Rabu, 27 Februari 2013

· SIFAT ORANG-ORANG YG CERDAS


Bismillahir-Rahmanir-Rahim 

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Saudaraku..."
Menurut Islam sifat orang yg cerdas itu ada; 7, yaitu :

1) Setiap melakukan sesuatu,
di awali dengan mengucap Basmallah

2) Apabila mengakhiri suatu
perbuatan mengucapkan hamdallah
3) Jika terlanjur ber buat jelek,
buruk mengucapkan Astaghfirullah

4) Jika berjanji, mengucapkan
Insya'Allah

5) Bila diberi musibah mengucap
Innalillahi

6) Diberi cobaan yang tidak
mampu, membaca lahaowla walakuata
illabilah

7) Lisannya selalu ber dzikir dan mengucapkan hasbunnallah

Selain itu dia pun menyadari bahwa dirinya adalah seorang khalifah fil’ard

Ketika manusia menyadari akan dirinya sebagai Kalifah fil’ard dan sebagai Waliyullah manusia tentunya akan saling menghormati dan saling menghargai dan tidak saling cakar apalagi korufsi. 

Kalifah, artinya adalah pemimpin yang amanah ...”

Dan jika ia menjadi hamba Allah maka takutlah terhadap-Nya karena azab Allah yang amatlah pedih, terhadap sesama manusia mereka saling menghormati dan menghargai meskipun terhadap seorang 'abid atau hamba sahaya

Karena masing-masing punya hak tanggung jawab dan kewajiban...

Untuk itu maka "BelajarLah Untuk Menghargai, begitu pun ter hadap apa yg Kamu Miliki...Karena semua yg Kau Miliki itu adalah Anugrah dari Allah swt. Yg ke semuaNya Akan Dimintai Pertanggung jawabannya Dimahkamah Allah Swt..

Sedangkan dalam belajar itu kita harus berpikir sebab bila belajar tanpa berfikir tidak ada gunanya, berfikir tanpa belajar adalah berbahaya,

Dan ingatlah tidak ada suatu pekerjaan yg Sia-Sia..asalkan dilakukan dengan niat yg tulus ikhlas dari hati yg paling dalam, karena Allah...” Insya Allah Anda akan mendapatkan banyak Keberkahandi dalamnya...!

"Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Asma Allah."
(Q.S. Al-Ahzab : 21)

Demikianlah Semoga bermanfaat. Aamiin...” Wassalam,-

Apa Yg Dimaksud kan Dengan Pitnah Kubur *~



* Bismillahir-Rahmanir-Rahim
Jawab “Apakah yang dimaksud dengan ‘fitnah kubur’
itu? 
Saudaraku...” Yang dinamakan fitnah kubur itu
ialah pertanyaan yang diajukan kepada seseorang yang telah meninggal ketika di alam kubur. 
Pertanyaan tersebut berkisar pada siapa Tuhannya,
dan apa agamanya, dan siapa nabinya.
Mengenai kejadian yang pasti terjadi ini, Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah menceritakannya dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Barra’ bin ‘Azib: “SiapakahTuhanmu?”
Si mayit menjawab, “Tuhanku Allah dan nabiku
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”
Itulah tafsir dari firman Allah: “Allah akan
meneguhkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang teguh di dunia maupun di akhirat.” Surat Ibrahim ayat 27 (Hadis No. 2871, Shohih Muslim, Kitab Surga).
Ada juga hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
mengenai hal ini dalam bukunya ‘Shohih Muslim’ No. 905 dan Imam Bukhari di bukunya ‘Shohih Bukhari’ No. 880.
Sedangkan di dalam kitab ‘Musnad’ milik Imam
Ahmad terdapat pula hadis yang menceritakan kejadian ini lebih detail lagi, bahkan dalam hadis ini orang golongan yang tidak bisa menjawab, cuma bisa bilang, “Ha… ha… aku tidak tahu.”
Dalam keterangannya, jawaban ini menandakan bahwa
sebenarnya ia tahu jawabannya, tapi ketika itu ia lupa. Hal ini karena ia sedikit melakukan ibadah sehingga ia seperti tidak mengenal Tuhan, agama dan Nabinya sendiri. 
Selain Imam Ahmad, Abu Dawud, Nasai, dan Ibnu
Majah juga meriwayatkan demikian. Wah, jadingeri, juga nih. Gimana ya ketika nanti kita ditanya oleh malaikat, bisa nggak, kita ngejawabnya? Walohu’alam,
Berdasarkan pendapat para ulama, terdapat empat
golongan yang selamat dari fitnah kubur ini. Artinya, ada empat golongan manusia ini tidak ditanya hal-hal demikian dalam kuburnya. Mereka itu adalah:
1. Para Nabi. Hal ini dikarenakan dua hal:
Pertama, karena mereka lebih utama dibanding para syuhada. Kedua, setiap kaum akan ditanya mengenai nabinya. Bagaimana mungkin ia malah balik ditanya?

2. Para Syuhada (orang-orang yang gugur dalam peperangan membela agama). Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa ada seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Ya, Rasulullah! Mengapa orang yang syahid tidak mengalami fitnah kubur seperti orang-orang mukmin yang lain?”
Sebagai penjelasannya “Cukuplah luka-luka akibat
pedang di kepalanya sebagai fitnahnya.” (Sunan Nasai, No. 2053, hadis itu telah disahkan kebenarannnya oleh Syekh Albani)
3. Orang yang meninggal pada hari Jum’at atau
malamnya. Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “seorang muslim yang meninggal pada hari Jum’at dan malamnya pasti akan dijaga oleh Allah dari fitnah kubur.” (Sunan Tirmidzi, No. 1073, setelah melihat berbagai macam riwayat, Syekh Albani memberikan derajat hadis ini ‘hasan’).
4. Orang yang tidak dibebani oleh syariat,
seperti anak kecil yang belum baligh dan orang gila yang telah meninggal. Karena pada dasarnya mereka termaafkan ketika berlaku maksiat.
Kesimpulan dari penjelasan kesemuanya 
Silahkan Anda baca dalam “Kepastian Fitnah Kubur, Adzab Kubur, dan Nikmat Kubur Berdasarkan Al Qur'an, As Sunnah, dan Ijma' Di antara aqidah ahlus sunnah wal jama’ah adalah mengimani adanya fitnah kubur serta adzab dan nikmat kubur. Hal ini termasuk ke dalam lingkup keimanan terhadap hari akhir.
Sebagai tambahan mengenai ;
“Kepastian Fitnah Kubur, Adzab Kubur, dan Nikmat Kubur Berdasarkan Al Qur'an, As Sunnah, dan Ijma' Di antara aqidah ahlus sunnah wal jama’ah adalah mengimani adanya fitnah kubur serta adzab dan nikmat kubur. Hal ini termasuk ke dalam lingkup keimanan terhadap hari akhir.
Tanya : Apakah ada perbedaan antara adzab kubur
dan fitnah kubur ? Jawab : “Ya (ada perbedaan). Adzab (kubur) adalah diadzab dan dipukulnya manusia (di dalam kuburnya), serta dibukakan baginya pintu neraka. Adapun fitnah (kubur) adalah cobaan dan ujian. 
Maka, datanglah malaikat Nakiir dan Munkar
kepadanya yang akan mengujinya dengan pertanyaan : ‘Siapakah tuhanmu ?Apa agamamu ? Siapakah nabimu ?’. Kemudian datanglah hukuman setelah itu. 
Ia diberikan fitnah dengan adanya pertanyaan,
kemudian ia diadzab (karena tidak mampu menjawabnya). Adzab adalah suatu hal, dan fitnah adalah hal yang lain. Adzab merupakan akibat/hasil dari fitnah. Setelah diberikan fitnah, maka diadzab. Dan fitnah adalah ujian yang menimpa baik mukmin maupun kafir. 
Seorang mukmin diberikan fitnah, lalu ia berhasil
melaluinya. Allah selamatkan ia sehingga mampu menjawabnya. Adapun orang kafir, akan diberikan fitnah dan ia binasa (karenanya). Allah ta’ala berfirman :

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاء ‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki’ [QS. Ibraahiim : 27].
Kita mohon kepada Allah agar Ia meneguhkan kami
dan kalian dengan ucapan yang teguh”. Tanya : Apakah fitnah ini khusus diperuntukkan bagi umat Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam saja ?. Jawab :Tidak, fitnah itu umum bagi setiap orang. Allah ta’ala berfirman : فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ
‘Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat
yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami)’ [QS. Al-A’raaf : 6]. وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ مَاذَا أَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِينَ ‘Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata: "Apakah jawabanmu kepada para rasul?” [QS. Al-Qashshaash : 65]”.
Selanjutnya” Syaikh Shalih Al Fauzan
hafizhahullahu berkata: “Iman kepada hari akhir mencakup beriman kepada setiap yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beritakan sejak kejadian setelah mati. Dan di antara iman kepada hari akhir ialah mengimani fitnah kubur, adzab kubur, dan nikmat kubur.” (Al Irsyad ila Shahihil I’tiqad, hal. 313).
Imam Abu Ja’far Ath Thahawy rahimahullahu
berkata: “Kami (ahlus sunnah) beriman kepada malaikat maut yang ditugaskan untuk mencabut ruh makhluk di alam, beriman kepada adzab kubur bagi yang berhak mendapatkannya, beriman kepada pertanyaan Munkar dan Nakir di dalam kubur tentang siapa tuhannya, apa agamanya, siapa nabinya, dan kami beriman kepada berita yang datang dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dari shahabat ridhwanullahi ‘alaihim. Kubur adalah taman dari taman-taman surga atau jurang dari jurang-jurang neraka.” (Al ‘Aqidah Ath Thahawiyah dalam kutaib Mutunut Tauhid wal ‘Aqidah, hal. 268)
Fitnah Kubur
 
Yang dimaksud dengan fitnah kubur adalah
pertanyaan dua malaikat. Itu adalah ujian untuk mayit ketika dua malaikat menanyainya (Al Irsyad ila Shahihil I’tiqad, hal. 313).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu
mengatakan : “Ahlus sunnah beriman dengan fitnah kubur, dengan adzab kubur, dan dengan nikmat kubur. Adapun tentang fitnah kubur, maka manusia akan ditanya di dalam kubur mereka. 
Maka mayit akan ditanya: ‘Siapa tuhanmu? Apa
agamamu? Siapa nabimu?’ Maka Allah akan meneguhkan (hati) orang-orang yang beriman dengan al qauluts tsabit di kehidupan dunia dan akhirat.
Maka orang yang beriman akan mengatakan: ‘Tuhanku
adalah Allah’; ‘Islam adalah agamaku’; ‘Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nabiku’. Adapun orang yang orang yang ragu maka dia akan mengatakan: ‘Haah…haaah…aku tidak tahu.
Aku mendengar manusia mereka mengatakan sesuatu
maka akupun mengatakannya’. Maka dia dipukul dengan palu dari besi sampai berteriak dengan teriakan yang terdengar oleh seluruh makhluk kecuali manusia. Kalau saja manusia mendengarnya, niscaya mereka akan pingsan.” (Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah, hal. 31)
Adzab Kubur dan Nikmatnya
 
Salaful ummah dan imam-imam mereka meyakini
bahwasanya manusia jika meninggal maka dia bisa mendapat nikmat kubur ataupun adzab kubur. Jika bisa menjawab pertanyaan malaikat, maka dia mendapat nikmat kubur dan ini tanda baik baginya di ahkirat nanti.
Jika dia tidak bisa menjawab pertanyaan malaikat,
maka dia mendapat adzab kubur dan ini adalah tanda buruk baginya bagi kehidupan selanjutnya di akhirat. Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullahu mengatakan:
“Adzab kubur dan nikmat kubur itu haq (benar
adanya). Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meminta perlindungan kepada Allah dari hal tersebut. Dan beliau memerintahkan (umatnya untuk meminta perlindungan dari adzab kubur) di setiap sholat” (Syarh Lum’atul I’tiqad, hal. 66).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin berkata:
“Adzab kubur atau nikmatnya adalah haq yang telah tetap berdasarkan zhahir Al Qur’an dan secara jelas di dalam As Sunnah dan ijma’ ahlus sunnah” (Syarh Lum’atul I’tiqad, hal. 65).
Dalil-dalil Fitnah Kubur, Adzab Kubur, dan Nikmat
Kubur
Banyak sekali dalil baik dari al Qur’an maupun As
Sunnah yang menetapkan adanya fitnah kubur. Diantaranya firman Allah Ta’ala : يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman
dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki” (QS. Ibrahim : 27)
Telah ada riwayat tafsir ayat ini dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya dari Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah berkata: “Seorang muslim jika ditanya di kuburnya, maka dia bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah semata dan bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah.
Itu adalah makna firman Allah : “Allah meneguhkan
(iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”” (I’tiqad Ahlis Sunnah Syarh Ashhabil Hadits, Maktabah Asy Syamilah).
Dalil-dalil adzab kubur dan nikmat kubur
dari Al Qur’an Ada dalil dalam Al Qur’an yang menetapkan adanya adzab kubur dan nikmat kubur di dalam Al Qur’an, diantaranya: 1. كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Sesungguhnya itu adalah perkataan yang
diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan” (QS. Al Mu’minun : 100).
Seorang ulama tafsir terkemuka, Imam Ibnu Katsir
rahimahullahu mengatakan: “Firman Allah: “وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ” adalah ancaman untuk orang yang masih hidup agar tidak berbuat kezhaliman dengan adzab kubur sebagaimana Dia berfirman: “مِنْ وَرَائِهِمْ جَهَنَّمُ” (QS. Al Jatsiyah: 10) dan juga “وَمِنْ وَرَائِهِ عَذَابٌ غَلِيظٌ” (QS. Ibrahim: 17)” (Tafsir Ibnu Katsir, Asy Syamilah).
2. وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آَيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ
 
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di
waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya” (QS. Al An’am :93)
Konteks ayat ini adalah peristiwa ketika proses
meninggalnya seseorang. Sungguh malaikat telah mengabarkan-dan mereka adalah makhluk yang benar/jujur-bahwasanya orang-orang yang zhalim pada saat itu dibalas dengan siksa yang menghinakan.
Dan jika siksa itu ditimpakan setelah mayit
meninggal dan pergi dari dunia, sedangkan Allah berfirman “الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ” (Di hari ini kamu dibalas), maka ini menunjukkan bahwasanya siksa tersebut adalah siksa kubur. (Al Irsyad ila Shahihil I’tiqad, hal. 321)
3. فَوَقَاهُ اللَّهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا وَحَاقَ بِآَلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ (45) النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
 
“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu
daya mereka, dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk (45) Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.”” (QS. Ghafir/Al Mu’min : 45-46)
Allah Ta’ala benar-benar menyebutkan adzab di dua
tempat (yang salah satunya adalah adzab neraka) secara jelas yang tidak mengandung kemungkinan lainnya. Maka ini menunjukkan adanya adzab kubur (selain adzab neraka). (Idem, hal. 321-322)
4. فَذَرْهُمْ حَتَّى يُلَاقُوا يَوْمَهُمُ الَّذِي فِيهِ يُصْعَقُونَ (45) يَوْمَ لَا يُغْنِي عَنْهُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ (46) وَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا عَذَابًا دُونَ ذَلِكَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
 
“Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui
hari (yang dijanjikan kepada) mereka yang pada hari itu mereka dibinasakan. (yaitu) hari ketika tidak berguna bagi mereka sedikitpun tipu daya mereka dan mereka tidak ditolong. Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim ada azab selain daripada itu. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui” (QS. Thur : 45-47)
Ayat ini mengandung kemungkinan bahwa adzab yang
dimaksud adalah adzab di dunia misal dengan terbunuh atau lainnya. Namun yang dimaksud disini adalah adzab di alam barzakh, ini adalah pendapat yang lebih kuat. Karena kebanyakan dari mereka mati dan tidak diadzab di dunia:
Sungguh dikatakan-dan ini pendapat yang lebih
kuat : Siapa yang mati dari golongan mereka, maka akan diadzab di alam barzakh. Dan siapa yang masih hidup dari mereka, maka mereka diadzab di dunia dengan dibunuh atau selainnya dan mereka diancam denga adzab di dunia dan di alam barzakh. (Idem, hal. 321)
5. سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ “Nanti mereka akan Kami
siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar” (QS. At Taubah : 101)
Ibnu Juraij rahimahullahu berkata mengenai ayat
tersebut: ”(yakni) adzab di dunia dan adzab kubur. Kemudian mereka dikembalikan kepada adzab yang besar.” Al Hasan Al Bashri rahimahullahu-seorang tabi’in yang mahsyur-berkata : “(Kami siksa dua kali) ialah adzab di dunia dan adzab kubur” (Tafsir Ibnu Katsir, Asy Syamilah)
Dalil-dalil Adzab dan Nikmat Kubur Dari As Sunnah
Syaikh Shalih Al Fauzan hafizhahullahu mengatakan: “Jika anda merenungi hadits-hadits yang berkaitan dengan adzab kubur dan nikmatnya, niscaya anda akan mendapatkan bahwa hadits-hadits tersebut adalah perincian dan penafsiran terhadap apa yang ditunjukkan Al Qur’an berupa adzab dan nikmat kubur. Dan hadits-hadits tentang adzab kubur banyak jumlahnya dan mutawatir dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam” (Al Irsyad ila Shahihil I’tiqad, hal. 322).
Karena banyaknya, maka kami sebutkan beberapa
yang ringkas saja: 1. Dalam Shahihain dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam melawati dua kuburan kemudian bersabda: “Keduanya sedang disiksa…” [HR. Bukhari (I/61), Muslim (I/166), An Nasa’I (IV/106), Abu Dawud (20), Ibnu Majah (347), dan Ahmad (I/225)]
2. Dalam Shahihain dari Abu Ayyub Al Anshary
radhiyallahu ‘anhu diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar saat matahari mulai tenggelam. Beliau mendengar suara, lalu beliau berkata: “Ini seorang yahudi sedang disiksa dalam kuburnya” [HR. Bukhari (II/102), Muslim (VIII/161), An Nasa’I (IV/102), dan Ahmad (V/419)]
3. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan: “Aku
belum pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat kecuali saat itu beliau memohon perlindungan dari siksa kubur.” [HR. Bukhari (II/102), Muslim (II/92), dan An Nasa’I (IV/105)]
4. Hadits Asma: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah berkhutbah, lalu menceritakan siksa kubur yang diberikan kepada seorang hamba. Saat beliau menceritakan itu, kaum muslimin langsung heboh.” [HR. Bukhari (II/102), An Nasa’I (IV/103)]
5. Dalam kisah gerhana, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah memerintahkan mereka untuk meminta perlindungan dari siksa kubur. [HR. Bukhari (II/26), Muslim (III/30), dan An Nasa'i (IV/133)]
6. Hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang
panjang, dalam akhir hadits Rasulullah bersabda: “Orang itu langsung dipukul dengan martil dari besi dengan sekali pukul sehingga berteriak, dan suara teriakannya itu terdengar oleh makhluk-makhluk di dekat kuburnya, kecuali jin dan manusia.” [HR. Bukhari (II/102), Muslim (VIII/161), Abu Dawud (4751), An Nasa’I (IV/97), dan At Tirmidzi (1071)]
Syaikh Al ‘Allamah Hafizh bin Ahmad Al Hakami
rahimahullahu mengatakan: “Semua hadits-hadits di atas (tentang adzab dan nikmat kubur) tersebut ada dalam Ash Shahih, dan telah kami sitir sebagian di antaranya sejumlah enam puluh hadits melalui jalur-jalur riwayat yang shahih dari banyak shahabat secara marfu’, dan telah kami jelaskan dalam kitab As Sallam” (A’laamus Sunnah Al Mansyurah, edisi Indonesia: Buku Pintar Aqidah Ahlussunnah, hal. 145-147).
7. Hadits yang terdapat dalam Shahih Muslim dari
Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu yang menyatakan bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa mendengar siksa kubur
8. Dalam Shahih Muslim dan Sunan yang empat dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk berlindung dari empat hal saat shalat (yakni siksa jahnnam, siksa kubur, fitnah hidup dan mati, dan fitnah dajjal) sesudah tasyahud akhir sebelum salam. (Diringkas dari Al Irsyad ila Shahihil I’tiqad, hal. 323)
Lihatlah dalil-dalil yang tegas di atas!!
Lihatlah siapa yang meriwayatkan hadits-hadits tersebut!! Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam An Nasa’I, Imam Ibnu Majah, Imam At Tirmidzi, Imam Abu Dawud, Imam Ahmad rahimahumullahu Ta’ala, mereka adalah imamnya ahli hadits. Imam umat muslim sedunia. 
Alangkah anehnya pada zaman ini masih ada juga
yang meragukan adanya fitnah kubur beserta adzab dan nikmatnya. Dalil-dalil dari Al Qur’an, As Sunnah, dan ijma’ ahlussunnah seharusnya sudah lebih dari cukup untuk membuat kita meyakini adanya fitnah kubur beserta adzab dan nikmatnya. Kemanakah akal sehat manusia yang meragukan adanya fitnah dan adzab kubur?!
Berlindung Dari Adzab Kubur Pada Setiap
Shalat
Ya akhi, kalau kita sudah tahu dan yakin
bahwasanya fitnah dan adzab kubur itu benar adanya, maka sudah seharusnya kita mencari cara agar terhindar dari adzab kubur. Diantaranya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kepada kita untuk berlindung dari adzab kubur.
Do’a ini dibaca di setiap shalat setelah tasyahud
akhir sebelum salam. Bahkan ada sebagian ulama yang mewajibkan membaca do’a ini di setiap shalat semacam Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullahu di dalam Shifat Shalat Nabi, akan tetapi-wallahu a’lam-pendapat yang tepat adalah tidak wajib.
Do’anya adalah: اللهم إني أعوذبك من عذاب جهنم, و من عذاب القبر, و
من فتنة المحيا و الممات, ومن شر فتنة المسيح الدجال Allaahumma inni a’uudzubika min ‘adzaabi jahannam, wa min ‘adzaabil qobri, wa min fitnatil mahya wal mamaati, wa min syarri fitnatil masiihid dajjal “Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari siksa neraka jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari fitnah al masih ad dajjal” [HR. Muslim, Abu ‘Awanah, An Nasa’I, dan Ibnul Jarud dalam Al Muntaqa (27).
Lihat Al Irwa’ hadits no. 350] Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam biasa membaca do’a ini dalam tasyahudnya. [HR. Abu Dawud dan Ahmad dengan sanad shahih] Nabi mengajarkan do’a tersebut kepada shahabat-shahabatnya sebagaimana beliau mengajarkan suatu surat Al Qur’an kepada mereka. [HR. Muslim dan Abu ‘Awanah] (diringkas dari buku Sifat Sholat Nabi, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, hal. 228) 
Itulah do’a yang Rasulullah ajarkan agar kita
terhindar dari adzab kubur. Yang perlu diperhatikan disini adalah, bahwasanya hadits ini berkaitan dengan masalah fiqih, yaitu masuk dalam ranah ibadah yaitu sholat karena Nabi memerintahkan membaca do’a tersebut dalam shalat (bahkan ada ulama yang mewajibkan membaca do’a ini sebagaimana yang sudah lewat). 
Akan tetapi, isi hadits tersebut berupa aqidah
yang harus diyakini oleh seorang muslim. Maka ini adalah hadits tentang masalah fiqih yang isinya adalah aqidah!hadits ahad tidak bisa dipakai sebagai hujjah dalam aqidah, maka tanyalah padanya bagaimana dia menjawab hadits ini!! Apa mereka akan menjawab: “Karena ini adalah hadits fiqih, maka bisa dijadikan hujjah. 
Maka berdo’alah dengan do’a ini di setiap shalat,
akan tetapi karena isinya aqidah, ya tidak boleh terlalu meyakininya…”!! Inikah yang akan kau katakan!? Maka jika ada yang mengatakan bahwa adzab dan nikmat kubur itu tidak bisa diyakini 100% karena tidak ada dalil tegas dalam Al Qur’an (padahal jika direnungi dalilnya banyak seperti yang sudah dipaparkan) dan tidak ada hadits mutawatir (?) tentang masalah ini sedangkan ia meyakini Apa mungkin Rasulullah memerintahkan untuk berdo’a berlindung dari sesuatu, tapi sesuatu itu masih belum pasti adanya??
Inilah ketetapan tentang adanya fitnah kubur,
adzab kubur, dan nikmat kubur. Diantara buah mengimaninya adalah timbul semangat beramal agar terhindar dari adzab kubur. Sehingga tidak hanya sekedar dijadikan wawasan saja, akan tetapi diamalkan.
Demikianlah saudaraku yg dapat aku sampaikan
semoga saja bermanfaat Aamiin Wassalam dan tak lupa kurang lebihnya aku pun mohon maaf dan kepada-Nya Meminta Amunan-Nya  Aamiin... . Alhamdu lillahi alladzi bini’matihi tatimmus shalihat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa alihi wa shahbihi azmain Aamiin....”Wassalam,-

Jumat, 15 Februari 2013

MAHKAMAH HATI


Assalamu’laikum warohmatullahi wabarokatuh 

Bismillahir-Rahmanir-Rahim


Saudaraku..."
Bukankah kita sering diperingatkan, berani kerana benar, takut kerana salah?
Benar itu menjadi sumber keberanian. Salah itu puncak ketakutan. 
Jangan dibiarkan hidup dalam ketakutan, akibat terus menerus melakukan kesalahan. 

Bersalah menimbulkan rasa sesal. Rasa bersalah itu sangat menyiksa selagi tidak ditebus dengan maaf dan taubat. Bersalah dengan manusia pun sudah cukup meresahkan, apa lagi bersalah kepada Allah.

Mahkamah pengadilan itu ada tiga.
1.Mahkamah Di Dunia
2.Mahkamah Di Akhirat
3.Mahkamah Di Hati

Pertama : 
Mahkamah di dunia
Saksi, pendakwa dan hakimnya adalah manusia seperti kita juga. Yang tekadang, dengan kebijaksanaan dan kelicikannya, 
di mahkamah dunia ini dapat diperdayakan. 

Sebab telah sering yang bersalah justru terlepas bebas, namun sebaliknya yang benar malah justeru, jadi terhukum. sehingga, tidak ada keadilan yang muktamad dan mutlak di dunia ini.

Kedua : Mahkamah di akhirat
Yang hakimnya adalah Allah yang Maha Adil. Di sana segalanya akan dibuktikan yang benar akan terserah, kebenarannya dan yang salah pasti kalah. Walau bagaimana pun pandainya seseorang bersilat kata.

Disana tidak akan ada yang bisa berkutik kerana semua apa yang ada pada dirinya pada saat itu semua akan “hidup” untuk menjadi saksi. 

Kulit, tangan, kaki dan segala anggota badannya akan berkata.” yang kini, selalu kita jaga, kita elus dan kita belai, namun pada saatnya nanti semua itu akan mendakwa kita di alam mahsyar. 

Di sanalah nanti semua keadilan yang hakiki akan di tegakkan .

Ketiga: Mahkamah hati
Saksi, sebagai pendakwa dan hakimnya adalah hati kita sendiri. Hati kecil yang sentiasa selalu berkata dan bersuara di dalam dada untuk menyadarkan kita sekalipun terkadang ada kalanya kita mencoba untuk memendamnya. 

Namun di alam sana ketika Protes peradilan di gelar di hadapan Mahkamah-Nya, tidak akan ada seorang pun yang akan mampu menghindarinya karena hatinya akan selalu dan terus bergema dan berkata dalam rahsia-Nya. 

Dan fitrahnya akan selalu menjerit. Itulah jeritan batin yang akan mampu menghantar pemiliknya ke dalam penjara jiwa yang lebih menyakitkan bagi dirinya. Karena akibat perbuatan dari segala dosa yang telah dilakukannya semasa di dunia.

Ya sekarang boleh jadi, semua dosa –dosanya itu bisa di tutupi dan disembunyikan daripada pengetahuan manusia, tetapi jika nanti tiba saatnya tidak akan ada seorang pun yang akan mampu untuk menyembunyikannya dari segala dosa serta perbuatannya di hadapan Mahkamah Ilahi karena hatinya sendirilah yang akan berkata. 

Lain halnya ketika kita masih di dunia mungkin ia mampu menipu manusia, tetapi tidak di akhirat nanti, dan dihadapan Allah. Jadi, mau kemana lagi kita ingin menyembunyikan diri 
ketika kita dipanggil untuk dimintai pertanggung jawaban dan yang ber bicara adalah hatinya... 

Sedangkan sejak saat ini hati kecil kita pun selalu setia, dan akan selalu berkata bahkan di setiap waktu, dan di sepanjang masa juga di segala suasana, karena ia tidak akan rela dan tidak akan tega jika kita. Harus melakukan kesalahan, dengan segala kemungkarannya.

Karena setiap kesalahan dari dosa itu akan selalu memberikan kesan derita yang teramat sangat pada jiwa. Bila saja si pendosa itu dapat memahami hakikat dari dosa yang telah dilakukannya 

Sebab setiap ‘perlanggaran itu pasti akan ada sangsinya’. Pertama, perlanggaran ke atas fitrah hati yang tabii. Kedua, perlanggaran terhadap Allah, zat Yang Maha Tinggi. Dua perlanggaran ini sudah cukup meragut ketenangan.

Maka dari itu janganlah sekali-kali kita pernah melawan fitrah diri sendiri yang menyukai kebaikan dan membenci kejahatan. Fitrah ini adalah kurunia Allah, yang dengannya seseorang boleh menerima pengajaran dan didikan. 

Jika fitrah di diri ini di rawat dan diterima sebagai kebaikan tentunya akan menjadi sarana, pendididik dan pemimpin, didalam kehidupan kita selama hati dan pikiran kita masih harmoni, maka pada akhirnya akan menghantarkan kita pada ke bahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. 

Namun Sebaliknya, jika fitrah yang baik itu dibiarkan, dan di abaikan apa lagi jika ditentang, maka tentu akibatnya tidak akan ada lagi tolak ukur dan yang akan mengingatkan kita sehingga tidak ada lagi yang akan menghantarkan kita ke arah kebahagiaan dan ketenangan. Jadi, hati-hatilah menjaga hati, agar hati kita tidak mati!

Rasulullah SAW sangat arif tentang hakikat ini. Justeru, apabila beliau ditanyakan, apakah itu dosa? Baginda menjawab:

“Dosa adalah sesuatu yang menyebabkan hati kamu resah dan kamu tidak suka orang lain melihat kamu melakukannya.”

Oleh itu, awaslah wahai diri. Dosa itu adalah racun. Bahananya akan merusak secara perlahan atau mendadak." Kata ulama, mujurlah dosa itu tidak berbau, jika tidak, tentu tidak akan ada siapa pun yang sudi mendekati kita.

Maka dari itu sering-seringlah bersidang birdiskusi di mahkamah hati. Dan selalulah bertanyakan pada hati kecil kita sendiri. Karena hati itu tidak akan pernah berdusta selagi ia tidak mati!

Demikianlah saudaraku yang dapat aku sampaikan kurang lebihnya mohon dimaafkan dan kepada-Nya aku pun memohon ampunan Aamiiin...”Wassalam,-