi juga cinta, yg tak akan ternilai berapapun banyaknya uang. Kehidupan perkawian kami amat indah, kalau dirumah nyaris kami tak bisa berjauan. Karena tiap hari bagi kami adalah bulan madu, maka hanya setahun kamudian lahirlah anak pertama (dan satu2nya) kami.

 Bayi laki2 itu kami namai ,sebut saja ‘Faisal’. Mas Fariz yg membacakan Azan dan qomat, ketika bayi kami lahir. Aku merasa lengkap sudah kebahagiaanku. Tiap hari aku tambah bahagia bias merasakan ada 2 orang “ Fariz” didalam rumahku. Saat mas Fariz ke kantor, aku di temai Fariz kecil, bayiku. Oh alangkah bahagianya.

 Aku mencintai 2 orang yg sama darah dagingnya. Tiga tahun sudah anak kami hadir bersama kami. Mas Fariz terus bercita2 ingin mendatangi orangtua ku, oma opa si Faisal. Dia benar2 ingin memperkenalkan cucu mereka dan menyatukan aku dengan papa mama ku lagi.

 Dia berharap dengan kehadiran Faisal, akan meluluhkan hati orang tuaku. Tapi tiap kali aku menelpon papa mama ku masih bersikap seperti dulu, bahkan waktu aku katakan bahwa mereka sudah mempunyai cucu dari ku, mereka hanya menjawab, kalau mereka tidak merasa mampunyai keturunan dari ku.

 Ohh malangnya anakku. Aku amat sedih, teganya papa dan mama ku berkata spt itu. Aku masih memaklumi apabila mereka membenciku, tapi jangan pada anakku, cucu mereka, darah daging mereka sendiri. Mas Fariz hanya menyuruhku bersabar, dia percaya kelak papa dan mama akan menerima mereka. Tapi sebelum harapan mas Fariz terpenuhi, musibah mulai datang….

 Suatu ketika, mas Fariz pulang kerumah lebih awal, dia Cuma merasa gak enak badan seperti orang masuk angin.Aku menyuruhnya segera istirahat dan tidur, dan memberi obat penghilang sakit. Malam harinya, tubuhnya mulai panas dan menggigil.

 Keesokan paginya aku mengantar dia ke dokter, waktu itu dokter hanya katakan kalau mas Fariz hanya demam biasa sehingga hanya diberi obat penurun panas, dan disuruh istirahat. Tapi malamnya tubuh nya tetap panas, dan menggigil, bahkan sampai mengigau.

 Aku sudah ajak mas Fariz untuk ke rumah sakit keesokan harinya. Tapi dia menolak, karena dia bilang hanya demam biasa, dan tak apapa, beberapa hari pasti sembuh. Sampai hari ke empat kondisinya makin parah, akhirnya disampai tak sadarkan diri, bahkan dari hidungnya kaluar darah.

 Dengan pertolongan para  tetangga, suamiku segera dibawa ke RS. Hasil pemeriksaan daranhnya
menunjukan trombositnya hanya tinggal 26ribu. Padahal orang normal harus diatas 150rb. Suamiku terkena demam berdarah, Dokter menyalahkan aku kenapa tidak segera dibawa ke RS lebih awal, karena serangan terberat demam berdarah adalah pada hari 5. Kalau kondisi tubuh tidak kuat, bisa amat berbahaya.

 Besoknya, hari ke 5, memang benar2 makin parah kondisi suamiku, napasnya makin berat, trombositnya belum beranjak naik, tubuhnya udah benar2 digerogoti penyakit itu., malam itu setengah mengigau, dia memanggil namaku, lalu aku genggam tangannya dan aku dekati telingaku ke mulutnya, aku bisa dengarkan dia mencoba mengucapkan sesuatu, dan air matanya meleleh.

 Dia coba ucapkan kata2 “Maafkan aku” lalu aku tenangkan dia, kalau tak ada yg perlu dimaafkan. Aku iklas lahir bathin mendampingi dia. Setelah mendengar kata2ku, dia tampak tenang, lalu dengan satu tarikan napas dia coba mengucapkan “ Lailahailallah” lalu dia pergi selama2nya meninggalkan aku.

 Dia pergi di pelukan ku. Aku ingat suatu ketika dia pernah berucap, andai Tuhan mengijinkan, dia
ingin meninggal terlebih dahulu dari aku, dan dalam pelukanku, sebab ia ingin aku menjadi orang
terakhir dalam hidupnya yg dia lihat. Aku sempat memarahi dia, jangan bilang seperti itu.

 Tapi dia bilang serius, kalau dia gak akan sanggup kalau aku yg menginggalkan dia terlebih dahulu. Ternyata Tuhan benar2 mengabulkan permohonan dia. Orang yg aku jadikan sandaran satu2nya dalam hidup ini telah pergi selama2nya. Tak terkirakan amat sedih dan hancurnya hatiku. Andai aku tak ingat dengan si kecil Faisal, mungkin aku sudah ingin segera mengusul mas Fariz dialam sana.

 Mas Fariz benar2 orang yg jujur dan baik, waktu penguburan seluruh rekan2 kerja, bahkan big boss tempat bekerja hadir. Waktu aku tanyakan apakah ada hutang piutang mas Fariz yg harus aku selesaikan.

 Mereka katakan tidak ada sama sekali, bahkan kantornya memberikan santunan 4x gaji, ditambah uang duka dari rekan2nya. Aku juga ditawarkan bekerja di perusahaan tsb. Tapi untuk saat itu aku benar2 gak sanggup melakukan apapun. Aku merasa setengah dari nyawaku sudah hilang. Selama 3 bulan aku berduka, aku tak sanggup pergi dan melakukan apapun. Bahkan tiap tidur, aku masih membayangkan mas Fariz disampingku. Akhirnya untuk semantara waktu aku tinggal dengan ibu mertuaku, supaya Faisal ada yg mengasuh.

 Rumah dan motor aku jual, karena aku tak sanggup membayangkan kenangan bersama mas
Fariz tiap aku melihatnya. Hampir setengah tahun tinggal dengan mertuaku, sampai akhirnya aku putuskan kembali ke kota asalku. Sebenarnya ibu mertuaku amat baik dan saying padaku. Tapi aku tahu diri gak mungkin selamanya bergantung pada siapapun. Aku harus bisa mandiri, membesarkan anakku, satu2nya hartaku yg tersisa.

 Aku pulang ke kota asalku dengan sisa uang yg aku punya.Lalu aku mengontrak rumah, dan membuka toko kecil2an di depannya. Tetapi mungkin karena aku masih terus berduka dan terbayang suamiku, sehingga aku kadang kurang memikirkan usahaku ini, sampai akhirnya usahaku ini bangkrut.

 Tokokupun aku tutup, uangku habis untuk membayar tagihan2 para suplier barang, semantara penjualanku tak seberapa menguntungkan. Aku sebenarnya tidak pernah putus asa, apapun aku jalani asal halal. Pernah aku coba jadi pelayan restoran, tapi hanya beberapa bulan , karena anakku tak ada yg jaga. Sampai akhirnya aku benar2 kehabisan uang, tak sanggup lagi membayar kontrakan.

 Dengan mambawa koper isi pakaian, aku menggendong anakku, berjalan tanpa tujuan. Aku benar2 bingung akan kemana. Pernah terlintas di benakku untuk kembali ke keluargaku. Tapi justru dengan kondisi seperti ini mereka pasti akan merasa menang. Mereka akan tertawa terbahak2 dan terus bias mengejeku seumur hidupku, bahwa aku gagal dalam memilih jalan hidup.

 Akhirnya ditengah rasa putus asa, aku teringat masjid tempat dulu aku pertama kali mengucapkan kalimat sahadat. Masjid itu memang bukan masjid raya dikota kami, tapi karena masjid yg tua dan
bersejarah, maka banyak jemaah yg datang. Aku berpikir, dulu aku memulai jalan hidupku dari masjid itu, sehingga kalaupun jalan hidupku berakhir aku ingin di masjid itu pula.

  Aku datangi masid tsb. Dan aku shalat mohon petunjuk. Anakku karena kelelahan tertidur di sampingku. Aku tak punya uang untuk membeli makanan. Akhirnya aku hanya bisa menangis. Rupanya tangisku didengar oleh seorang bapak, dan beliau rupanya imam masjid tersebut, dan dia yg dulu membimbingku membaca sahadat.

 Aku tak lupa dengan wajahnya, tetapi dia pasti sudah tak ingat dengan wajahku, karena wajahku tak sesegar dulu lagi. Sewaktu aku perkenalkan diriku dan aku katakan bahwa aku dulu mualaf yg beliau bimbing, dia langsung ingat tapi juga kaget dengan kondisiku yg seperti ini. Akhirnya aku ceritakan semuanya pada beliau, sebab aku merasa tak ada lagi orang di dunia ini yg aku jadikan sandaran hidupku.

 Setelah selesai mendengar ceritaku, dia menyuruh aku agar jangan pergi kemana2, dan tetap tinggal di masjid, beliau juga menyuruh salah seorang jemaah untuk membelikan makanan untuk aku dan anakku.

Sebentar kemudian dia pergi meninggalkan ku, sambil berpesan akan segera kembali menemuiku (rupanya dia pergi mencari tempat untuk aku bisa tinggali). Tak lama beliau kembali menemui ku, sambil tersenyum dia katakan, mulai malam ini aku sudah memperoleh tempat tinggal.

 Aku diajak ke belakang masjid, disitu ada sebuah bagunan tambahan yg terdiri dari beberapa ruangan. Biasanya ruangan itu untuk gudang menyimpan peralatan masjid, seperti tikar, kursi2, dll. Salah satu ruangnya tampak sudah kosong, dan dia menunjuk bahwa itu lah rumah ku.

 Aku boleh menempatinya selama mungkin aku mau. Ruang disebelahnya ditempati olah pak tua penjaga masjid, sehingga aku ada yg menemani. Ruangan tsb hanya berukuran kurang lebih 2x2m. Pak Imam masjid itu juga menambahkan, kalau nanti aku diberikan honor sekedarnya, kalau mau membantu2 membersikan masjid, sehingga cukup untuk makan.

 Bahkan beliau menambahkan kalau aku bisa dating kerumahnya sekedar2 membantu2 istrinya memasak, kerena memang rumah beliau hanya beberapa ratus meter dari masjid. Alhamdulilah, aku amat bersykur ternyata Allahmendengar doaku.

 Aku ingat, bahwa Allah tak akan menguji hambanya dengan melebihi beban yg sanggup dia pikul. Aku sudah bersykur bias memperoleh tempat berteduh, walau hanya kamarnya kecil (jauh lebih kecil disbanding kamar mandiku, saat dirumah orang tuaku). Ada lagi yg membuatku merasa tenang, karena ku tinggal berdekatan dengan rumah Allah, tiap aku merasa sedih, aku tinggal masuk kedalam masjid, dan mengadukan langsung pada Allah.

 Karena tinggal dekat dgn masjid, otomatis sahalatku tak terlewatkan sekalipun. Alhamdulilah hidupku sedikit2 demi sedikit mulai tenang. Aku sering membantu istri pak Iman memasak dirumahnya, dan sebagai imbalannya, beliau selalu membekali makanan untuk aku bawa pulang. Sehingga aku tak perlu risau memikirkan makanan sehari2. Kalau pak Imam sekeluarga ada keperluan keluar kota, akulah yang dititipi untuk menjaga rumahnya, dan aku bisa tinggal dirumahnya.

 Sebenarnya mereka sudah menawarkan aku untuk tinggal bersama mereka. Tapi aku tahu diri tak mau terus menerus merepotkan orang lain. Pekerjaanku rutinku tiap hari adalah, membersihkan halaman masjid, membersihkan kaca2 jendela, Sedangkan pak tua mengepel lantai masjid. Tiap minggu aku mendapakan honor sekedarnya dari hasil kotak amal di masjid, tapi kadang aku tak mendapatkan sepeserpun, karena kadang sudah habis untuk keperluan masjid, tapi aku lakukan itu dengan senang hati dan iklas.

Sementara ini aku benar2 ingin mengabdi pada Masjid ini, sebagai tanda terimakasih ku. Aku tak mau bersusah payah kesana kemari mencari pekerjaan, Aku percaya kelak masjid ini pula yang akan memberiku jalan memperoleh pekerjaan. Kadang malam hari aku duduk2 diteras masjid, mengobrol dengan pak tua.

 Dia bercerita kalau anak2nya masih ada di kampung, tapi dia juga tak mau merepotkan anak2nya. Selama masih kuat, dia tak mau merepotkan orang lain. Lalu saat giliran aku cerita, kadang aku
bingung harus cerita apa..??? Apa aku ceritakan kalau dulu aku pernah naik kapal pesiar keliling eropa, atau aku pernah menginap di hotel mewah di las vegas, atau aku punya apartment mewah di Australia..

 Ahh pasti dia akan tertawa dan menganggap aku berhayal, sebab jangankan tinggal dihotel, sekarang ini uang yg aku punya tak lebih banyak dari 20ribu.. Dulu tiap minggu aku bias membeli peralatan make up, eye shadow, lipstick, dll jutaan rupiah. Sekarang ini make up ku hanyalah air wudhu ku tiap aku shalat. Tetapi justru banyak yang mengatakan kalau wajahku tetap bersih, cantik, alami.

 Kadang orang berpikir aku masi memakai make up. Yah..mungkin Allah yang memakaikan make up untuk ku. Kecantikan dating dari dalam. Inner Beauty. Banyak yg bilang, dengan mata sipit ku dibalik kerudung, aku terlihat cantik. Tak terasa aku sudah hampir 2 tahun menetap di masjid itu, anakku sudah sekolah di SD dekat masjid milik suatu yayasan dan tanpa membayar sepeserpun. Aku hanya membelikan seragam dan alat2 sekolah.

 Bahagianya hatiku melihat anakku sudah masuk sekolah..oh, seandainya mas Fariz masih ada dan
melihat anak kita dihari pertama pergi ke sekolah.. Anaku rupanya tumbuh besar dalam keprihatinan, sehingga dia sangat tahu diri, dia tak pernah sekalipun merengek2 minta dibelikan ini itu seperti layaknya anak2 lain. Pernah hatiku amat terenyuh. Ketika dia pulang sekolah dengan kaki telanjang, sambil menenteng2 sepatunya. Sambil tertawa, tanpa mengeluh, dia malah menunjukan sepatunya kepadaku “Ma, sepatu Faisal udah minta makan”. Maksudnya sepatunya udah robek depannya, seperti mulut minta makan.

 Melihat dia tertawa, akupun ikutan tertawa, walau hatiku rasanya ingin menangis. Andai dia tahu, dulu mamanya selalu memakai sepatu berharga jutaan rupiah, sekarang ini membelikan sepatu anaku yg murahpun aku belum sanggup. Alhasil selama 2 hari anakku kesekolah memakai sepatu yg robek itu, sampai akhirnya aku belikan sepatu bekas.yg lebih layak dipakai.

Aku bersykur mempunyai anak yg amat tahu diri. Tak mau membebani ibunya. Memang anak yg shaleh akan menjadi bekal yg amat bernilai buat orang tua. Pak Imam mesjid kadang menengok kami, dan menanyakan keadaan kami. Dia sering cerita, gimana istri nabi Muhammad dulu hidupnya jauh lebih menderita, tetapi tetap tabah menghadapi cobaan dan tak goyah keimanannya.

Beliau kadang bilang, kalau aku pasti akan jadi ahli surga. Berulangkali dia bilang, kalau orang lain gak akan mungkin sanggup menghadapi cobaan ini, tapi aku tetap bertahan memegang keyakinan, meninggalkan kenikmatan dunia yg justru pernah aku peroleh. Suatu siang, aku melihat ada mobil datang ke halaman masjid, dari dalam mobil itu keluar 2 orang yg aku masih kenal. Yang satu perempuan bernama tante Grace, yg satunya lagi laki2 oom Albert.

 Mereka berdua merupakan lawyer untuk perusahaan dan keluarga kami. Entah gimana mereka bisa mengetahui aku ada disini. Mereka mambawa sebundel amplop, dan mengajak aku berbicara. Aku bisa lihat mata tante Grace yg memerah menahan air mata sewaktu dia melihat tempat aku tinggal.

Bahkan oom Albert suaranya bergetar seperti lehernya tersekat menahan sedih. Mereka katakan diutus oleh orang tua kami. Karena orang tua kami sudah tahu gimana keadaan ku sekarang. Mereka katakan didalam amplop yg mereka pegang isinya surat2 bank, ATM, Ijasahku, yg bisa aku miliki lagi. Bahkan aku dijemput untuk pulang ke rumah mama papa ku.

Sejenak aku berbahagia, aku pikir orang tuaku sudah terbuka hatinya, aku bisa pergunakan uang yg cukup banyak itu untuk hidup yg lebih baik dgn anakku. Tetapi dengan suara terpatah2 om Albert melanjutkan, bahwa mama dan papa memberi syarat. Ketika aku tanyakan apa syaratnya.

 Mereka berdua nyaris tak sanggup melanjutkan pembicaraan. Tante Grace makin menunduk menahan tangis. Akhirnya om Albert mengatakan kalau syaratnya aku dan anakku harus kembali ke keyakinan yg dulu aku anut. Saat itu juga aku langsung menjawab, kalau aku tak akan mau menerima amplop itu, dan aku katakan agar kembalikan ke orang tuaku.

 Mereka amat sangat minta maaf padaku, karena mereka tahu aku tersinggung. Tapi aku juga sadar mereka hanya menjalankan tugas. Bahkan tante Grace menambahkan, andai mengikuti hati nurani pasti mereka udah serahkan itu amplop pada ku tanpa syarat apapun, tapi mereka terikat profesi mereka.

Akhirnya mereka pamit meninggalkan ku. Tapi beberapa saat kemudia mereka balik kembali menemui ku, aku piker mereka akan membujukku. berinisiatif memfoto copy ijasah2 ku dan menyerahkan copynya ke aku. Mereka lakukan atas inisiatif mereka sendiri, walau dengar resiko kehilangan pekerjaan. Mereka katakana hanya itu yg bisa mereka bantu untukku. Oh terima kasih tuhan …Sedikit2 Tuhan memberikan jalan untuk ku.

 Akhirnya aku punya bukti kalau dulu aku pernah sekolah tinggi sampai di luar negri. Rupanya Tuhan sudah cukup mengujiku, dan sepertinya aku mulai diberikan rewards atas ketabahanku selama ini. Tuhan mulai memberikan jalan yg terang untuk ku. Suatu pagi di halaman masjid tampak 2 orang perempuan yg sedang mengamati bangunanmasjid.

Satunya seorang bule entah dari negri mana, sedangkan satunya lagi perempuan lokal. Kebetulan pak tua sedang di halaman, sehingga mereka menghampirinya, masjid tsb memang unik, karena merupakan bangunan tua, dengan arsitektur melayu kuno, sehingga kadang sering dikunjungi orang, dan biasanya pa tua lah ygm menjadi juru bicara, karena memang dia yg tahu sejarah masjid tsb.

 Akupun banyak mendapat carita dari pak tua tetang masjid tsb sehingga aku tahu banyak pula tentang sejarahm masjid tsb. jauh, dua orang pengunjung itu ngobrol dengan pak tua, sampai akhirnya aku lihat si bule agak kebingungan.

 Didorong rasa ingin tahu, aku hampiri mereka. Dengan sopan aku perkenalkan diri, dan menawarkan diri untuk membantu. Ternyata si bule itu adalah mahasiswi arsitektur dari Australia yg sedang mealkukan study, sedangkan, pendampingnya adalah mahasiswi arsitektur dari univ. T di kotaku yg bertugas sebagai penterjemah, panggil saja ‘Retno’. Rupanya si mahasiswi lokal tsb kurang lancar bahasa Inggrisnya sehingga membuat si bule kadang kebingungan mendengar terjemahan cerita dari pak tua.

 Dengan sopan pula aku ajukan diri untuk membantu sibule itu. Dengan bahasa inggrisku yg sangat lancar aku ceritakan dari awal sampai akhir semua tentang masjid tsb. Aku ajak pula berkeliling ke tiap sudut masjid. Si bule tambah takjub ketika aku katakana pernah study di negrinya. mRetno terus memandangiku setengah tidak percaya tentang diriku.

 Setelah puas mendapatkan informasi, sebelum pulang Retno berjanji akan menemui ku kembali segera, ada yg ingin dia tanyakan lebih banyak ttg diriku katanya. Aku dengan senang hati akan menerima kedatangannya kapan saja.

 Beberapa hari kemudian Retno memang benar2 kembali dating menemuiku, kali ini dia sama sekali tidak membicarakan perihal arsitektur masjid. Tapi tentang diriku. Dia amat ingin tahu tentang diriku, akhirnya aku ceritakan dari awal sampai saat ini perjalanan hidupku ini.

Dia amat bersimpati dan berkeinginan menolong ku. Walau aku tidak mengaharapkan pertolong orang lain, tapi aku hargai niatnya membantuku.Dia bilang dengan pendidikan ku dan kemahiranku berbahasa asing, pasti aku akan dapatkan pekerjaan, apalagi aku sekarang sudah mempunyai bukti fotocopy ijasah ku.

Kira2 seminggu kemudian dia kembali datang kepadaku, dan menyuruhku membuat surat lamaran,
bahkan dia sendiri yg membawa kertasnya dan amplopnya. Dia katakana di rektorat univ memerlukan beberapa tenaga honorer.

Aku terharu ada orang lain yg peduli mau membatuku tanpa pamrih, aku ucapkan banyak terimakasih padanya. Bagiku dia seperti diutus Tuhan untuk menolongku. Tak lama kemudian aku mendapat kabar gambira, aku dipanggil menghadap ke rektorat universitasnya untuk test dan wawancara.

Sebelum berangkat aku shalat memohon kapada Allah agar diberikan kelancaran. Anakku aku titipkan pak tua, yg memang sudah aku anggap sebagai orang tuaku sendiri. Alhamdulilah semua test aku lalui dengan lancar, bahkan sewaktu wawancara bahasa Inggris, justru akulah yg lebih menguasai ketimbang yg mewawancaraiku.

 Dia sampai menyerah, dan mengatakan bhs inggrisku udah perfect melebihi kemampuan dia. Tak sampai seminggu kemudian, Retno mendatangiku lagi, kali ini dia tampak gembira sekali, dia katakana dalam beberapa hari aku akan mendapat surat dari rektorat, yg isinya penerimaan aku sebagai karyawan. Dia bisa lebih dulu tahu karena ada temannya yg bekerja disana. Langsung aku menuju masjid dan bersujud sukur lama sekali.

 Aku merasa telah lulus segala test yg diujikan Allah tehadapku. Memang kadangkala aku sering bertanya pada Allah, apakah karena aku mualaf sehingga Allah kurang percaya dengan keimananku, sehingga perlu mengujinya dengan ujian yg amat berat. Walau sebagai karyawan honorer tapi aku sudah bersukur, yg penting aku sudah memperoleh penghasilan yg layak. Kerjaanku membantu bagian keuangan di rektorat, memang sesuai dengan ilmuku, tetapi mulai banyak orang yg tahu kalau aku lulusan dari luar negri.

Setiap ada seminar dan memerlukan makalah dalam bahasa Inggris pasti aku ygm diberikan tugas tambahan untuk menyusunnya. Akupun banyak membantu menterjemahkan litelatur2 asing untuk
dipergunakan para mahasiswa.Nyaris sejak 3 tahun terakhir, aku tidak pernah membeli baju baru. Dengan gajiku sekarang aku sudah bias membeli lagi. Aku amat sangat senang bukan main, bisa
membelikan pakaian yang bagus2 untuk anakku.

 Bahagia rasanya melihat anakku bisa aku berikan pakain yg layak. Pakaian sekolahnya yg sudah
menguning, sekarang sudah aku belikan yg baru putih bersih, dan juga sepatu baru. Sepatunya yg
dulu robek, masih aku simpan sebagai kenangan.

 Beberapa bulan kemudian aku sudah mampu mengontrak rumah sendiri, sebelum aku meninggalkan masjid tsb tak lupa aku berpamitan kerumah pak Imam, aku ucapkan banyak terimakasih atas pertolongannya, beliau katakan yg menolong bukan dia tetapi Allah SWT yg menolongku. Aku peluk dia lama sekali, dan aku katakan dahulu aku mengucapkan sahadat didepan dia, dan aku tak akan pernah mengingkarinya seumur hidupku, apapun yg terjadi.

Sebelum pergi, aku sempat memandangi kamarku untuk terakhir kali, sempat beberapa menit aku tertegun, membayangkan, mungkin kelak ruangan ini akan dipakai oleh orang2 yg senasip seperti aku …..Aku berharap Semoga Allah member kekuatan ….

Setelah aku melewati segala cobaan, Tuhan tampaknya terus menerus memberikan semacam rewards kepadaku, belum genap setahun aku bekerja, pihak rektorat meberikan kabar, kalau statusku akan di tingkatkan menjadi karyawan tetap, bahkan beberapa dosen senior sudah menawariku untuk membantu mengajar.


Memang rekan2 kerjaku mengatakan, kalau karirku bakal amat bagus, karena orang dengan kemampuan sepertiku amat dibutuhkan. Mereka bilang, kesuksesanku hanya menunggu waktu saja. Aku hanya bias mengucap puji syukur Alhamdulilah. Andai dulu aku sering berdoa dengan linangan air mata kesedihan, sekarangpun aku masih sering menangis ketika berdoa, tapi kali ini aku menangis bahagia.

Sampai saat ini aku masih sendirian, aku bertekad membesarkan anaku sebaik2nya, bagiku aku masih merasa istri dari mas Fariz. Masih sulit rasanya menggantikan dia dihatiku. Seperti yg aku pernah katakan, dia bukan hanya suami, tetapi soulmate ku, dan tak tergantikan. Tetapi entah kalau Allah mempunyai rencana lain untukku.

Tiap memandang anakku, aku seperti melihat mas Fariz. Seperti dia masih mendampingiku. Alhamdulilah dengan penghasilanku sekarang ini aku kini bahkan sudah mampu membeli sepeda
motor untuk keperluan transportasiku. Kadang diakhir pekan aku berboncengan dengan anakku jalan2 rekreasi. Kadangkala aku sengaja lewat depan rumah orang tuaku, sambil aku katakan bahwa itulah rumah opa dan oma.Sering anakku bertanya,“ Ma kapan kita pergi main kerumah oma-opa? ” Aku tak bisa menjawab, karena menahan air mata …

Walaupun begitu aku terus berdoa, semoga suatu saat kelak, kedua orangtuaku dibukakan pintu hatinya, kalaupun tidak mau menerima aku lagi, mohon terima anakku, cucunya, darah daging mereka sendiri. Wassalam, Mawar.
Di ceritakan kembali oleh
Retno (2508) Di Kota P

Allahamdfulillah catatan ini Akhirnya dapat ku sadur kembali dan catatan ini aku posting dari catatan sahabatku .” Andy Nur Wahiddien.
Wassalam. 

Engkaulah Segalanya.

  
  Duhai Sahabat-sahabatku...Senyummu adalah bahagiaku Ceriamu adalah dambaku
Gelisahmu adalah kebimbanganku Air matamu adalah kesedihanku...Kau pelipur lara dukaku
 
Kau pengiring suka citaku Bersama kita dalam hari-hari keberkahan Ikatan ini berawal dari hati, atas nama cinta Jalinan ini bermula dari rasa, atas nama sayang Pertautan ini berasal dari angan, atas nama rindu Sungguh ini adalah cinta, sayang, dan rindu.

Ya Allah, bila Engkau dengar rintihan hambaMu yang menangis dalam doanya, kabulkanlah permohonannya, kuatkanlah dirinya, hapuslah air matanya. Tegarkanlah Jiwanya. Terangilah jalan hidupnya. Ya Allah, hanya Engkaulah penyembuh dari setiap luka dan derita maka sembuhkanlah luka dan deritanya agar mampu menjalani hidup ini dengan penuh harapan. Amin ya robbal alamin. 




Janganlah Kamu Bersedih...

Saudaraku.Janganlah Kamu Bersedih...Sambutlah hari dengan penuh ceria.“Jangan...lah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita.” (At-Taubah:40) Lalu, bagaimana jika kita tetap merasa bersedih? Ini artinya ada sesuatu yang salah dalam hati kita. Dalam ayat diatas, kita tidak perlu bersedih sebab Allah beserta kita. Jika kita masih tetap saja bersedih, artinya kita belum merasakan kedekatan dengan Allah.

Yang dimaksud bersedih bukanlah berarti menangis. Menangis dalam rangka takut dan berharap kepada Allah malah dianjurkan supaya kita bebas dari api neraka. Bersedih yang dilarang adalah kesedihan akibat ketidaksabaran, tidak menerima takdir, dan menunjukan kelemahan diri.

Bersedih Itu Manusiawi
Para Nabi bersedih. Bahkan Rasulullah saw pun bersedih saat ditinggal oleh orang-orang mencintai dan dicintai beliau. Namun, para Nabi tidak berlebihan dalam sedih. Para Nabi segera bangkit dan kembali berjuang tanpa larut dalam kesedihan.

Bersedih Tidak Diajarkan
Bersedih (selain takut karena Allah) tidak diajarkan dalam agama. Bahkan kita banyak menemukan ayat maupun hadist yang melarang kita untuk bersedih.

“Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS.At-Taubah:40)

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS.Ali ‘Imran:139)

Rasulullah saw pun berdo’a untuk agar terhindar dari kesedihan,

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran; Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur. Tiada Tuhan kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud).

Lalu, bagaimana supaya kita tidak bersedih?
Jika kita melihat ayat dan hadits yang disebutkan diatas, setidaknya kita sudah memiliki dua solusi agar kita tidak terus berada dalam kesedihan.

Pertama: dari ayat diatas (At Taubah:40) bahwa cara menghilangkan kesedihan ialah dengan menyadari, mengetahui, dan mengingat bahwa Allah bersama kita. Jika kita sadar bahwa Allah bersama kita, apa yang perlu kita takutkan? Apa yang membuat kita sedih. Allah Maha Kuasa, Allah Maha Penyayang, Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi kita.

Saat kesedihan terus menimpa kita, mungkin kita lupa atau hilang kesadaran, bahwa Allah bersama kita. Untuk itulah kita diperintahkan untuk terus mengingat Allah.

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’d:28)

Dari ayat ini, kita sudah mengetahui cara menghilangkan kesedihan, kecemasan, dan ketakutan yaitu bidzikrillah, dengan berdzikir mengangat Allah.

Saat saya mengalami kesedihan, ketakutan, atau kecemasan, ada tiga kalimat yang sering saya gunakan untuk berdzikir.

1. Istighfar, memohon ampun kepada Allah.
2. La haula wala quwwata illa billah (Tiada daya upaya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)
3. Hasbunallaah wa ni’mal wakiil (Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baiknya Pelindung)
4. Tentu saja, masih banyak kalimat-kalimat baik lainnya yang bisa Anda ucapkan

Alhamdulillah, kesedihan, kecemasan, dan ketakutan menjadi sirna setelah berdzikir dengan kalimat-kalimat diatas. Tentu saja, bukan saja dzikir di lisan tetapi harus sampai masuk ke hati.

Kedua: cara menghilangkan kesedihan ialah dengan berdo’a seperti dicontohkan oleh Rasulullah saw. Nabi pun meminta pertolongan Allah, apa lagi kita, jauh lebih membutuhkan pertolongan Allah. Maka berdo’alah.

Tentu saja, masih banyak cara supaya kita tidak bersedih. 







* Masih Adakah ? *

Kering sudah airmata mengalir dimuka Meninggalkan kesan sahdu menghiba…Merobek jiwa yang parah luka Mencari arah cahaya sinarnya cinta…
Kemana dan dimana langkah akhirnya…

Dalam puisi kias berbunga Yang ditulis dengan mata pena…Tanpa diduga teraih citra…dalam damba Perlahan ku berjalan sehingga.Nampak terbuka dan Mengungkap rahasia demi rahasia…

Tanah asal kejadian manusia…Dipijak dilangkah jua akhirnya…Bila puisi akan berkata lalu… siapakah pendendangnya…Akukah? Sedang aku tidak mampu untuk bersuara…
Hanya Diam seribu basa kutak mampu untuk bersuara…

Hanya merasa Jasadku yang dihiasi didunia…Jatuh rapuh ke tanah jua…
Adakah… aku ingat wajah Sang pemberianNya…Sedangkan aku tiada berwajah ataupun rupa…

Ya Allah, semoga Engkau  hiasi wajahku sehingga sempurna kejadiannya… tidak seperti mereka…Yang Engkau hina Tapi jadikanlah wajahku seperti wajah mereka Yang Engkau hiasi dengan Iman dan Takwa

Sehingga Hujan memayungi menyelimut hiba…Memberikan semangat dikala luka…Aku merayu kepada Yang Maha Mendengar Dengan segala derita…

Berikanlah aku kasih walaupun kain yang hina…Agar dapat metutup gendang telinga…
Dari si angkara murka Supaya tidak terbawa kedalam arus kehidupan yang hina…

 

* Jannah dibalik musibah *



Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
         Pesan ini...
Untuk diriku, dirimu dan kita semua…
Allah lebih mengasihi Hamba-hamba-Nya melebihi kasih seorang ibu kepada anaknya.
Apabila si ibu sayang akan anak-anaknya, dia akan mengawal anak-anaknya dari melakukan sesuatu yang  membahayakan, walaupun hal yang membahayakan itu sangat disukai oleh si anak.
Misalnya, anak yang baru belajar merangkak, rangkak lalu merayap ditepian tangga.
Dan Dia akan menangis jika dihalang… Mengapa?


Karena Fikiran si anak yang masih kecil itu menganggap tidak boleh pada apa yang disukainya.
Sedangkan kebimbangan si ibu amatlah sangatnya takut anaknya terjatuh.
Sementara Si anak hanya tahu hendak bermain sahaja, tanpa mengetahui akan bahayanya dari bermain di tepi tangga. Itu semua dikarenakan Jangkauan fikiran sianak masih cetek dan pendek. Sebaliknya, siibu yang melarang dan mencegah sudah tahu akan bahayanya yang bakal terjadi jika anaknya itu dibiarkan begitu saja.


Satu ketika, sianak sakit. Maka Siibupun menyuapkan obat, kedalam mulut si Anak tapi si anak meluahkannya karena Pahit. Tetapi sehingga Si ibupun membujuknya,bahwa  ini obat. Tapi Sianak masih berdegil, lalu siibu pun  memaksa anaknya, agar mahu meminum obat itu dengan cara yang lebih keras dan tegas.


Begitu kita dengan Allah (walaupun sebenarnya nisbahnya terlalu jauh). karena keterbatasan Akal manusia ada batasnya. Sedangkan ilmu Allah Maha luas. Begitu pula apabila Allah menetapkan sesuatu peraturan dan kejadian, maka pasti ada hikmah disebaliknya. Walau pun erkadang, hikmah itu dapat dijangkau oleh akal dan fikiran tapi adakalanya tidak.


Misalnya apa yang telah dicontohkan oleh Orang- orang yang beriman. Apabila Nabi saw menyampaikan perintah Allah, maka para sahabat akan terus berkata, “kami taat dan kami patuh” walaupun adakalanya perintah itu sangat sukar dan pahit. Dan apabila berlaku satu musibah,maka para sahabat akan berkata, “telah berlakulah janji Allah.” Mereka bukan insan tanpa perasaan dan fikiran. Akan tetapi apabila iman mendominasi hati, Akal fikiran dan perasaan dipaksa untuk tunduk dan patuh kepada ketentuan Illahi.


Bila datang perintah,maka orang beriman akan memberi respons yang telah digambarkan oleh Allah megikutii firman-Nya:
“Bahwasanya ucapan Orang- orang yang beriman apabila diperintahkan untuk melakukan sesuatu Ia akan menjawab kami dengar,dan kami taat.”


Dan manakala mereka ditimpa musibah maka mereka pun berkata:
“ Kami milik Allah dan kepada-Nya-lah kami akan dikembalikan.”
Mereka yakin setiap perintah Allah seperti solat, puasa, sabar dan sebagainya itu semuanya bermaksud baik belaka. Dan mereka juga yakin setiap musibah seperti kematian, kesakitan, kegagalan, kemiskinan dan sebagainya, pasti ada hikmah disebaliknya.


Justeru, jika kita ingin menteladani mereka, maka paksalah diri supaya akur dan selaras dengan setiap perintah-Nya,
dan menerima dengan sabar setiap ujian cobaan atau musibah. dan Yakinlah, bahwa Allah swt menginginkan keselamatan dan kebahagiaan buat kita baik didunia maupun diakheratnya. dengan segala peringatan dan perintah-Nya.


Namun walaupun begitu, mengapakah masih ramai dan banyak manusia yang tidak patuh pada perintah-Nya dan tidak sabar dengan musibah serta cobaan yang diberikan Oleh-Nya ?  Apa Ini semua kerana kurang ilmu dan lemahnya iman.


Bukankah dengan ilmu kita sadar bahwa setiap musibah itu ada hikmahnya. Dan dengan iman kita dapat menteramkan hati dengan mengingat Allah. Dan bagi orang-orang yang benar-benar beriman, apa sahaja yang datang dari Allah adalah baik walaupun nampak buruk pada pandangan mereka sendiri. Mereka beriman dengan apa yang Allah swt tegaskan dalam sebuah hadis Qudsi:


“Wahai anak Adam, jika engkau sabar dan mencari keridhaan pada saat musibah yang pertama, maka Aku tidak meridhai pahalamu selain syurga.”(HR Ibnu Majah (no: 1597)


Tidak salah merasa sedih dengan musibah. Dan tidak salah merasa menderita sewaktu mentaati perintah Allah. Namun jangan membantah dengan sombong. Dan jangan bersedih secara berlebihan. Apakah kita tidak yakin bahwa Allah Maha Mengasihi lagi Maha Mengetahui?


Alangkah malangnya sianak yang meluahkan obat yang disuapkan ibunya… Namun lebih malang lagi seorang hamba yang menolak hikmah dari musibah yang “dihadiahkan” oleh Tuhannya! Dia akan menderita dua kali. Pertama, menderita oleh musibah itu. Kedua, oleh terluput dan tercabutnya hikmah yang ada disebalik musibah itu.


kenapa Aku berkata begini Justeru, karena aku sendiri,telah mengalami dilanda musibah… namun kucoba untuk tetap  tersenyum (walaupun pedih dihati ), kenanglah Dia dan bujukan Allah. Semoga kita kan mendapatlan jannah (syurga) dari sebalik musibah ini! Amin Ya Robbal Allamin..


Wassalam Semoga bermanfa'at
 Dan bila ada Salah dan Hilaf atau ada kata yg kurang berkenan aku mohon ma'af aku
 Dan juga sahabatku Miftahul Mujahidah Al-banjari Insaniah Fakir Hamba Allah yg tiada daya dan Upaya.


Salam Ukhuwah Fillah.
                                                                                 
 


 

DAHSYATNYA ENERGI MAAF             

”Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada, tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?”(QS. An-Nuur [24]: 22).

Sahabat yang diberkahi Allah SWT, kita semua diberikan kesempatan hidup dengan waktu yang amat terbatas, dalam perjalanan hidup kita memiliki  Dua visi menuju keSuksesan Dunia dan Sukses Akhirat, perjalanan meraih Dua kesuksesan tersebut akan terasa ringan dan menyenangkan jika kita tidak sibuk mengumpulkan beban-beban berat yang harus kita pikul,

Minggu siang, 8 April 2001 di Augusta National Golf Club Georgia, Amerika Serikat, Tiger Woods, Pegolf yang saat itu berusia 25 tahun, menyelesaikan hole ke-18 dengan mengayunkan putter-nya dari jarak 5 meter dan masuk sempurna! Dan para penonton berteriak histeris, “Tiger! Tiger!” melalui kemenangannya ini Tiger Woods mencapai prestasi yang luar biasa. Dalam jangka waktu setahun ia telah meraih juara dari empat pertandingan yang amat bergengsi didunia golf internasional.

Ayahnya berkata,”Ketekunan berlatih, tekad kuat untuk meraih kemenangan, tabah mengatasi kekalahan merupakan ciri-ciri Tiger Woods.” Walaupun mengalami diskriminasi dibeberapa klub golf, namun Ayahnya berpesan secara arif “Jangan sampai kau sakit hati dan memupuk dendam. Kau harus mengasihani orang-orang yang masih rasialis.”

Disepanjang perjalanan karier dan bisnis, tidak dapat dipungkiri bahwa kita harus berhadapan dengan berbagai jenis kepribadian manusia. Roberta Cava, dalam bukunya Dealing with Difficult People, menunjukkan ciri-ciri kepribadian yang berpotensi menyulitkan kita, yaitu:

Mereka yang sering membuat kita emosional.
Mereka yang membuat kita terpaksa melakukan sesuatu yang sesungguhnya tidak kita ingin lakukan.
Mereka yang mencegah atau menghalangi kita untuk melakukan sesuatu yang seharusnya kita lakukan.

Mereka yang suka menimbulkan perasaan bersalah jika kita tidak melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya.
Mereka yang suka menimbulkan perasaan-perasaan negative terhadap kita seperti frustasi, marah, minder, iri, depresi, dan sebagainya.
Mereka yang selalu menggunakan kekerasan dan memanipulasi untuk mencapai tujuannnya.

Kita tidak mungkin dapat mengendalikan sikap orang-orang tersebut. Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk mencegah mereka agar tidak berbuat negative. Namun, kita bisa mengelola hati kita. Daripada sibuk menyimpan kekesalan, dendam, dan amarah yang jelas-jelas tidak berguna, bukankah lebih baik jika kita berpikir tentang cara agar kita dapat menaklukan musuh tanpa harus bertempur? Ingatlah bahwa tak ada yang lebih hebat yang dapat menghambat kebahagiaan kita daripada rasa benci, marah, dan kesal.

Tidaklah penting apa yang dilakukan seseorang terhadap kita atau besarnya kesalahan mereka. Jika kita tidak memaafkannya, kitalah yang akan menanggung akibatnya. Memaafkan dan mengampuni orang lain membebaskan kita dari kelumpuhan hidup.

Menyimpan rasa dendam dan amarah memboroskan tenaga dan energi yang dapat kita arahkan menuju kebahagiaan. Jika kita rela memaafkan, kita dapat menyumbang lebih banyak pada kehidupan dan merasa bahagia terhadap diri sendiri dan orang lain.

Pengampunan itu menyembuhkan. Pengampunan itu membuka hati kita, membebaskan emosi-emosi kita, melepaskan energi yang tersumbat didalam tubuh, dan membiarkan dya hidup mengalir bebas.

Mengampuni dan melupakan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tindakan ini diperlukan kerendahan dan kebesaran hati. Namun, itulah satu-satunya cara untuk menempuh jalan menuju kebahagiaan dan kesuksesan sejati.

Sahabat, Hidup ini akan semakin terasa sangat singkat kalau hanya untuk Membenci, tidak satupun diantara kita yang paling sempurna dan paling suci, mari kita maafkan ayah ibu kita, anak-anak kita, suami kita, istri kita, saudara-saudara kita, bos kita, karyawan kita, pembantu kita,kekasih kita, teman dan sahabat kita. ada banyak cara memberi dan meminta maaf, jika kita masih malu dan ragu bertemu, via SMS dan FB bisa menjadi pendahuluannya.

”Maafkanlah mereka dan lapangkan dada, sesungguhnya Allah senang kepada orang-orang yang berbuat kebajikan (terhadap yang melakukan kesalahan kepadanya)” (QS. Al-Ma‘idah [5]: 13). Baca juga QS Al-Baqarah (2): 109, dan Al-Nûr (24): 22.

Dan Kenapa aku mengambil permisalan dari orang yang ada di negri sebrang tiadalain hanyalah sebagai contoh sahaja boleh kita meluaskan wawasan dan pandangan namun harus tetap mengacu pada aturan mana yang pantas baik dan benar serta sealur dan selaras dengan aturan.

Bukankah Sang Baginda Rasullulah Saw memberikan bimbingan, “Carilah Ilmu walaupun keNegri Cina. Dan Carilah alasan untuk memaafkan saudaramu walau dengan berbagai alasan.” Seorang murid bertanya kepada gurunya, Imam Hasan Al-Basri, “Mengapa Rasullah menyuruh kita mencari 70 alasan untuk memaafkan?”. Jawab Hasan Basri, “Itu menunjukkan pentingnya memaafkan. Sebelum kita sampai pada 70 alasan kita belum bisa memaafkan, kita harus bersedih karena memiliki hati sekeras
batu. Wassalam.


    * HIDAYAH.*



 Kunci lima ajaran.. Sari’at, Hikmah, Torekat, Hakikat, M’arifat Dengan menyebut nama allah yang maha pengasih lagi maha penyayang
๑۩๑ AJARAN YANG PERTAMA ๑۩๑
Sahabat…. Ada 3 perkara yang wajib kita perhatikan di dalam seluruh keadaan yaitu :

1. Melaksanakan segala pe...rintah Allah SWT.
2. Menjauhkan diri dari segala larangan (haram)
3. Ridha dengan hukum-hukum atau ketentuan Allah SWT.

Ketiga perkara ini janganlah sampai tidak ada pada kita. yang bahwasanya kita, dengan sengaja atau yakin, dan percaya kepada satu agama yang sempurna dari Allah yaitu Agama ISLAM. dan dengan itu juga kita mengakuinya dengan dua kalimah Syahadah yang terkenal dengan : dengan 2 untaian kalimah yang sangat syakral dan mendasar yang berpondasikan dengan sangat kokoh dan yang menembus langit dan bumi di seluruh Alam jagat.

1. Syahadatullah (Asyhadualla ilaha ilallah) Bersaksi dan berjanji bahwa tiada lagi tuhan yang berhak disembah kecuali Allah pencipta, seluruh Alam semesta.
2. Syahadatrosul (Asyhaduana muhammadarosululloh) Bersaksi dan berjanji bahwa tiada lagi Nabi, yang wajib di percayai, melainkan Muhammad SAW. Pada akhir zaman dan diyakini dia adalah utusan Allah SWT. Sebagai rahmatan “fil alamin” Oleh karna itu, sebagai yang ingin di akui. minimal menjadi umat nabi Muhammad saw.

Dan sebagai seorang mu’min kita harus memikirkan perkara ini.dan bertanya kepada diri dan kepada yang sudah melaluinya tentang perkara ini. secara turun temurun dan sehingga seluruh anggota tubuhnya melaksanakan perkara ini.

๑۩๑ AJARAN KEDUA ๑۩๑ Ikutilah dengan ikhlas jalan yang di tempuh oleh nabi besar Muhammad saw, dan janganlah merubah jalan itu. Yaitu jalan orang yang di beri petunjuk dan di beri kenikmatan.

Ingin taukah kamu jalan itu, ‘wahai sahabatku”…? Kamu tahu, di dalam sehari semalam kurang lebih 17x, kamu berdo’a : 6. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (Al FATIHAH) Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: kamu memohon kepada Allah untuk memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat Ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik.(petunjuk).

Dan sungguhpun, yakin dan tahu arti dari ayat tadi, tapi mungkin tidak tersadarkan saja untuk melaksanakan dikarnakan belum ter-serapnya, ilmu dikarnakan tidak berani mengamalkannya dalam 3 hal yaitu :

1.tekad 2. Ucap 3. lampah (perbuatan) Sementara kamu meminta di tunjuki jalan itu, sedangkan Allah sudah sejak lama menunjukinya, yaitu sejak turun nya para nabi terdahulu, sampai pada para shidiqin, syuhada, dan shalihin…
Dan kamu berdo’a lagi, minta di tunjuki :

7. (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (Al FATIHAH) yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat. ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.

Yaitu yang menutup-nutupi ajaran yang sebenarnya, tidak perduli itu Nasrani, yahudi, atau orang yang mengetahui tentang kitab yang sebenarnya. Baik itu Al-Qur’an, taurat, Zabur, atau Injil. Sahabat jalan Orang-orang yang di beri nikmat kepada mereka itu Adalah seperti surah ( annisa : 69 ) 69.

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. ( 4.annisa : 69 ) shiddiiqiin ialah: orang-orang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran rasul, dan inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surat Al Faatihah ayat 7.

Dan orang yang beruntung di kemudian hari itu adalah: 104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. ( 3. Ali ‘Imran : 104) Ma’ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

Sedangkan jalan yang di beri petunjuk itu adalah jalannya para Nabi seperti pada Surah 108. Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan Aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”.( 12.yusuf : 108) Yaitu ; menyeru atau mengajak, tentu saja menyeru dan mengajak tidak bisa dengan berdiam diri & berdo’a saja. dan pasti, mesti dengan suatu amalan pula dengan , (mendakwahkan) Atau menujukan dan meluruskan dan memimpin umat menuju kepada Allah.

Dan yang kita yakini pula hanya kepada Allahlah tempat sebaik-baiknya tempat untuk kembali. dan dengan hati yang sabar, fikir yang sadar dan penuh istigfar memohon ampun. Takut-takut ada yang kurang dalam kepemimpinan itu. ( memimpin diri sendiri, keluarga/ umat) Yang mesti pula di tempuh dengan Tekad, Ucap, Lampah.(perbuatan)

Sahabat… terus terang orang yang selalu minta jalan tadi, 17x dalam sehari semalam, tetapi jika tidak melaksanakannya, dan tidak yakin akan nikmat yang akan di berikan Allah. maka kebanyakan malah mereka sendiri menjalani jalan yang sesat dan yang di murkai.

Coba jawab oleh hati kecil mu, apakah orang yang meminta dan berdo’a ini orang yang waras…? (jawablah dengan hati tawadu berserah diri dan penuh dengan istigfar karna , jelas selama ini mungkinkah orang yang demikian akan tergolong orang yang di beri Nikmat?….(allhu’alam).

Apa lagi bila orang yang tidak pernah meminta ditunjukan jalan yang lurus itu sama sekali.

Sahabat… Patuhlah kepada Allah dan rasulnya, dan janganlah sekali-kali berbuat durhaka. Bertauhidlah kepada Allah saja, dan janganlah menyekutukannya. Allah itu maha suci dan tidak menpunyai sifat-sifat tercela atau kekurangan. Dan janganlah ragu-ragu terhadap kebenaran Allah. Bersabarlah dan berpegang teguhlah terhadapnya.

Hanya kepadanyalah tempat kamu bermohon, dan minta pertolongan, 5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. ( 1. Al Faatihah : 5 ) Na’budu diambil dari kata ‘ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, Karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.

Nasta’iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti’aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri. dan nantilah keputusannya itu dengan Sabar dan tawakal. 105.

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, ( 3. Ali ‘Imran : 105) Saling menyayangilah di antara sesama, dan janganlah saling mendengki.Yang di maksud dengan sesama di sini adalah yang seaqidah, Seiman, jika dengan antar umat beragama cukuplah dengan 6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” ( 109. Al Kaafiruun : 6) 103.

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.

Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (3. Ali ‘Imran : 103) Hindarkanlah diri dari segala noda dan dosa. Hiasilah dirimu dengan keta’atan diri kepada Allah. Jangan pernah terbersit dihatimu untuk menjauhkan diri kepadanya, dan janganlah pula lupa padanya dalam keadaan apapun.

Dan jangan pula lalai untuk bertobat kepadanya dan kembali kepadanya. Janganlah pernah jemu untuk memohon ampun kepada Allah pada siang dan malam hari,duduk, berdiri,dan tidur. *Mudah-mudahan kamu di beri rahmat dan di lindungi olehnya. Baik itu dari mara bahaya ataupun dari azab Neraka. Dan semoga di beri kehidupan yang berbahagia dan kenikmatan Syurga.Bersatu dengan Tuhan dan di beri nikmat-nikmat, Olehnya.

Kamu akan menikmati kebahagian dan kesentosaan yang abadi di syurga bersama para Nabi, orang-orang yang siddiq, para syuhada’ dan orang-orang yang shaleh. Kamu akan hidup kekal di dalam syurga itu untuk selama-lamanya.

๑۩๑ AJARAN KE TIGA ๑۩๑ Ada kalanya seorang hamba Allah sedang di uji oleh Allah.

Maka mula-mula ia akan melepaskan dirinya dari ujian atau cobaan yang menyusahkannya itu. Jika tidak berhasil, maka ia akan meminta pertolongan kepada orang lain seperti para raja, penguasa, orang-orang dunia atau pada hartawan. Jikapun dia sakit.

Maka ia akan meminta pertolongan kepada dokter atau tabib, jika hal inipun tidak berhasil, maka ia kembali menghadapkan wajahnya kepada Allah swt. Untuk memohon dan meratap kepadanya. Selagi ia masih dapat menolong dirinya, ia tidak akan meminta pertolongan kepada orang lain.

Dan selagi pertolongan lain masih bisa ia dapatkan, maka ia tidak akan meminta pertolongan kepada Allah 6:79. Sesungguhnya Aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan Aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

Jika dia tidak mendapat pertolongan dari Allah, maka dia akan terus meratap, shalat, berdo’a, dan memyerahkan dirinya dengan sepenuh harapan dan kecemasan terhadap Allah swt. Sekali lagi Allah tidak akan menerima ratapannya, sebelum dia memutuskan dirinya dari keduniawian.

Setelah dia sudah terlepas dari hal-hal keduniawian, maka akan tampaklah keputusan atau ketentuan Allah pada orang itu dan lepaslah dia dari hal-hal keduniawian, selanjutnya hanya ruh sajalah yang tinggal padanya. “Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, Maka tanggalkanlah kedua terompahmu;

Sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa.” (thaahaa:12) Dalam tingkatan ini, Yang tampak olehnya hanyalah kerja atau perbuatan Allah dan tertanamlah di dalam hatinya kepecayaan yang sesungguhnya Tentang Tauhid (ke esaan Allah). Pada hakekatnya tidak ada pelaku atau penggerak atau yang mendiamkan, kecuali Allah saja.

Tidak ada kebaikan yang tidak ada keburukan, tidak ada kerugian dan tidak ada keuntungan. Tidak ada faidah dan juga tidak ada pula anugrah, tidak terbuka dan tidak pula tertutup, tidak mati dan tidak juga hidup, tidak kaya dan tidak pula PAPA, melainkan semuanya adalah ditangan Allah swt.

Hamba Allah itu tak ubahnya seperti anak bayi yang berada di pangkuan ibunya atau seperti orang mati yang sedang di mandikan atau juga seperti bola di kaki pemain : Melambung bergulir ke atas ketepi dan ketengah, senantiasa berubah tempat dan kedudukan. Dia tidak mempunyai daya dan upaya.

Maka hilanglah ia keluar dari dirinya dan masuk dalam perbuatan Allah semata-mata. Hamba Allah semacam ini. Hanya melihat Allah dan perbuatannya, yang di dengar dan di ketahuinya hanyalah Allah saja. Jika dia melihat sesuatu maka yang dilihatnya itu adalah perbuatan Allah.

Jika ia mendengar atau mengetahui sesuatu, maka yang didengar dan di ketahuinya itu hanyalah firman Allah. Dan jika ia mengetahui sesuatu, maka dia mengetahuinya dengan pengetahuan Allah. Dia akan diberi anugrah oleh Allah.

Beruntunglah dia, karna dekat dengan Allah, dia akan di hiasai dan akan di mulyakan. Ridhalah ia kepada Allah. Bertambah dekatlah dia kepada tuhannya, bertambah cintalah dia kepada Allah. Bersemayamlah dia di dalam Allah, Allah akan memimpinnya dan menghiasinya, dengan kekayaan cahaya ilmu Allah, maka terbukalah tabir yang menghalanginya dari rahasia Allah yang maha Agung,

Dia hanya mendengar dan mengingat Allah yang maha Agung. didalam berdiri,duduk,bahkan tidur. Maka dia akan senantiasa bersyukur dan shalat di hadapan Allah di dalam ke adaan Apapun.

๑۩๑ AJARAN KE EMPAT ๑۩๑ Apabila kamu “MATI” dari makhluk. Maka akan dikatakan kepada kamu, “Semoga Allah melimpahkan rahmatnya kepada kamu”, Kemudian Allah akan mematikan kamu dari nafsu badaniyyah. Apabila kamu telah “mati” dari nafsu badaniyyah, maka akan dikatakan kepada kamu, “Semoga Allah melimpahkan rahmatnya kepada kamu”.

Kemudian Allah akan mematikan kamu dari kehendak-kehendak, dan nafsu, Kecuali satu yaitu nafsu mutmainah Seperti dalam surah Al fajr ayat : 27~30 28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai- Nya. 29. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, 30. Masuklah ke dalam syurga-Ku.

Kemudian Allah akan menghidupkan kamu di dalam suatu ‘kehidupan” yang baru. Setelah itu kamu akan di berikan “HIDUP” yang tidak ada “mati” lagi. Kamu akan di kayakan dan tidak akan papa lagi, kamu akan di berkahi dan tidak akan di murkai. Kamu akan di beri ilmu, sehingga kamu tidak akan pernah bodoh lagi, kamu akan di beri kesentosaan dan kamu tidak akan merasa ketakutan lagi, kamu akan maju dan tidak akan mundur lagi,

Nasib kamu akan baik, tidak akan buruk. Kamu akan di mulyakan dan tidak akan dihinakan. Kamu akan didekati Allah, dan tidak akan dijauhi olehnya. Martabat kamu akan tinggi dan tidak akan rendah lagi. Kamu akan di bersihkan sehingga kamu tidak akan merasa kotor lagi. Intinya : “Jadilah kamu seorang yang tinggi dan memiliki kepribadian yang mandiri “. Dengan demikian, maka kamu boleh di katakan sebagai orang yang di luar kebiasaan orang banyak, dan mempunyai daya dan nilai lebih.

Sahabat….. Jadilah kamu sekalian ahli waris para rosul, para Nabi, dan orng-orang yang siddiq, para syuhada dan orang-orang yang soleh yang berbuat “hanif”. Seperti yang sering di katakan di dalam kita shalat :Surah ali imran : 95 95. Katakanlah: “Benarlah (apa yang difirmankan) Allah”. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. (ali imran : 95) DAN 123.

Kemudian kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. ( 16. An Nahl : 123) DAN doa di dalam shalat itu adalah: (6. Al An’am:161~163) 161. Katakanlah: “Sesungguhnya Aku Telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik”. 162.

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. 163. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.

Dan seperti hadist Nabi seperti berikut: Para ulama fiqih adalah pelaksana amanat para rasul selama mereka tidak memasuki (bidang) dunia. Mendengar sabda tsb, para sahabat bertanya,’Ya Rasulullah , apa arti memasuki (bidang) dunia ?’ Beliau menjawab,’Mengekor kepada penguasa dan kalau mereka melakukan seperti itu,maka hati-hatilah terhadap mereka atas keselamatan agamamu.’ (HR. Bukhari).

Dengan demikian kamu, akan menjadi titik akhir bagi segala kewalian, dan wali-wali yang masih hidup akan datang menemui kamu. Melalui kamu, segala kesulitan dapat di selesaikan. Dan melalui shalatmu, tanaman-tanaman dapat di tumbuhkan, hujan dapat di turunkan, dan mala petaka yang hendak menimpa umat manusia dari seluruh tingkatan dan lapisan dapat dihindarkan, boleh jadi kamu di sebut polisi yang menjaga kota dan rakyat Atas izin Allah SWT.

Orang-orang akan berdatangan menemui kamu, dari tempat-tempat yang dekat atau jauh. Dengan membawa hadiah dan oleh-oleh, dan memberikan khidmad mereka kepada kamu. Semua ini hanyalah karena izin Allah yang Maha perkasa dan Maha kuasa.

Wahai kalian semua…yang baik-baik Yang tinggal di tempat-tempat ramai dan mereka yang mengembara. Inilah karunia Allah, dan Allah mempunyai kekuasaan yang tiada terbatas dan yang meliputi langit dan bumi beserta isinya.

๑۩๑ AJARAN KELIMA ๑۩๑ Dan jika kamu melihat dunia ini di kuasai oleh para ahli duniawi, dengan perhiasan dan kekosongannya, dengan penipuan dan perangkapnya, dan dengan racunnya yang membunuh, yang di luarnya tampak lembut tapi di dalamnya sangat membahayakan, cepat merusak dan membunuh siapa saja yang memegangnya, yang menipu mereka dan menyebabkan mereka lengah terhadap dosa dan maksiat.

Bila kamu melihat semua itu, maka hendaklah kamu bersikap sebagai seorang yang sedang melihat kotoran dan yang mengeluarkan bau busuk. Dalam keadaan seperti itu hendaklah kamu memalingkan pandanganmu. Dari pakaiannya dan tutuplah hidungmu. Supaya tidak mencium bau busuk gemerlapnya yang tidak kekal.

Semoga dengan demikian kamu akan dapat selamat dari bahaya dan cobaannya. Apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, pasti akan kamu rasakan. Allah telah berfirman kepada Nabi Muhammad saw : 131. Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang Telah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.( 20. Thaahaa : 131)

๑۩๑ AJARAN KE ENAM ๑۩๑ Hindarkanlah dirimu dari orang ramai dengan perintah Allah, dan hidarilah dirimu dari Nafsumu dengan perintah Allah, dan hindarilah dirimu dari kehendakmu dan perbuatan dari kehendakmu, dengan perintah Allah. Agar kamu pantas untuk menerima ilmu Allah.

Tanda-tanda bahwa kamu sudah terhindar dari orang ramai yaitu,… Secara keseluruhannya kamu telah memutuskan segala hubungan kamu dengan orang ramai. Dan telah membebaskan segala fikiran kamu dengan segala hal yang bersangkutan dengan mereka.

Tanda kamu sudah putus dari Nafsumu,…. Bila kamu sudah membuang segala usaha dan upaya untuk mencapai kepentingan keduniawian dan segala hubungan cara-cara duniawi, untuk mendapatkan suatu keuntungan. Dan menghindarkan diri dari bahaya.

Janganlah kamu bergerak untuk kepentinganmu sendiri. Janganlah kamu bergantung pada dirimu sendiri di dalam hal-hal yang bersangkutuan dengan dirimu. Serahkanlah segala-galanya kepada Allah. Karna dialah yang memelihara dan menjaga segala-galanya. Sejak dari awalnya hingga kekal selamanya.

Dialah Allah yang menjagamu mulai dari setets air mani, yang berada di dalam rahim ibumu, sebelum kamu di lahirkan, dan dia pulalah yang memelihara kamu semasa kamu bayi sampai kamu mati. Tanda kamu sudah terhindar dari dirimu dan dari kehendakmu dengan perbuatan Allah, Apabila kamu sudah tidak lagi melayani kebutuhan-kebutuhanmu, Tidak lagi mempunyai tujuan Apa-apa, kecuali ridha Allah.

Dan tidak lagi mempunyai tujuan atau maksud untuk keduniawian. Karna kamu tidak mempunyai lagi tujuan atau kebutuhan yang lebih selain kepada Allah semata, Perbuatan Allah akan tampak padamu, dan pada masa kehendak dan perbuatan Allah itu bergerak, badanmu pasif, hatimu tenang, fikiranmu luas, mukamu berseri dan jiwamu bertambah subur.

Dengan demikian kamu akan terlepas dari kebutuhan terhadap kebendaan, karna kamu sudah berhubungan dengan Al-khaliq Tangan yang Maha kuasa akan menggerakanmu, Lidah yang Maha Abadi akan memanggilmu. Allah Tuhan semesta Alam akan mengajarkanmu dan memberikan pakaian Cahaya nya dan pakaian kerohanian serta akan mendudukan kamu pada peringkat orang-orang Alim terdahulu.

Setelah mengalami semua ini, hati kamu akan bertambah lebur, sehingga nafsu dan kehendakmu akan hancur bagaikan sebuah tempayan yang pecah dan tidak lagi berisikan air. Walau setetespun. Kosonglah dirimu dari segala prilaku Ke manusiaan dan dari keadaan tidak menerima sesuatu kehendak selain kehendak Allah.

Pada tingkat ini kamu akan dikaruniai keramat-keramat atau (karomah) dan perkara-perkara yang luar biasa. Pada zhahirnya (syariatnya), perkara-perkara itu datang darimu, tapi hakikatnya adalah perbuatan dan kehendak Allah semata.

Sahabat… Oleh karena itu, masuklah kamu kedalam golongan orang-orang yang luluh hatinya, dan telah hilang Nafsu-nafsu kebinatangannya. Setelah itu kamu akan menerima sifat-sifat ketuhanan yang Maha tinggi.

Wassalam ttd Nurassajati Purnama Allam 
Dan ." Wisnu Kara Wiwaha.

* AL-FAATIHAH (PEMBUKAAN)*













Surat ini mengandung beberapa unsur pokok yang mencerminkan seluruh isi Al Qur’an,


1. Keimanan : beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat -ayat, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas sesuatu nikmat itu bagi Allah karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala Nikmat yang terdapat dalam alam ini.

Diantara nikmat itu ialah : Nikmat menciptakan nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata “ Rabb “ dalam kalimat Rabbul-‘aalamiin tidak hanya berarti “ Tuhan “ dan “ Penguasa” tetapi juga mengandung arti  tarbiyah yaitu mendidik dan menumbuhkan.


Hal ini menunjukan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah, karena Tuhanlah Yang Maha Berkuasa di alam ini.


Pendidikan penjagaan dan penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam Ilmu pengetahuan yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan  dan kemuliaan Allah, serta berguna bagi masrakat .


Oleh karena keimanan (KETAUHIDAN) itu merupakan masalah pokok, maka di dalam Surat Al faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isarat  saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka nasta’iin (hanya  Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan ) Yang dimaksud dengan “Yang menguasai hari pembalasan “ ialah pada hari itu Allahlah Yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya, sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya.


Hal ini mengandung arti janji untuk memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk. “ Ibadat” yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah Selanjutnya mari kita lihat catatan  5 ayat, surat Al Faatihah.


2. Hukum-hukum: Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk memperoleh kebahagiaan  dunia dan akherat. Maksud “Hidayah” di sini ialah Hidayah yang menjadi sebab dapatnya keselamatan, kebahagiaan dunia dan akhirat , baik yang mengenai keyakinan maupun akhlak, hukum-hukum dan pelajaran.


3. Kisah-kisah: Kisah para Nabi dan kisah orang-borang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian besar dari ayat –ayat Al Qur’an membuat kisah-kisah para nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para Shiddieqiin (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), Syuhadaa (orang-orang yang mati syahid), Syaalihiin dan 

( orang-orang Saleh).Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari ajaran Islam. Perincian yang telah disebutkan diatas terdapat dalam ayat-ayat Al Qur’an pada surat-surat yang lain.


1)Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (1).

2) Segala Puji (2) Bagi Allah Tuhan semesta alam (3)

3) Maha pemurah lagi Maha Penyayang,

4) Yang menguasai (4) hari pembalasan (5)

5) Hanya kepada Engkaulah kami menyembah (6) dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

6) Tunjukilah kami (8) jalan yang lurus,

7) (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka ; bukan (jalan) mereka yang dimurkai (orang-orang yang mengetahui kebenaran dan meninggalkannya), dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (orang-orang yang meninggalkan kebenaran karena ketidak tahuan dan kejahilan). 

(9) keterangan Catatan


1 Berarti : Saya memulai membaca Al–Faatihah ini dengan menyebut nama Allah. Tiap-tiap pekerjaan yang baik itu hendaknya dimulai dengan menyebut nama Allah, seperti makan minum, menyembelih binatang untuk dimakan dan sebagainya.


Allah ialah nama zat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya ; yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tetapi mahkhluk membutuhkan-Nya.


Ar Rahmaan ( Maha Pemurah ) : salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhlu-Nya.


Sedangkan Ar Rahiim ( Maha Penyayang) memberi pengertian, bahwa Allah senantiasa bersifat rahmat yang menyebabkan Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada mahluk-Nya.


2 Alhamdu (segala puji). Memuji orang adalah karena perbuatanya yang baik yang dikerjakan dengan kemauannya sendiri. Maka memuji Allah berati;menyanjung-Nya karena perbuatan-Nya yang baik.


Lain halnya dengan Syukur yang berarti mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya.

Kita menghadapkan segala puji kepada Allah ialah karena Allah adalah sumber dari segala kebaikan yang patut di puji.


3 Rabb (Tuhan) berarti Tuhan yang dita’ati Yang Memiliki, Mendidik dan Memelihara. Lafazh “Rabb” Tidak dapat dipakai selain untuk ‘Tuhan kecuali kalau ada sambunganya, seperti rabul-bait (tuan rumah).


Alamin (semesta alam) Semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari perbagai-bagai jenis dan macam seperti ;alam manusia,alamhewan, alam tumbuh-tubuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah pencipta semua itu.


4 Maalik (Yang Menguasai), dengan memanjangkan “mim” ia berarti ; Pemilik (Yang empunya). Dapat pula dibaca dengan Malik (dengan memendekan “Mim” ia berati Raja.


5 Yaumiddin (hari pembalasan) hari yang diwaktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk.


6 Na’budu diambil dari kata ‘ibadah ;kepatuhan dan ketundukan yang di timbulkan oleh perasaan tentang kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena keyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.


7 Nasta’iin (minta pertolongan),diambil dari kata isti’ aanah; mengharap bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup diselesaikan dengan tenaga sendiri.


8 Ihdna (tunjukilah kami) , diambil dari kata hidayyah;memberi petunjuk kesuatu jalan yang benar.Yang  dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayyah saja, tetapi memberi taufiq.


9 Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.


Demikianlah kajian ini semoga ada manpaatnya buat kita semua dalam meneratas jalan untuk menggapai  keredhaan dari Pada-Nya. Aamiin Ya Robbal alamiin. Wassalam.

 

KANZUL ARSY

     Bismillaahir-rahmaanir-rahiim,
1. Laa ilaaha illallaahu subhaanal malikil qudduus,
2. Laa ilaaha illallaahu subhaanal ‘aziizil jabbaar,
3. Laa ilaaha illallaahu subhaanar-ra’uufir-rahiim,
4. Laa ilaaha illallaahu subhaanal ghaffuurir-rahiim,
5. Laa ilaaha illallaahu subhaanal kariimil hakiim
6. Laa ilaaha illallaahu subhaanal qawiyyil wafiyyi,
7. Laa ilaaha illallaahu subhaanal lathiiful khabiir,
8. Laa ilaaha illallaahu subhaanash-shamadil ma’buud,
9. Laa ilaaha illallaahu subhaanal ghaffuuril waduud,
10.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal wakiilil kafiil,
11.  Laa ilaaha illallaahu subhaanar-raqiibil hafiizh,
12.  Laa ilaaha illallaahu subhaanad-daaimil qaa’imi,
13.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal muhyil mumiit,
14.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal hayyil qayyuum,
15.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal khaaliqil baarii,
16.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal ‘aliyyil ‘azhiim,
17.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal waahidil ahad,
18.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal mu’minil muhaimin,
19.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal habiibisy-syahiid,
20.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal haliimil kariim,
21.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal awwalil qadiim,
22.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal awwalil aakhir,
23.  Laa ilaaha illallaahu subhaanazh-zhaahiril baathin,
24.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal kabiiril muta’aal,
25.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal qaadhil haajaat,
26.  Laa ilaaha illallaahu subhaana rabbil ‘arsyil ‘azhiim,
27.  Laa ilaaha illallaahu subhaanar-rahmaanir-rahiim,
28.  Laa ilaaha illallaahu subhaanar-rabbiyal a’laa,
29.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal burhaanis-sulthaan,
30.  Laa ilaaha illallaahu subhaanas-samii’il bashiir
31.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal waahidil qahhaar,
32.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal ‘aliimil hakiim,
33.  Laa ilaaha illallaahu subhaanas-sattaaril ghaffaar,
34.  Laa ilaaha illallaahu subhaanar-rahmaanid-dayyaan,
35.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal kabiiril akbar,
36.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal ‘aliimil ‘allaam,
37.  Laa ilaaha illallaahu subhaanasy-syaafil kaafii,
38.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal ‘azhiimil baaqii,
39.  Laa ilaaha illallaahu subhaanash-shamadil ahad,
40.  Laa ilaaha illallaahu subhaana rabbil ardhi was-samaawaat,
41.  Laa ilaaha illallaahu subhaana khaaliqil makhluuqaat,
42.  Laa ilaaha illallaahu subhaana man khalaqal-laila wan-nahaar
43.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal khaaliqir-razzaqi,
44.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal fattaahil ‘aliim,
45.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal ‘aziizil ghaniyyi,
46.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal ghafuurisy-syakuur,
47.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal ‘azhiimil ‘aliim,
48.  Laa ilaaha illallaahu subhaana dzil mulki wal malakuut,
49.  Laa ilaaha illallaahu subhaana dzil ‘izzati wal ‘azhamati,
50.  Laa ilaaha illallaahu subhaana dzil haibati wal qudrati,
51.  Laa ilaaha illallaahu subhaana dzil kibriyaa’i wal jabaruut,
52.  Laa ilaaha illallaahu subhaanas-sattaaril ‘azhiim,
53.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal ‘aalimil ghaibi,
54.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal hamiidil majiid,
55.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal hakiimil qadiim,
56.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal qaadiris-sattaar,
57.  Laa ilaaha illallaahu subhaanas-samii’il ‘aliim,
58.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal ghaniyyil ‘azhiim,
59.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal ‘allamis-salaam,
60.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal malikin-nashiir,
61.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal ghaniyyir-rahmaan,
62.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal qariibil hasanaat,
63.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal waliyyil hasanaat,
64.  Laa ilaaha illallaahu subhaanash-shabuuris-sattaar,
65.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal khaaliqin-nuur,
66.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal ghaniyyil mu’jizi,
67.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal faadhilisy-syakuur,
68.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal ghaniyyil qadiim,
69.  Laa ilaaha illallaahu subhaana dzil jalaalil mubiin,
70.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal khaalishil mukhlish,
71.  Laa ilaaha illallaahu subhaanash-shaadiqil wa’di,
72.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal haqqil mubiin,
73.  Laa ilaaha illallaahu subhaana dzil quwwatil matiin,
74.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal qawiyyil ‘aziiz,
75.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal hayyil ladzii laa yamuut,
76.  Laa ilaaha illallaahu subhaana ‘allaamil ghuyuub,
77.  Laa ilaaha illallaahu subhaanas-sattaaril ‘uyuub,
78.  Laa ilaaha illallaahu subhaana dzil ghuffraanil musta’aan,
79.  Laa ilaaha illallaahu subhaanar-rabbil ‘aalamiin,
80.  Laa ilaaha illallaahu subhaanar-rahmaanis-sattaar,
81.  Laa ilaaha illallaahu subhaanar-rahiimil ghaffaar,
82.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal ‘aziizil wahhaab,
83.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal qaadiril muqtadir,
84.  Laa ilaaha illallaahu subhaana dzil ghuffraanil haliim,
85.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal malikil mulki,
86.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal baari-il mushawwir,
87.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal ‘aziizil jabbaar,
88.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal jabbaaril mutakabbir,
89.  Laa ilaaha illallaahu subhaanallaahi ‘ammaa yashifuun,
90.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal qudduusis-subbuuh,
91.  Laa ilaaha illallaahu subhaana rabbil malaaikati war-ruuh,
92.  Laa ilaaha illallaahu subhaana dzil aalaa’i wan-na’maa’i,
93.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal malikil maqshuud,
94.  Laa ilaaha illallaahu subhaanal hannaanil mannaan,
95.  Laa ilaaha illallaahu Aadamu shafiyyullaah,
96.  Laa ilaaha illallaahu Nuuhu najiyyullaah,
97.  Laa ilaaha illallaahu Ibraahiimu khaliilullaah,
98.  Laa ilaaha illallaahu Ismaa’iilu dzabiihullaah,
99.  Laa ilaaha illallaahu Muusaa kaliimullaah,
100.Laa ilaaha illallaahu Daawuuda khaliifatullaah,
101.Laa ilaaha illallaahu ‘Iisaa ruuhullaah,
102.Laa ilaaha illallaahu Muhammadur rasuulullaah,
103. Allaahummarhamnaa bibarakati Tauraati Muusaa wa Injiili ‘Iisaa wa Zabuuri Daawuuda, wa Furqaani Muhammadin rasuulillaahi shallallaahu alaihi wasallama, birahmatika yaa arhamar-raahimiina, walhamdulillaahi rabbil ‘aalamiina.

 

Menyimak: Surat "AL-LAIL "( MALAM )

 AL-LAIL =( MALAM )

      MUQADIMAH : Surat Al-Lail terdiri atas 21 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah diturunkan setelah surat Al-A’laa. Surat ini dinamai “AL-LaiL” (Malam) diambil dari perkataan “AL-Lail” yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Pokok-pokok isinya : Usaha manusia itu berlainan, karena itu balasannya berlainan pula; Orang yang suka berderma, bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang baik dimudahkan Allah baginya melakukan kebaikan yang membawa kepada kebahagiaan di akherat, tetapi orang yang dimudahkan Allah baginya melakukan kejahatan-kejahatan yang membawa kepada kesengsaraan diakherat, harta benda tidak akan member manfa’at kepadanya; orang bakhil merasa dirinya cukup dan mendustakan adanya pahala yang baik.

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.

Usaha Manusia adalah bermacam-macam yang terpenting ialah mencari  keridoan Allah.

(1) Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)
(2) dan siang apabila terang benderang,
(3) dan penciptaan laki-laki dan perempuan,
(4) sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda.
(5) Adapun orang yang memberikan ( hartanya dijalan Allah ) dan bertakwa,
(6) dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (Syurga),
(7) maka kami kelak akan menyediakan baginya jalan yang mudah.
(8) Dan adapun orang yang batkhil dan merasa dirinya cukup (yang dimaksud dengan merasa dirinya cukup”Ialah tidak memerlukan lagi pertolongan allah dan tidak bertakwa Kepada-Nya.)
(9) serta mendustakan pahala yang terbaik,
(10) maka kelak kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.
(11) dan hartanya tidak bermanfa’at apabila ia telah binasa.
(12) sesungguhnya kewajiban kamilah memberikan petunjuk,
(13) dan sesungguhnya kepunyaan kamilah akhirat dan dunia.
(14) Maka kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala.
(15) Tidak ada yang masuk kedalamnya kecuali orang yang paling celaka,
(16) yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman).
(17) Dan Kelak akan dijauhkan orang yang paling bertakwa dari neraka itu,
(18) yang menapkahkan hartanya (dijalan Allah) untuk membersihkannya,
(19) padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya,
(20) tetapi ( diamemberikan itu semata-mata) karena mencari keridoan Tuhannya Yang Maha Tinggi.
(21) Dan kelak dia benar-benar mendapatkan kepuasan.

  PENUTUP : Surat Al Lail menerangkan bahwa amalan-amalan yang dikerjakan dengan tulus ikhlas semata-mata mencari keridoan Allah itulah yang membawa kebahagiaan di akherat kelak.

HUBUNGAN SURAT AL LAIL DENGAN SURAT ADH DHUHAA : Pada Surat AL Lail diterangkan bahwa orang yang takwa akan dimudahkan Allah mengerjakan perbuatan takwa sehingga memperoleh kebahagiaan. Sedang pada Surat Adh Dhuhaa diterangkan bahwa keberuntungan di akhirat lebih baik dari keberuntungan di dunia.

Sekian dan Wassalam semoga kajian ini menjadikan pemahaman dan menambah keyakinan bagi kita dalam hal beramal dan beribadah.
                                                                                      

 Dua Syarat Diterimanya Ibadah

  
Assalamu allaikum wr wb.
    
    Sahabat-sahabatku...
Ibadah merupakan sebuah kata yang amat sering terdengar di kalangan kaum muslimin, bahkan mungkin bisa pastikan tidaklah seorang muslim kecuali pernah mendengarnya. Lebih jauh lagi, ibadah adalah merupakan tujuan diciptakannya seluruh jin dan manusia, sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan seluruh jin dan seluruh manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu“.(QS : Adz Dzariyat [51] :56).

Namun telah tahukah kita bahwa ibadah memiliki syarat agar ibadah tersebut diterima di sisi Allah sebagai amal sholeh dan bukan amal yang salah? Dua syarat dalam ibadah itu adalah
[1] berniat dengan ikhlas kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
[2] ittiba’ (mencontoh) Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam. Untuk itulah manusia di ciptakan olehkarenanya, marilah barang sejenak kita meluangkan waktu untuk merenungi dan mempelajarinya. 
Dan semoga lewat tulisan singkat ini dapat sedikit memberikan pemahaman.

Dalil Dua Syarat Diterimanya Ibadah

Dua syarat ibadah ini bukanlah suatu yang dibuat-buat oleh para ‘ulama semata-mata berdasar akal mereka melainkan dua syarat ini telah di Firmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam  ayat terakhir surat Al Kahfi  (yang artinya), “Sesunggunya Sesembahan kalian adalah sesembahan yang esa, barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Robbnya maka hendaklah ia beramal ibadah dengan amalan yang sholeh dan tidak menyekutukan Robbnya dalam amal ibadahnya dengan suatu apapun“.(QS : Al Kahfi: 110).

Ibnu Katsir Asy Syafi’i rohimahullah seorang pakar tafsir yang tidak diragukan lagi keilmuannya mengatakan, ““Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh”, maksudnya adalah mencocoki syariat Allah (mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen). Dan “janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”, maksudnya selalu mengharap wajah Allah semata dan tidak berbuat syirik pada-Nya.” Kemudian beliau mengatakan, “Inilah dua rukun diterimanya ibadah, yaitu harus ikhlas karena Allah dan mengikuti petunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.

[1]. Dalil lainnya adalah firman Allah ‘azza wa jalla (yang artinya), “Dzat Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amal ibadahnya”.(QS : Al Mulk: 2). Fudhail bin ‘Iyaad rohimahullah seorang Tabi’in yang agung mengatakan ketika menafsirkan firman Allah, (yang artinya) “ yang lebih baik amal ibadahnya” maksudnya adalah yang paling ikhlas dan yang paling benar (yang paling mencocoki Nabi shallallahu ‘alaihi
wassallam).

Kemudian beliau rohimahullah mengatakan, “Apabila amal dilakukan dengan ikhlas namun tidak mencocoki ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, amalan tersebut tidak akan diterima. Begitu pula, apabila suatu amalan dilakukan mengikuti ajaran beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam namun tidak ikhlas, maka amalan tersebut juga tidak akan diterima. Dan amalan barulah diterima jika terdapat syarat ikhlas dan showab. Amalan dikatakan ikhlas apabila dikerjakan semata-mata karena Allah. Amalan dikatakan showab apabila mencocoki ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam”

[2]. Adapun dalil dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam untuk syarat pertama adalah hadits yang diriwayatkan melalui jalan Amirul Mu’minin yang pertama Umar bin Khottob rodhiyallahu ‘anhu (yang artinya), “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat. Setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijroh karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya adalah pada Allah dan RasulNya. Barangsiapa yang hijrah karena dunia yang ia cari-cari atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya berarti pada apa yang ia tuju (yaitu dunia dan wanita, pent.)”.

[3].  Dalil untuk syarat yang kedua adalah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam yang diriwayatkan dari jalur Ummul Mu’minin Aisyah rodhiyallahu ‘anha (yang artinya), “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak”

[4]. Dalam redaksi yang lain (yang artinya), “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak”

[5]. Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hadits ini adalah hadits yang sangat agung mengenai pokok Islam. Hadits ini merupakan timbangan amalan zhohir (lahir). Sebagaimana hadits ‘innamal a’malu bin niyat’ [sesungguhnya amal tergantung dari niatnya] merupakan timbangan amalan batin. Apabila suatu amalan diniatkan bukan untuk mengharap wajah Allah, pelakunya tidak akan mendapatkan ganjaran. Begitu pula setiap amalan yang bukan ajaran Allah dan Rasul-Nya, maka amalan tersebut tertolak. Segala sesuatu yang diada-adakan dalam agama yang tidak ada izin dari Allah dan Rasul-Nya, maka perkara tersebut bukanlah agama sama sekali.”

[6]. Pengertian Ibadah

Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim bin Taimiyah rohimahullah mengatakan, “Ibadah adalah sebuah kata yang mencakup banyak makna (isim jami’) untuk seluruh perkara yang Allah cintai dan ridhoi baik berupa perkataan, pebuatan secara lahir dan bathin”

[7]. Tentu saja ibadah-ibadah tersebut harus disertai adanya rasa perendahan diri sebagai seorang hamba kepada Robbnya dan pengagungan yang sebesar-besarnya kepada RobbNya ‘Azza wa Jalla

[8]. Para ulama menjadikan perkara ibadah menjadi dua macam. Macam pertama adalah ibadah yang murni ibadah (ibadah mahdhoh). Ibadah yang satu ini harus melalui wahyu, tanpa wahyu seseorang tidak mungkin mengamalkannya. Contohnya adalah shalat, puasa, dan dzikir. Ibadah jenis pertama ini tidak boleh seseorang membuat kreasi baru di dalamnya, sebagaimana nanti akan dijelaskan.

Sedangkan macam kedua adalah ibadah ghoiru mahdhoh (bukan murni ibadah). Macam kedua ini, asalnya adalah perkara mubah atau perkara dunia. Namun karena diniatkan untuk ibadah, maka bernilai pahala. Seperti berdagang, jika diniatkan ikhlas karena Allah untuk menghidupi keluarga, bukan semata-mata untuk cari penghidupan, maka nantinya bernilai pahala.

[9]. Bagaimanakah Niat yang Ikhlas?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah mengatakan “Niat adalah maksud yang diinginkan dari amal”

[10]. Ditempat yang lain beliau rohimahullah mengatakan, “Niat dalam seluruh ibadah tempatnya di hati bukan di lisan dan hal ini telah disepakati para ‘ulama kaum muslimin.. Seandainya ada seorang yang melafadzkan niat dan hal itu berbeda dengan apa yang di niatkan dalam hatinya maka ia menjadi tolak ukur berpahala atau tidaknya suatu amal dan niat ada dalam hatinya bukan yang ada di lisannya”

[11]. An Nawawi Asy Syafi’i rohimahullah menukil dalam kitabnya At Tibyan perkataan ustadz Abu Qosim Al Qusairiy rohimahullah, beliau mengatakan, “Ikhlas adalah engkau mentauhidkan/ menuggalkan niatmu dalam keta’atan kepada Allah Subahanahu wa Ta’ala yaitu engkau berniat mendekatkan diri kepada Allah dengan amal ketaatanmu tanpa mengharapkan dari mahluk suatu apapun dari hal tersebut berupa pujian dari manusia dan lain sebagainya”

[12]. Dzun Nun rohimahullah mengatakan, “Tanda ikhlas ada tiga, tidak ada bedanya bagi seseorang antara ia dipuji atau dicela seseorang atas amalnya, tidak menghiraukan pandangan manusia atas amalnya dan mengharap pahala dari amal yang ia kerjakan di akhirat”

[13]. Ittiba’ kepada Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam dalam Beramal adalah Bukti Cinta pada Beliau

Sudah barang tentu seorang muslim cinta pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam nah bukti kalau kita cinta kepada Allah adalah ittiba’/ mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi was sallam terutama dalam beramal, sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla (yang artinya), “Katakanlah (Wahai Muhammad) jika mereka mencintai Allah maka iktutilah aku (Muhammad) maka Allah akan mencintai kalian”. (QS. Al ‘Imron [3] : 31).

Maka di antara konsekwensi dari mencintai Allah dan mengimani kerosulan Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam adalah mengikuti syari’at beliau yang tercakup di dalamnya ibadah. Bahkan mengikuti apa yang beliau perintahkan/ syari’atkan merupakan salah satu hak beliau yang teragung yang harus kita tunaikan.

wabillahi taufik walhidayah semoga kita senantiasa mendapatkan rahmat dan hidayah serta Innayyah dari Pada-Nya. Aamiin Ya Robbal alamin. Wassalam.
       



 

Lima macam " Kalimah Istighfar











Di antara  kalimah istighfar sebagai berikut :

a). Astaghfirullah, Astaghfirullah
 (Saya memohon ampun kepada Allah, saya memohon ampun kepada Allah)”.

b). Astaghfirullahal’adzhim
 (Saya mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung)”.

c. Astaghfirullahal’adzhim wa atuubu ilaih
 (Saya mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung dan bertobat kepadaNya)”.

d. Astaghfirullahal’adzhim minkulli dzanbin wa atuubu ilaih
 (Saya mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung dari segala dosa dan bertobat kepada-Nya)”.

e. Astaghfirullahal’adzhim alladzii laa ila ha illa huwal hayyuul qayyuum wa atuubu ilaih 
(Saya mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung yang tiada Tuhan selain Dia yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri dan saya bertobat kepada-Nya)”.

f). Allahummaghfiratuka awsa’u min dzunuubi wa rahmatuka arjaa min ‘amalii 
(Wahai Tuhanku, ampunan Engkau sesungguhnya lebih luas dari dosa-dosaku, dan rahmat Engkau lebih kuharapkan dari amalku sendiri).”

g). Rabbighfirlii wa tub ‘alayya innaka antatawwaabur rahiim 
(Wahai Tuhanku, ampunilah kiranya aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkaulah Tuhan yang maha menerima taubat lagi maha pengasih).”

h). Allahumma annta Rabbi Laa ilaaha illa anta khalaqtanii wa anna abduka wa ana ‘aala ahdika wa wa’dika – Mastatho’tu A-‘uudzubika minsyarrimaa shona’tu abuu-ulaka bini’matika ‘alayya wa abuu-‘u bidzambii faghfirlii fainnahu Laa yaghfirudz-dzunuu-ba illa ant. (Artinya)

Wahai Tuhanku, Engkaulah Tuhanku, tiada Tuhan yang berhak kusembah kecuali hanya Engkau sendiri. Telah Engkau jadikan aku dan aku ini adalah hamba-Mu, dan aku ini senantiasa di dalam genggaman dan ketetapan-Mu. Tidak adalah kesanggupan sedikit juapun padaku, aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan-kejahatan apa yang telah kulakukan. Aku menyadari akan segala nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku dan aku tahu pula akan dosaku, maka ampunilah kiranya aku, karena sesungguhnya tiadalah yang mengampuni dosaku itu hanya Engkau.”

Kalimat istighfar pada point h ini disebut oleh Rasulullah SAW sebagai Penghulu Istighfar (Sayyidul Istighfar). Itulah beberapa bentuk kalimat istighfar namun masih banyak lagi yang lainnya.

Semoga Bermanfa'at,Aamiin

 

*=Sahabat mari Berdo'a *


 
* Berdo'a
Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah mereka memohon kepada Allah agar diberi keteguhan iman, seperti do'a yang tertulis dalam firmanNya: " Ya Rabb, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami." (Ali Imran: 8)

"Ya Rabb kami, berilah kesabaran atas diri kami dan teguhkanlah pendirian kami serta tolonglah kami dari orang-orang kafir." (Al Baqarah: 250)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

"Sesungguhnya seluruh hati Bani Adam terdapat di antara dua jari dari jemari Ar Rahman (Allah), bagaikan satu hati yang dapat Dia palingkan ke mana saja Dia kehendaki." (HR. Muslim dan Ahmad)

Agar hati tetap teguh maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam banyak memanjatkan do'a berikut ini terutama pada waktu duduk takhiyat akhir dalam shalat.

"Wahai (Allah) yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada din-Mu." (HR. Turmudzi)

Banyak lagi do'a-do'a lain tuntunan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam agar kita mendapat keteguhan iman. Mudah-mudahan kita senantiasa tergerak hati untuk berdo'a utamanya agar iman kita diteguhkan saat menghadapi berbagai ujian kehidupan.


,

 













Belajar dari Kritik dan saran
*************************
Sahabat. Pernahkah Anda dikritik, baik secara langsung maupun tidak langsung??

kalau pernah, mungkin pesan ini bisa bermanfaat buat para Sahabat.

Pada saat Anda menerima kritikan atas apa yang Anda lakukan dan Anda kerjakan, mungkin akan ada beberapa perasaan yang muncul, seperti marah, emosi, sedih,
kecewa atau apa saja yang muncul.

Dan mungkin bisa saja ada perasaan patah semangat misalnya, dan Anda menjadi enggan untuk melanjutkan pada apa yang sudah anda kerjakan.

Karena dalam hal ini aku sendiri sering mengalami banyak kritikan
yang masuk terkait dengan aktivitas saya ngeblog di ini.

Awalnya saya merasa risih juga, cuma akhirnya setelah saya renungkan, ternyata memang kritik tersebut memangada benarnya juga. Sehingga tidak menjadi aku patah semangat, tapi aku terima kritik dan
saran yang masuk itu dengan lapang dada.

Kritik dan saran yang masuk, kemudian saya pahami dan saya gunakan untuk mengevaluasi apa yang sudah aku kerjakan, dan akhirnya hal itu malah memacu saya untuk menjadi semakin baik.

Berdasarkan pengalaman itu, kemudian aku menyimpulkan beberapa langkah yang harus diambil dalam hal terkait dengan kritik dan saran yang kita terima pada saat kita mengerjakan sesuatu hal.

Pertama simaklah dan ambillah langkah-langkah sebagai berikut :
Pertama Terima kritik dan saran yang masuk dan jangan buru-buru memberikan komentar. Pahami saja dahulu bahwa kritik dan saran yang masuk adalah hal yang baik yang bisa Anda gunakan sebagai hal positif untuk membangun diri Anda sendiri.

Pelajarilah setiap kritik dan saran yang masuk.

Untuk lebih memudahkan Anda, Anda bisa mencari informasi lain lewat internet atau bertanya kepada orang yang Anda anggap mengerti mengenai hal tersebut.

Gunakan kritikan dan saran yang masuk serta informasi yang Anda terima untuk mengevaluasi pekerjaan yang sedang Anda lakukan.

Dari hasil evaluasi itu Anda bisa lanjutkan pekerjaan Anda. Tentu saja dengan cara yang sudah Anda evaluasi.

Poin terpenting adalah bahwa pada saat anda menerima kritik dan saran itu berarti bahwa pekerjaan yang sedang Anda lakukan sedang diperhatikan dan dicermati oleh orang lain.

Dan apabiala udah kandung, di orbit baik dalam bentuk, Status atau catatan. Maka jangan Anda langsung menghapus atau membalas kritik dari orang lain
karena hal itu selain akan merugikan diri Anda juga akan menimbulkan sakwasangka dan fitnah, maka dengan demikian  akan merugikan Anda di kemudian hari.

Tapi cukuplah Anda meminta maaf dan menjelaskan pada apa yang telah Anda
lakukan atau Anda perbuat.

So….Sahabat, gunakanlah kritikan dan saran yang masuk sebagai hal positif untuk membuat Anda menjadi semakin baik lagi.

Jangan patah semangat. Lewat pesan ini saya mau mengucapkan terima kasih atas kiritikan dan saran yang sudah saya terima, dan untuk para Sahabat yang udah mau membacanya, aku ucapkan banyak terima kasih. Wassalam.



* Permohonanku

Assalamu alaikum wr wb.

 Do’a dan permohonanku untuk sahabat...

Jaga ukhuwah jika memang kita harus ber pisah. Sedih rasanya jika suatu saat ada diantara kita ada yang lepas satu per satu.

Mundur atau bahkan keluar dari barisan. Hati ini takkan rela. Semoga engkau pun sama, Ana dan saudara-saudaraku yang lain pun mungkin sama seperti itu...

Maka dari itu, mari kita saling mengingatkan. Saling mendoakan diantara kita.
Sekalipun Kita harus terpisahkan oleh apapun maka kita serahkan saja segala keputusan dan ketetapan hanya Kepada-Nya.

Dan jika memang Allah menghendaki apa pun biasa terjadi dan kita pun sadar bahwa setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan.

Namun Aku selalu berharap semoga Suatu saat Allah mempertemukan kita kembali dan kalau mungkin ditempat yang terbaik yaitu Syurga-Nya. Aamii Ya Robbal Alamin.

Dan ingat Satu pesanku Saudara Saudariku Setinggi apapun ILMU yang dimiliki.  Jika IMAN kita lemah & tak mendapatkan Hidayah daripada-Nya, maka tiada guna. Sehingga dapat di provokasi oleh syetan kepada mereka. Jika Sholat " Kusaala", (terpaksa & malas-malasaan)."At taajjul", (buru-buru ,seperti patokan ayam maunya segera selesai),."An nuas", (menguap berkali-kali.)"Annisyaan", (lupa bahkan asyik berkhayal)(QS58:20) "Hatta yansa kam rokaat lak" , (sampai lupa sudah brapa rakaat), demikian khabar dari Baginda Rasulullah SAW.

Dan maafkanlah segala kesalahanku apabila ada kata atau ucapan dan perbuatanku yang tidak berkenan wahai saudara-saudariku yang aku cintai,
Wassalam .

 
  
 


Jangan Lari Dari Ujian Hidup


“Sesungguhnya besarnya balasan tergantung dari besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada suatu kaum Dia akan menguji mereka, barangsiapa yang ridha, maka baginya keridhaan Allah; namun barangsiapa yang murka, maka baginya kemurkaan Allah.”


Sabda Rasulullah saw. ini ada dalam Kitab Sunan Tirmidzi. Hadits 2320 ini dimasukkan oleh Imam Tirmidzi ke dalam Kitab “Zuhud”, Bab “Sabar Terhadap Bencana”.


Hadits Hasan Gharib ini sampai ke Imam Tirmidzi melalui jalur Anas bin Malik. Dari Anas ke Sa’id bin Sinan. Dari Sa’id bin Sinan ke Yazid bin Abu Habib. Dari Yazid ke Al-Laits. Dari Al-Laits ke Qutaibah.


Perlu Kacamata Positif


Hidup tidak selamanya mudah. Tidak sedikit kita saksikan orang menghadapi kenyataan hidup penuh dengan kesulitan. Kepedihan. Dan, memang begitulah hidup anak manusia. Dalam posisi apa pun, di tempat mana pun, dan dalam waktu kapan pun tidak bisa mengelak dari kenyataan hidup yang pahit. Pahit karena himpitan ekonomi. Pahit karena suami/istri selingkuh. Pahit karena anak tidak saleh. Pahit karena sakit yang menahun. Pahit karena belum mendapat jodoh di usia yang sudah tidak muda lagi.


Sayang, tidak banyak orang memahami kegetiran itu dengan kacamata positif. Kegetiran selalu dipahami sebagai siksaan. Ketidaknyamanan hidup dimaknai sebagai buah dari kelemahan diri. Tak heran jika satu per satu jatuh pada keputusasaan. Dan ketika semangat hidup meredup, banyak yang memilih lari dari kenyataan yang ada. Atau, bahkan mengacungkan telunjuk ke langit sembari berkata, “Allah tidak adil!”


Begitulah kondisi jiwa manusia yang tengah gelisah dalam musibah. Panik. Merasa sakit dan pahit. Tentu seorang yang memiliki keimanan di dalam hatinya tidak akan berbuat seperti itu. Sebab, ia paham betul bahwa itulah konsekuensi hidup. Semua kegetiran yang terasa ya harus dihadapi dengan kesabaran. Bukan lari dari kenyataan. Sebab, ia tahu betul bahwa kegetiran hidup itu adalah cobaan dari Allah swt. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 155)


Hadits di atas mengabarkan bahwa begitulah cara Allah mencintai kita. Ia akan menguji kita. Ketika kita ridha dengan semua kehendak Allah yang menimpa diri kita, Allah pun ridha kepada kita. Bukankah itu obsesi tertinggi seorang muslim? Mardhotillah. Keridhaan Allah swt. sebagaimana yang telah didapat oleh para sahabat Rasulullah saw. Mereka ridho kepada Allah dan Allah pun ridho kepada mereka.


Yang Manis Terasa Lebih Manis


Kepahitan hidup yang dicobakan kepada kita sebenarnya hanya tiga bentuk, yaitu ketakutan, kelaparan, dan kekurangan harta. Orang yang memandang kepahitan hidup dengan kacamata positif, tentu akan mengambil banyak pelajaran. Cobaan yang dialaminya akan membuat otaknya berkerja lebih keras lagi dan usahanya menjadi makin gigih. Orang bilang, jika kepepet, kita biasanya lebih kreatif, lebih cerdas, lebih gigih, dan mampu melakukan sesuatu lebih dari biasanya.


Kehilangan, kegagalan, ketidakberdayaan memang pahit. Menyakitkan. Tidak menyenangkan. Tapi, justru saat tahu bahwa kehilangan itu tidak enak, kegagalan itu pahit, dan ketidakberdayaan itu tidak menyenangkan, kita akan merasakan bahwa kesuksesan yang bisa diraih begitu manis. Cita-cita yang tercapai manisnya begitu manis. Yang manis terasa lebih manis. Saat itulah kita akan menjadi orang yang pandai bersyukur. Sebab, sekecil apa pun nikmat yang ada terkecap begitu manis.


Itulah salah satu rahasia dipergilirkannya roda kehidupan bagi diri kita. Sudah menjadi ketentuan Allah ada warna-warni kehidupan. Adakalanya seorang menatap hidup dengan senyum tapi di saat yang lain ia harus menangis.


“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Ali ‘Imran: 140)


Begitulah kita diajarkan oleh Allah swt. untuk memahami semua rasa. Kita tidak akan mengenal arti bahagia kalau tidak pernah menderita. Kita tidak akan pernah tahu sesuatu itu manis karena tidak pernah merasakan pahit.


Ketika punya pengalaman merasakan manis-getirnya kehidupan, perasaan kita akan halus. Sensitif. Kita akan punya empati yang tinggi terhadap orang-orang yang tengah dipergilirkan dalam situasi yang tidak enak. Ada keinginan untuk menolong. Itulah rasa cinta kepada sesama. Selain itu, kita juga akan bisa berpartisipasi secara wajar saat bertemu dengan orang yang tengah bergembira menikmati manisnya madu kehidupan.


Bersama Kesukaran Selalu Ada Kemudahan


Hadits di atas juga berbicara tentang orang-orang yang salah dalam menyikapi Kesulitan hidup yang membelenggunya. Tidak dikit orang yang menutup nalar sehatnya. Setiap kegetiran yang mendera seolah irisan pisau yang memotong syaraf berpikirnya. Kenestapaan hidup dianggap sebagai stempel hidupnya yang tidak mungkin terhapuskan lagi. Anggapan inilah yang membuat siapa pun dia, tidak ingin berubah buat selama-lamanya.


Parahnya, perasaan tidak berdaya sangat menganggu stabilitas hati. Hati yang dalam kondisi jatuh di titik nadir, akan berdampat pada voltase getaran iman. Biasanya perasaan tidak berdaya membutuhkan pelampiasan. Bentuk bisa kemarahan dan berburuk sangka. Di hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi di atas, bukan hal yang mustahil seseorang akan berburuk sangka terhadap cobaan yang diberikan Allah swt. dan marah kepada Allah swt. “Allah tidak adil!” begitu gugatnya. Na’udzubillah! Orang yang seperti ini, ia bukan hanya tidak akan pernah beranjak dari kesulitan hidup, ia justru tengah membuka pintu kekafiran bagi dirinya dan kemurkaan Allah swt.


Karena itu, kita harus sensitif dengan orang-orang yang tengah mendapat cobaan. Harus ada jaring pengaman yang kita tebar agar keterpurukan mereka tidak sampai membuat mereka kafir. Mungkin seperti itu kita bisa memaknai hadits singkat Rasulullah saw. ini, “Hampir saja kemiskinan berubah menjadi kekufuran.” (HR. Athabrani)


Tentu seorang mukmin sejati tidak akan tergoyahkan imannya meski cobaan datang bagai hujan badai yang menerpa batu karang. Sebab, seorang mukmin sejati berkeyakinan bahwa sesudah kesulitan ada kemudahan. Setelah hujan akan muncul pelangi. Itu janji Allah swt. yang diulang-ulang di dalam surat Alam Nasyrah ayat 5 dan 6, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” Jadi, jangan lari dari ujian hidup


 

 

*= Renungan Disela Kesibukan =*

Sahabat.
"Di sela sela kesibukan kita banyak hal-hal yang berlalu lewat dan pergi begitu saja tanpa bisa di ambil dan dijadikan pelajaran untuk mengenal akan kebesaran Allah Yang Maha Kuasa.

"Semua itu seakan tidak berarti dan berharga tapi bila di amati dan di teliti,mungkin saja itu semua akan menjadikan dirimu, sebagai pucuk kejayaan bagimu, tapi karena kelengahan dan ketidak pedulian maka akhirnya.

"Bagaikan permata yang termahal  lepas dari tangkainya hilang dan takkan kembali, karunia dan bahasa dari Tuhan-Mu pergi lepas dan tanpa anda pahami.

"Apakah yang harus di pahami,,,,,, itulah pertanyaannya,,????

"Siapakah sang Maha Di Raja dalam sekenario di kehidupan ini yang menetukan kisah anda dari semua kisah yang ada dan berbeda.

" Ternyata begitu besarnya rencana ILAHI pada kehidupan kita.Dan alangkah beruntungnya bagi orang-orang yang dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian.

" Dan tentu sangat besar paidahnya, Sahabat-sahabat itulah jawabnya, lembar demi lembar haripun silih berganti adalah merupakan lembaran kisah mu yang bertemu dalam hidupmu baik dalam keadaan suka maupun duka.

"Dimanakah lembar kisah mu itu saat ini.............................???

Bila lembar kisah mu saat ini di rumah sakit terbaring dengan masalah besar di kesehatan maka ingatan mu akan lari pada waktu waktu yang telah berlalu, diri mu tidur di kamar yang harus terus di bayar, siapapun yang datang memeriksa mu harus di bayar, siapapun yang memberikan obat untuk mu harus di bayar, juga nafas dan jantung mu harus di bantu alat dan juga harus di bayar.

Terbaring tiada berdaya, hanya bisa meneteskan air mata, hari hari sehat telah berlalu pergi dan takkan kembali lagi  pikirkanlah dalam benak mu,,,, suaramu yang banyak parau serta gelisah di temani dengan menetesnya air mata membentuk sungai-sungai penyesalan yg sangat panjang dalam hari hari mu namun tiada arti hanya ajal yg menunggu.

teringat akan diri yang tak pandainya menjaga diri, lisan dan perbuatan justru sering di pakai untuk mencaci maki dan membicarakan keburukan orang lain.

teringat diri mu pernah memfitnah dan menuduh orang yang tidak bersalah

teringat diri mu pernah memeras uang orang di jalanan tanpa belas kasihan bahkan menjambret barang-barang orang dari atas kendaraan, padahal diantara orang tersebut pernah memohon pada mu untuk di sisakan sedikit untuk beli beras agar anak anaknya hari ini dapat makan, bahkan tanpa disadari mungkin ada diantara mereka ternya  masih keluargamu jua.

teringat diri mu pernah mengusir pengemis yang sedang sakit tiada berdaya

teringat diri mu pernah mencaci maki istri mu tanpa sebab yang jelas

teringat diri mu pernah memaki ibu mu yang sudah renta dan bersusah payah membesarkan mu

teringat diri mu pernah menodai anak gadis orang dan tak bertanggung jawab

teringat diri mu suka menipu orang dengan menjual ayat ayat suci dalam ucapan manis serta merayu

teringat diri mu pernah korupsi dan kabur dengan teganya melarikan uang rakyat

teringat diri mu mengaku ustad atau kiyai atau guru tapi kerdil dan kotor hati mu tak pernah mengamalkan ilmu

teringat diri mu sebagai penguasa tapi setiap hari senang berkhianat dan bermaksiat dengan amanat sangatnya

air matapun kini menjadi sahabat mu,,,,,

hati mu berkata kata sungguh aku telah menipu dan merusak diri ku sendiri,kisah kisah ku kelam dan penuh dengan lumpur-lumpur dosa dan nista, seperti penjahat, seperti bajingan,seperti iblis kini hatimu perih,seperti di iris seperti bukan bukan manusia lagi...

itulah suara hati mu di saat nyawamu lepas perlahan lahan meninggalkan jasad mu...

"masa masa sehat yang harus di gunakan untuk kebaikan dan ibadah pergi secepat kilat bersama perginya nafas terakhir dari tubuhmu,,,

"Di mana masa jaya mu yang dulu berlimpah ruah dengan harta dan bendaserta rezeki yang di berikan ILAHI sangatlah banyak dan mudah namun kini tiada berarti dan tidak berbekas dengan kebaikan,sekalipun engkau sadakohnamun disertai sifat ria, sumbangan mu dengan syarat, bantuan mu untuk orang lain selalu berharap pamrih.

karena diri mu terikat dengan rasa takut kurang dan takut miskin bila beramal,,,,

Akhirnya Jenazah mu di antar oleh orang orang yang memaki diri mu yang tersimpan dalam hatinya

Akhirnya Jenazah mu di antar oleh orang orang yang akan merampas kembali kebahagiaan mu di alam kubur

Akhirnya Jenazah mu di antar oleh orang orang yang bersaksi bahwa diri mu wajar di azab berat dan di himpit bumi

Akhirnya Jenazah mu di tinggalkan dengan kisah yang baru kini diri mu sudah memasuki babak baru

فَبِأَيِّآلَاءرَبِّكُمَاتُكَذِّبَانِ

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.

Wahai Saudara-Saudariku maka jadikanlah kisah ini sebagai perenungan dalam kehidupan mu,
selagi kita masih diberikan kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri.
Sekian dahulu coretan ini semoga berman faat bagi diriku juga bagi diri-mu. Wassalam.



 
Tidak Menepati Janji...


Sahabat 

 

Dalam pergaulan sehari-hari kita kerap

menyatakan bahwa janji itu adalah hutang
yang harus kita bayar (di laksanakan),

bahkan ada juga yang mengatakan bahwa
seseorang itu yang dipegang adalah
janjinya atau yang dipercayainya itu dikarenakan
oleh ketepatan dia melaksanakan janjinya.

Didalam ajaran
Islam dinyatakan bahwa janji itu adalah
sesuatu yang harus dilaksanakan dan
dihari akhir nanti diminta pertanggung
jawabannya oleh Allah swt.

Didalam Surah
Al-Israa (17) ayat 34 Allah swt
berfirman:

"dan penuhilah janji ;
sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggungan jawabnya"

 di dlm surat Al Fath 10

إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.
(Al Fath 10)

 demikian juga
diawal Surah Al-Maidah (5) ayat 11
diingatkan Allah swt untuk memenuhi
janji-janji kita (akad-akad).

Allah swt., sangat murka sekali dengan orang-orang
yang tidak menepati janjinya, dan hal
ini dinyatakan-Nya dalam Al-Quran:

Hai...Orang-orang yang beriman, mengapa kamu
mengatakan apa yang tidak kamu perbuat;
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa
kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu
kerjakan� (QS 61:2-3).

 Banyak diantara-hadits-hadits Rasulullah
saw yang mengecam orang-orang yang tidak
menepati janji yang diantaranya
menyatakan bahwa tidak menepati janji
itu adalah salah satu ciri orang yang
munafiq walau orang itu puasa dan shalat
atau merasa disinya seorang muslim (HR.
Bukhari & Muslim)

Dan tentunya kita
sudah tahu bagaimana pedihnya azab bagi
orang-orang yang munafiq tersebut.

Kita di anjurkan mengucapkan kata "INSYALLAH" itu lebih baik dari pd berjanji

Semoga Allah menjauhkan kita dari kesalahan
yaitu satu sikap yang menghantarkan kita
kepada kemunafiqan ini yakni dengan
selalu tepat dalam memenuhi janji-janji kita.


Kecuali bila kita bernazar dalam hal kebakhilan maka dengan meninggalkannya. Allah akan memberikan ganjaran.

 

* Renungan AL Qur'an *





Al Qur’an adalah pedoman hidup bagi seluruh umat manusia, khususnya umat Nabi Muhammad SAW.

Pertanyaan kali ini adalah apakah di dalam Al Qur’an dijelaskan petunjuk tentang jalan keluar dari segala permasalahan kita? Jawabannya adalah iya, di dalam Al Qur’an telah diajarkan tata cara meminta pertolongan segala permasalahan kita melalui pertolongan Allah. Pada surat Al Baqarah ayat 1 – 5 telah dijelaskan bagaimana cara seorang muslim meminta pertolongan kepada sang Khalik.

Alif laam miim. (QS. 2:1)

Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. 2:2)

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, (QS. 2:3)

Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (QS. 2:4)

Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb-nya,dan merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. 2:5)

Dari ayat diatas dijelaskan pada ayat pertama, Alif laam miim. Ayat tersebut sering juga dikenal dengan ayat-ayat mutasyabihaat yang sebagian ahli tafsir menafsirkan sebagai ayat yang berguna sebagai penarik perhatian orang yang membacanya agar memperhatikan petunjuk yang akan diberikan dari Al Qur’an.

Pada ayat kedua dikatakan bahwa tidak adanya keraguan didalam Al Qur’an ini, yaitu kitab yang merupakan petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Jadi apabila kita sebagai seorang muslim ingin mendapatkan petunjuk dari Al Qur’an yang merupakan kitab yang tidak diragukan lagi kebenarannya, kita harus benar-benar beriman dan bertaqwa.

Taqwa dalam artian yakin dan sungguh-sungguh melaksanakan perintah di dalamnya dan meninggalkan semua yang dilarang oleh Allah dan tertulis di dalamnya pula.

Lalu apa saja yang harus dilakukan oleh kita sebagai seorang muslim agar dapat menjadi orang yang disebutkan pada ayat kedua tersebut? Di ayat kelima dijelaskan bahwa orang yang memperhatikan itulah orang yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb-nya, dan merekalah orang-orang yang beruntung.

Dijelaskan bahwa hanyalah orang yang bertaqwa yang akan mendapatkan petunjuk dari Allah, dan terlebih lagi mereka adalah orang-orang yang beruntung. Alangkah bahagianya dan merupakan suatu idaman bagi setiap muslim untuk menjadi orang yang beruntung menurut Al Qur’an yang sudah dijamin kepastiannya oleh Allah.

Kemudian timbul lagi pertanyaan berikutnya, bagaimana cara yang harus ditempuh oleh seorang muslim agar mendapatkan petunjuk dari Allah? Hal tersebut dijawab oleh Allah melalui ayat yang ketiga, yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Di ayat tersebut terdapat 3 langkah, yaitu :

1. Beriman kepada yang ghaib, hal ini sebelumnya telah diperjelas dengan adanya rukun iman yang mendasari kehidupan akhirat seorang muslim. Mengi’tikadkan dengan segala sesuatu yang maujud seperti halnya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat, hari akhir dan sebagainya dengan berdasar dalil-dalil yang ada.

Dengan mengimani yang ghaib, maka akan membangkitkan rasa takut akan ketentuan Allah apabila kita merasa melakukan kesalahan dikarenakan yakin bahwa Allah itu ada dan tahu akan segala gerak gerik kita di dunia.

2. Mendirikan sholat, tentunya ciri utama yang dimiliki oleh seorang muslim adalah sholat. Sholat yang merupakan tiang dari agama ini merupakan media penghubung antara seorang hamba dengan penciptanya, yaitu Allah SWT.

Dengan sholat dan senantiasa berdoa kepada Allah akan memperjelas pengabdian diri kita kepada-Nya dan meningkatkan rasa rendah diri terhadap Allah.

3. Menafkahkan sebagian rezeki yang dianugerahkan kepada kita, dalam hal ini ditekankan pengertiannya kepada sedekah. Sedekah tidak hanya berdampak kepada orang-orang yang menerimanya seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain, akan tetapi nilai keikhlasan akan sedekah tentunya akan sangat berdampak besar tehadap diri kita sendiri.

Dengan ikhlas dalam bersedekah sudah tentu akan menambah tingkat ketqwaan kita sebagai hamba yang memang tidak mempunyai daya dan upaya selain pemberian dan atas izin Allah.

Kemudian pada ayat keempat dijelaskan bahwa agar dapat bertaqwa dan mendapatkan petunjuk Allah adalah mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

Dengan meyakini ayat keempat ini, kita senantiasa yakin bahwa Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-shuhuf yang tersebut dalam al-Qur’an adalah benar merupakan kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah dan disempurnakan dengan turunnya kitab yang terakhir, yaitu Al-Qur’an.

Lalu dengan mengimani hari akhir, kita senantiasa yakin bahwa akan ada kehidupan yang kekal setelah kita mati. Akhirat merupakan tujuan akhir dari pencarian seorang muslim di dunia. Dengan meyakini hal itu, sudah tentu seorang muslim akan selalu memperbaiki diri dan senantiasa melakukan yang terbaik dalam menempuh jalan yang diridhoi Allah.

Sahabatku, dengan meyakini kelima ayat tersebut tentunya kita akan memperoleh kemudahan dalam mencari petunjuk Allah dan senantiasa menjadikan kita sebagai seorang muslim yang benar-benar bertaqwa kepada Allah. Dengan demikian, pertolongan apalagi yang akan kita harapkan selain pertolongan Allah.

Bukankah Allah merupakan sumber penyelesaian dari segala masalah kita? Sehingga hanya dengan melalui pertolongan Allah lah kita akan menyelesaikan segala permasalahan kita dengan mudah.

Sebagai seorang hamba, kita benar-benar tidak memiliki daya apapun untuk melakukan sutau hal kecuali atas izin dan pemberian dari Allah. Maka dari itu, marilah kita senantiasa memperbaiki diri kita sehingga pertolongan-pertolongan Allah itu akan lebih mudah kita terima.

Semoga kita menjadi salah satu hamba Allah yang bertaqwa dan mendapatkan petunjuk dari Allah,

Insya Allah

  





Tidak ada komentar:

Posting Komentar