Senin, 31 Oktober 2011

Cahaya Itu Akhirnya Dilahirkan


Bismillahir Rahmanir Rahim.
Assalamu allaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Sebuah tangis bayi yang baru lahir terdengar dari sebuah rumah di kampung Bani Hasyim di Makkah pada 12 Rabiul Awwal pada tahun masehi yang ke 571. Bayi itu lahir dari rahim Aminah dan langsung dibopong seorang "bidan" yang bernama Syaffa', ibunda sahabat Abdurrahman bin Auf.

"Bayimu laki-laki!" Aminah tersenyum lega. Tetapi seketika ia teringat kepada mendiang suaminya, Abdullah bin Abdul Muthalib, yang telah meninggal enam bulan sebelumnya. Ya, bayi yang kemudian oleh kakeknya diberi nama Muhammad (Yang Terpuji) itu lahir dalam keadaan yatim. Ayahnya meninggal di Yatsrib ketika beliau berusia dua bulan dalam kandungan ibundanya.

Kelahiran yang yatim ini dituturkan dalam Al-Quran, "Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?"-QS Adh-Dhuha (93): 6.

Aminah, janda beranak satu itu, hidup miskin. Suaminya hanya meninggalkan sebuah rumah dan seorang budak, Barakah Al-Habsyiyah (Ummu Aiman). Sementara sudah menjadi kebiasaan bangsawan Arab waktu itu, bayi yang dilahirkan disusukan kepada wanita lain. Khususnya kepada wanita dusun, supaya hidup di alam yang segar dan mempelajari bahasa Arab yang baku. Ada hadits yang mengatakan, kebakuan bahasa warga Arab yang dusun lebih terjaga.

Menunggu jasa wanita yang menyusui, Aminah menyusui sendiri Muhammad kecil selama tiga hari. Lalu dilanjutkan oleh Tsuwaibah, budak Abu Lahab, paman Nabi Muhammad, yang langsung dimerdekakan karena menyampaikan kabar gembira atas kelahiran Nabi, sebagai ungkapan rasa senang Abu Lahab.

Sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, datang pasukan bergajah dari Negeri Yaman yang dipimpin oleh Abrahah, ingin menghancurkan ka'bah, sehingga tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW dinamakan tahun Gajah. Ketika pasukan gajah memasuki kota Mekkah, dipertengahan jalan mereka diserang oleh rombongan burung Ababil yang diutus Allah SWT, masing-masing burung membawa tiga batu, satu batu diparuhnya dan dua batu dikakinya, kemudian batu itu dijatuhkan kepasukan Abrahah, hancurlah pasukan Abrahah, dan selamatlah ka”bah dari kehancuan atas pertolongan Allah SWT.

Ada beberapa kejadian luar biasa yang mengiringi kelahiran beliau. Pada malam ketika beliau dilahirkan, istana Kisra bergetar hebat dan empat belas balkon istananya runtuh, dan api yang biasa disembah oleh orang-orang Majusi tiba-tiba padam, padahal selama ribuan tahun api itu tidak pernah padam. Selain itu, beberapa gereja di sekitar Buhairah runtuh dan ambles ke tanah.

Kejadian luar biasa juga terjadi saat Aminah mengandung Muhammad SAW. Aminah sama sekali tidak merasakan sakit sebagaimana yang dirasakan oleh wanita pada umumnya. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwasanya Aminah berkata, “Aku tidak merasakan diriku sedang mengandung dan tidak merasa kelelahan seperti yang dialami oleh kebanyakan wanita. Hanya saja aku merasa aneh ketika darah haidku terhenti. Malaikat datang kepadaku, waktu itu aku dalam keadaan antara tidur dan sadar.

Ia berkata, “Apakah engkau merasa sedang hamil?”

Rasanya aku berkata kepadanya, “Aku tidak tahu.”

“Sesungguhnya engkau telah mengandung Sayyid (Pemimpin) dan Nabi ummat ini,” kata malaikat itu.

Tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW, Aminah menceritakan bahwa ia melihat cahaya yang menerangi istana-istana Syam sehingga ia dapat melihat semua istana itu. Aminah bercerita, “Ketika aku melahirkannya, ia berlutut dengan kedua lututnya, memandang ke arah langit kemudian menggenggam segenggam tanah, lalu sujud. Ia dilahirkan dalam keadaan telah terpotong tali pusarnya. Aku lihat ia menghisap ibu jarinya yang mengalirkan air susu.”

Beberapa hari kemudian, datanglah kafilah dari dusun Bani Sa”ad, dusun yang jauh dari kota Makkah. Mereka menaiki unta dan keledai. Di antara mereka ada sepasang suami-istri, Harits bin Abdul “Uzza dan Halimah As-Sa”diyah. Harits menaiki unta betina tua renta dan Halimah menaiki keledai yang kurus kering. Keduanya sudah memacu kendaraannya melaju, tetapi tetap saja tertinggal dari teman-temannya.

Halimah dan wanita lainnya yang datang ke Makkah sedang mencari kerja memberi jasa menyusui bayi bangsawan Arab yang kaya. Sebagaimana dalam kehidupan modern, baby sitter akan mendapatkan bayaran yang tinggi bila dapat mengasuh bayi dari keluarga kaya. Sampai di kota Makkah, Halimah menjadi cemas, sebab beberapa wanita Bani Sa'ad yang tiba lebih dulu sedang ancang-ancang mudik karena sudah berhasil membawa bayi asuh mereka.

Setelah ia ke sana-kemari, akhirnya ada juga seorang ibu, yaitu Aminah, yang menawarkan bayinya untuk disusui. Namun ketika mengetahui keadaan ibu muda yang miskin itu, Halimah langsung menampik. Dia dan suaminya berkeliling kota Makkah, tetapi tidak ada satu pun ibu yang menyerahkan bayinya kepadanya untuk disusui. Ya, bagaimana mereka percaya, seorang ibu kurus yang naik keledai kurus pula akan mengasuh dengan baik bayi mereka? Hampir saja Halimah putus asa, ditambah lagi suaminya sudah mengajaknya pulang meski tidak membawa bayi asuh.

Namun, ia berkata kepada suaminya, "Aku tidak ingin pulang dengan tangan kosong. Alangkah baiknya kalau kita mau mengambil anak yatim itu sambil berniat menolong."

"Baiklah, kita bawa saja anak yatim itu, semoga Allah memberkahi kehidupan kita," ujar suaminya.

Setelah ada kesepakatan tentang harga upah menyusui, Muhammad kecil diberikan kepada Halimah. Wanita kurus kering itu pun mencoba memberikan puting susunya kepada bayi mungil tersebut. 

Dan Subhanallah! Kantung susunya membesar, dan kemudian air susu mengalir deras, sehingga sang bayi mengisapnya hingga kenyang. Dia heran, selama ini susunya sendiri sering kurang untuk diberikan kepada bayi kandungnya sendiri, tetapi sekarang kok justru berlimpah, sehingga cukup untuk diberikan kepada bayi kandung dan bayi asuhnya?

Berbarengan dengan keanehan yang dialami Halimah, suaminya juga dibuat heran, tak habis pikir, mengapa unta betina tua renta itu pun tiba-tiba kantung susunya membesar, penuh air susu. Halimah turun dari keledainya, dan terus memerah susu itu.

Dia dan suaminya sudah dalam keadaan lapar dan dahaga. Mereka meminumnya sehingga kenyang dan puas. Semua keajaiban itu membuat mereka yakin bahwa anak yatim ini benar-benar membawa berkah yang tak terduga.

Halimah menaiki dan memacu keledainya. Ajaibnya, Keledai itu berhasil menyalip kendaraan temannya yang mudik lebih dulu.

"Halimah, Alangkah gesit keledaimu. Bagaimana ia mampu melewati gurun pasir dengan cepat sekali, sedangkan waktu berangkat ke Makkah ia amat lamban," temannya berseru.

Halimah sendiri bingung, dan tidak bisa memberikan jawaban kepada teman-temannya.

Sampai di rumah pun, anak-anaknya senang, sebab orangtua mereka pulang lebih awal dari orang sekampungnya. Apalagi kemudian ayah mereka membawa air susu cukup banyak, yang tiada lain air susu unta tua renta yang kurus kering itu. 

Dalam sekejap, kehidupan rumah tangga Halimah berubah total. Dan itu menjadi buah bibir di kampungnya. Mereka melihat, keluarga yang tadinya miskin tersebut hidup penuh kedamaian, kegembiraan, dan serba kecukupan. Domba-domba yang mereka pelihara menjadi gemuk dan semakin banyak air susunya, walaupun rumput di daerah mereka tetap gersang. Keajaiban lagi!

Peternakan domba milik Halimah berkembang pesat, sementara domba-domba milik tetangga mereka tetap saja kurus kering. Padahal rumput yang dimakan sama. Karena itulah, mereka menyuruh anak-anak menggembalakan domba-domba mereka di dekat domba-domba milik Halimah. Namun, hasilnya tetap saja sama, domba para tetangga itu tetap kurus kering.

Muhammad kecil disusui Halimah sekitar dua tahun. Oleh Halimah, bayi itu dikembalikan kepada ibunya, Aminah. Namun, ibunya mengharapkan agar Muhammad tetap ikut dirinya, sebab ia khawatir bayi yang sehat dan montok tersebut menjadi terganggu kesehatannya jika hidup di Makkah, yang kering dan kotor. Maka Muhammad kecil pun dibawa kembali oleh Halimah ke dusun Bani Sa'ad.

Bayi itu menjadi balita, dan telah mampu mengikuti saudara-saudaranya menggembala domba. Ingat, hampir semua nabi pernah menjadi penggembaIa. Muhammad saat itu sudah berusia empat tahun dan dapat berlari-lari lepas di padang rumput gurun pasir. la, bersama Abdullah, anak kandung Halimah, menggembala domba-domba mereka agak jauh dari rumah.

Di siang hari yang terik itu, tiba-tiba datanglah dua orang lelaki berpakaian putih. Mereka membawa Muhammad, yang sedang sendirian, ke tempat yang agak jauh dari tempat penggembalaan. Abdullah pada waktu itu sedang pulang, mengambil bekal untuk dimakan bersama-sama dengan Muhammad, di tempat menggembala, karena mereka lupa membawa bekal. 

Ketika Abdullah kembali, Muhammad sudah tidak ada. Seketika itu juga ia menangis dan berteriak-teriak minta tolong sambil berlari pulang ke rumahnya. Halimah dan suaminya pun segera keluar dari rumahnya. Dengan tergopohgopoh mereka mencari Muhammad ke sana-kemari. Beberapa saat kemudian, mereka mendapatinya sedang duduk termenung seorang diri di pinggir dusun tersebut.

Halimah langsung bertanya kepada Muhammad, "Mengapa engkau sampai berada di sini seorang diri?"

Muhammad pun bercerita. "Mula-mula ada dua orang lelaki berpakaian serba putih datang mendekatiku.

Salah seorang berkata kepada kawannya, “Inilah anaknya.”

Kawannya menyahut, `Ya, inilah dia!”

“Sesudah itu, mereka membawaku ke sini. Di sini aku dibaringkan, dan salah seorang di antara mereka memegang tubuhku dengan kuatnya. Dadaku dibedahnya dengan pisau. Setelah itu, mereka mengambil suatu benda dari dalam dadaku dan benda itu lalu dibuang.

Aku tidak tahu apakah benda itu dan ke mana mereka membuangnya. Setelah selesai, mereka pergi dengan segera. Aku pun tidak mengetahui ke mana mereka pergi, dan aku ditinggalkan di sini seorang diri”, ujar Muhammad.

Setelah kejadian itu, timbul kecemasan pada diri Halimah dan suaminya, kalau-kalau terjadi sesuatu terhadap si kecil Muhammad. Karena itulah, keduanya menyerahkan dia kembali kepada Ibunda Aminah.

Beliau adalah Pemimpin kita, Juru Penyelamat dan Pemberi syafa”at kita Sayyiduna Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka”ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin 'Adnan. Kemudian bersambung terus nasab mulia ini sampai Nabi Ismail bin Ibrahim 'alaihima as salam.Adapun nasab dari Jalur ibunda beliau yang mulia, yaitu Sayyiduna Muhammad bin Aminah Az Zuhriyyah binti Wahb bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah Dan seterusnya".

Pertemuan kedua nasab mulia itu adalah pada kakek Nabi yang bernama Kilab bin Murrah. Inilah Nasab yang paling mulia di seantero dunia ini secara mutlak. Nasab mulia tersebut dari Rasulullah sampai 'Adnan, itulah yang disepakati kebenarannya oleh umat ini dan sudah menjadi Ijma' Ulama. Adapun nasab Adnan sampai Nabi Ismail dan Nabi Ismail sampai Nabi Adam disana terdapat khilaf (perbedaan) antara Ulama.
Rasulullah SAW manakala beliau menyebut nasabnya, tidak sampai melampaui Ma'ad bin 'Adnan bin Udad. Kemudian beliau bersabda, "Sampai disinilah bohong para ahli nasab", yakni yang meneruskan nasab beliau sampai Nabi Adam. (HR. Ad Dailami dalam Musnad Al Firdaus dari Ibnu Abbas).

Sayyiduna Abdullah bin Abbas berkata, "Antara 'Adnan sampai Ismail (kurang lebih) 30 orang (keatas) namun nama-nama mereka tidak ketahui secara pasti". Sayyiduna Abdullah bin Zubair berkata, "Kami tidak mendapati ada seseorang yang mengetahui secara pasti setelah Ma'ad bin 'Adnan". Suatu saat Imam Malik ditanya tentang seseorang yang meneruskan nasab Rasulullah sampai Nabi Adam, beliau tidak senang dan berkata, "Siapakah yang memberitahukannya !?".

Al Imam Al Habib Ahmad bin Zein Al Habsyi dengan menukil dari sebagian ulama beliau mengatakan, "Nasab Rasulullah ini sangatlah mujarrab, apabila ditulis untuk suatu kepentingan dan di dalamnya terdapat huruf-huruf Al Ism Al A'dham. Para salaf senantiasa menghafalkannya dan berwasiat kepada anak-anaknya agar juga menghafalkannya".

Yang benar menurut apa yang telah ditahqiqkan oleh Ulama seperti Imam Fakruddin Ar Razi, Al Hafidz Ibnu Hajar Al 'Asqalani dan Al Hafidz As Suyuthi serta ulama lainnya, bahwa semua ayah-kakek Rasulullah SAW tidak ada seorangpun yang kafir. Demi menjaga kemuliaan maqam an Nubuwwah. Demikian pula seluruh ibu-nenek Rasulullah SAW. Adapun yang banyak diperbincangkan mengenai Aazar , menurut ahli sejarah dia adalah paman Nabi Ibrahim bukan ayah kandungnya.

Demikian pendapat Al Hafidz As Suyuthi, Syihabuddin Ibnu Hajar dan ulama lainnya. Dan sudah maklum bahwa bangsa Arab menyebut paman dengan “ayah”. Para sejarawan panjang lebar membahas hal itu. Al Imam Al 'Allamah Ali bin Burhanuddin Al Halabi dalam As Sirah Al Halabiyyah mengatakan, "Ahlu kitab telah bersepakat bahwa Aazar adalah paman Nabi Ibrahim, Orang Arab biasa menyebut paman dengan “ayah” sebagaimana menyebut Khalah (bibi) dengan “ibu”.

Dinukil dari : Al Habib Sholeh bin Ahmad bin Salim Al Aydrus

Kamis, 13 Oktober 2011

Lima Sarat Yang Harus Kau Hindari

JIKA ENGKAU INGIN TERUS BERMAKSIAT
Ada Lima Sarat Yang Harus Kau Hindari Di dunia
Nasihat Ibrahim...

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Pada suatu hari Ibrahim bin Adham didatangi oleh seorang lelaki yang gemar melakukan maksiat. Lelaki tersebut bernama "Jahdar bin Rabi'ah. Ia meminta nasehat kepada Ibrahim agar ia dapat menghentikan perbuatan maksiatnya. Ia berkata, "Ya... Aba Ishak, aku ini seorang yang suka melakukan perbuatan maksiat. Tolong berikan aku cara yang ampuh untuk menghentikannya!" 

Setelah merenung sejenak, Ibrahim berkata, "Jika kau mampu melaksanakan lima syarat yang kuajukan, aku tidak keberatan kau berbuat dosa." Tentu saja dengan penuh rasa ingin tahu yang besar " Jahdar balik bertanya, "Apa saja syarat syarat itu, ya Aba Ishak?"

"Syarat pertama, jika engkau melaksanakan perbuatan maksiat, janganlah kau memakan rezeki Allah," ucap Ibrahim." Jahdar
Rabi'ah. mengernyitkan dahinya lalu berkata, "Lalu aku makan dari mana? Bukankah segala sesuatu yang berada di bumi ini adalah rezeki Allah?" "Benar," jawab Ibrahim dengan tegas. 

"Bila engkau telah mengetahuinya, masih pantaskah engkau memakan rezeki-Nya, sementara Kau terus-menerus melakukan maksiat dan melanggar perintah-perintahnya?"  "Baiklah," jawab Jahdar Rabi'ah. tampak menyerah.

"Kemudian apa syarat yang kedua?"
"Kalau kau bermaksiat kepada Allah, janganlah kau tinggal di bumi-Nya," kata Ibrahim lebih tegas lagi. Syarat kedua membuat "Jahdar Rabi'ah. lebih kaget lagi. "Apa? Syarat ini lebih hebat lagi. Lalu aku harus tinggal di mana? Bukankah bumi dengan segala isinya ini milik Allah?"

"Benar wahai hamba Allah. Karena itu, pikirkanlah baik-baik, apakah kau masih pantas memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, sementara kau terus berbuat maksiat?" tanya Ibrahim. "Kau benar Aba Ishak," ucap Jahdar Rabi'ah. kemudian.

"Lalu apa syarat ketiga?" tanya Jahdar
Rabi'ah. dengan penasaran.
"Kalau kau masih bermaksiat kepada Allah, tetapi masih ingin memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, maka carilah tempar bersembunyi dari-Nya." Syarat ini membuat lelaki itu terkesima. "Ya Aba Ishak, nasihat macam apa semua ini? Mana mungkin Allah tidak melihat kita?"

"Bagus! Kalau kau yakin Allah selalu melihat kita, tetapi kau masih terus memakan rezeki-Nya, tinggal di bumi-Nya, dan terus melakukan maksiat kepada-Nya, pantaskah kau melakukan semua itu?" tanya Ibrahin kepada Jahdar yang masih tampak bingung dan terkesima. Semua ucapan itu membuat Jahdar bin Rabi'ah tidak dapat berkutik dan membenarkannya.

"Baiklah, ya Aba Ishak, lalu katakan sekarang apa syarat keempat?" 
 "Jika malaikat maut hendak mencabut nyawamu, katakanlah kepadanya bahwa engkau belum mau mati sebelum bertaubat dan melakukan amal saleh." Jahdar termenung. Tampaknya ia mulai menyadari semua perbuatan yang dilakukannya selama ini. Ia kemudian berkata, "Tidak mungkin... tidak mungkin semua itu aku lakukan." "Wahai hamba Allah, bila kau tidak sanggup mengundurkan hari kematianmu, lalu dengan cara apa kau dapat menghindari murka Allah?"

Tanpa banyak komentar lagi, ia bertanya syarat yang kelima, yang merupakan syarat terakhir. Ibrahim bin Adham untuk kesekian kalinya memberi nasihat kepada lelaki itu. "Yang terakhir, bila malaikat Zabaniyah hendak menggiringmu ke neraka di hari kiamat nanti, janganlah kau bersedia ikut dengannya dan menjauhlah!"

Lelaki itu nampaknya tidak sanggup lagi mendengar nasihatnya. Ia menangis penuh penyesalan. Dengan wajah penuh sesal ia berkata, "Cukup…cukup ya Aba Ishak! Jangan kau teruskan lagi. Aku tidak sanggup lagi mendengarnya. Aku berjanji, mulai saat ini aku akan beristighfar dan bertaubat nasuha kepada Allah."

Jahdar
Rabi'ah. memang menepati janjinya. Sejak pertemuannya dengan Ibrahim bin Adham, ia benar-benar berubah. Ia mulai menjalankan ibadah dan semua perintah-perintah Allah dengan baik dan khusyu'.

Ibrahim bin Adham yang sebenarnya adalah seorang pangeran yang berkuasa di Balakh itu mendengar bahwa di salah satu negeri taklukannya, yaitu negeri Yamamah, telah terjadi pembelotan terhadap dirinya. Kezaliman merajalela. Semua itu terjadi karena ulah gubernur yang dipercayainya untuk memimpin wilayah tersebut. Selanjutnya, Ibrahim bin Adham memanggil Jahdar bin Rabi'ah untuk menghadap.

Setelah ia menghadap, Ibrahim pun berkata, "Wahai Jahdar
Rabi'ah., kini engkau telah bertaubat. Alangkah mulianya bila taubatmu itu disertai amal kebajikan. Untuk itu, aku ingin memerintahkan engkau untuk memberantas kezaliman yang terjadi di salah satu wilayah kekuasaanku."

Mendengar perkataan Ibrahim bin Adham tersebut Jahdar Rabi'ah. menjawab, "Wahai Aba Ishak, sungguh suatu anugrah yang amat mulia bagi saya, di mana saya bisa berbuat yang terbaik untuk umat. 

Dan tugas tersebut akan saya laksanakan dengan segenap kemampuan yang diberikan Allah kepada saya. Kemudian di wilayah manakah gerangan kezaliman itu terjadi?" Ibrahim bin Adham menjawab, "Kezaliman itu terjadi di Yamamah. Dan jika engkau dapat memberantasnya, maka aku akan mengangkat engkau menjadi gubernur di sana."

Betapa kagetnya Jahdaar
Rabi'ah. mendengar keterangan Ibrahim bin Adham. Kemudian ia berkata, "Ya Allah, ini adalah rahmat-Mu dan sekaligus ujian atas taubatku. "Yamamah adalah sebuah wilayah yang dulu sering menjadi sasaran perampokan yang aku lakukan dengan gerombolanku. Dan kini aku datang ke sana untuk menegakkan keadilan. Subhanallah, Maha Suci Allah atas segala rahmat-Nya." 

Kemudian, berangkatlah Jahdar bin Rabi'ah ke negeri Yamamah untuk melaksanakan tugas mulia memberantas kezaliman, sekaligus
Jahdaar Rabi'ah. menunaikan amanah menegakkan keadilan. Pada akhirnya ia berhasil menunaikan tugas tersebut, serta menjadi hamba Allah yang taat hingga akhir hayatnya. 

Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia Wallahu'alam bish showabb 
(by Nurasajati)

Rabu, 12 Oktober 2011

***Mutiara Lima Kata.....***

Assalamu Allaikum Wr. Wb.

Rasulullah saw. bersabda: 
Orang yang memandang rendah lima 
Manusia, ia merugi akan lima hal : 
memandang rendah Ulama, rugi tentang agama
memandang rendah Penguasa, rugi tentang dunia 
memandang rendah Tetangga, rugi akan bantuannya
memandang rendah Saudara, rugi akan darmanyadan 
memandang rendah Keluarga, rugi akan harmonisnya

Rasulullah saw. bersabda:
 
Akan datang suatu masadimana ummatku mencinta lima
hingga mereka lupakan lima :
cinta dunia, lupa alam baka
cinta tanah subur, lupa alam kubur 
cinta harta benda, lupa hisab amalnya 
cinta anak istri, lupa bidadaridan 
cinta diri sendiri, lupa pada Ilahi

Rasulullah saw. bersabda:
 
ALLAH berikan lima upaya dan disediakan-NYA imbalan lima : 
ALLAH ajari insan bersyukurdan DIA berikan tambahan makmur 
ALLAH ajari insan berdoadan DIA jamin akan ijabahnya 
ALLAH ajari insan bertobatdan DIA jamin diterima tobatnya 
ALLAH ajari insan istighfardan DIA sediakan pengampunannya 
ALLAH ajari insan berdermadan DIA bersedia membalas dermanya

Abu Bakar r.a. berkata:
 
Ada lima kegelapan 
dan lima penerangnya 
Kegelapan pertama cinta harta,
penerangnya dengan bertakwa 
Kegelapan kedua laku maksiat,
penerangnya dengan bertobat 
Kegelapan ketiga di alam kubur, 
penerangnya dengan berdzikir 
Kegelapan keempat alam akhirat, 
penerangnya dengan bertaat 
Kegelapan kelima jembatan shirath 
penerangnya dengan i’tiqad

Umar r.a. berkata:
 
Ada lima golongan penghuni surga 
Orang fakir yang menanggung hidup keluarga 
Istri yang disayang oleh suaminya 
Anak yang diridhai kedua orangtuanya 
Calon istri yang mendermakan mahar kepada suaminya 
dan orang mukmin yang selalu bertobat pada Tuhannya

Utsman r.a. berkata:
 
Tanda-tanda orang bertakwa, 
ialah suka berteman insan 
berimanmampu mengendalikan farji dan lisan 
memandang kesukseksan sebagai suatu cobaan 
memandang cobaan sebagai sebuah keberuntungan 
dan mampu menjaga diri dari berlebih-lebihan     

Ali r.a. berkata: 
Seluruh manusia akan menjadi saleh jika saja tak ada lima masalah 
Tak ada kerelaan atas kebodohan 
Tak ada keserakahan atas kekayaan 
Tak ada rasa bakhil atas hartawan 
Tak ada sifat riya’ bagi insan beriman 
dan tak ada ilmuwan yang mendewakan karya pemikiran

Jumhur ulama menyatakan: 
ALLAH muliakan Nabi akhir zaman dengan lima macam keutamaan 
tentang penyebutan, 
tentang anggota badan
tentang pemberian,
tentang kekeliruandan 
tentang kerelaan 
Perihal pertama, ALLAH tidak memanggilnya berdasar nama
perihal kedua, ALLAH Sendiri Yang ijabahi pintanya 
perihal ketiga, ALLAH memberinya tanpa ia meminta 
perihal keempat, ALLAH telah mengampuninya sebelum ia berbuat dosa 
perihal kelima, ALLAH selalu menerima apa pun pemberiannya
*************************************************************

Selasa, 11 Oktober 2011

MERAJUT IKATAN HATI


Saudaraku...

Allah Azza Wa Jalla berfirman, ''Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), 'Bukankah Aku ini Tuhanmu?' Mereka menjawab, 'Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.' (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, 'Sesungguhnya, ketika itu, kami (Bani Adam) lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)'.'' (QS [7]:172).

Penegasan itu menjadi potensi bagi setiap manusia, tanpa terkecuali, agar senantiasa mengasah fitrahnya. Barang siapa yang berusaha untuk mencapai hidayah-Nya, Allah akan memudahkannya. Sebaliknya, mereka yang hanya menerima saja dan enggan berusaha, ia akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diusahakannya.

Maka, beruntunglah mereka yang selalu mengasah fitrah keimanannya. Dengan bekal keimanan ini, setiap Mukmin dan Mukmin yang lain seharusnya memiliki ikatan batin yang kuat. Ini karena setiap Mukmin berjalan dalam satu jalan yang sama untuk meniti tujuan yang sama, yaitu mendapatkan keridhaan Allah Azza Wa Jalla .

Ikatan hati ini telah Rasulullah Sallallhu 'alaihi wasallam gambarkan dalam sebuah hadis. ''Perumpamaan seorang Mukmin dan Mukmin yang lainnya dalam cinta dan kasih sayang mereka bagaikan tubuh yang satu. Apabila salah satu anggota tubuhnya ada yang sakit, seluruh tubuh yang lain merasa sakit dan demam.'' (HR Muslim).

Kita pun diingatkan kepada generasi awal di masa para sahabat. Keyakinan yang mereka pegang menumbuhkan rasa saling mengasihi, tolong-menolong, dan berbagi antarsesama. Mereka menganggap Mukmin yang lainnya seperti saudara sendiri.

Kondisi tersebut tidak mustahil terjadi pada masa kini. Sebab, setiap Mukmin memiliki potensi yang sama untuk mewujudkan rasa kebersamaan. Tinggal bagaimana seseorang mampu mengasah hatinya dan mengaplikasikan keimanannya dengan sebenar-benarnya iman.

Iman mengandung tiga unsur, yaitu meyakini, melafalkan dengan lisan, dan mengamalkannya dengan kerja nyata. Tujuannya agar setiap Mukmin tidak hanya mementingkan diri sendiri, tapi mengharuskannya untuk berbaur saling menolong dan saling menasihati antarsesama dalam kebenaran.

Maka itu, ketika ada yang mengingatkan tindakan salah yang dilakukan, seharusnya terucap kata terima kasih, bukannya cacian atau balas dendam. Masukan sejatinya merupakan luapan rasa sayang yang muncul dari lubuk hati karena setiap Mukmin dan Mukmin lainnya adalah sehati dalam bingkai keimanan...Wallahu'alam Bishawab ..

Senin, 10 Oktober 2011

SANDARAN HATI.

by Aang Saeful Millah & 
 NAJIB OPIEC AKHSANI

“Orang yang paling pedih cobaannya di dunia adalah para Nabi, kemudian orang-orang saleh, kemudian orang-orang yang derajatnya dekat dengan mereka.” (HR Al Hakim). Hidup adalah perjuangan. 
Tidaklah mudah menjadi seorang yang istiqamah dalam kebenaran, karena tidak jarang dalam kebenaran godaan hidup sering menghampiri.Namun, juga tak sulit untuk beristiqomah asal ada niat dan kemauan yang kuat.

Kelaparan, kemiskinan, kesedihan, kehormatan, dan kekayaan adalah di antara pintu yang kerap dimasuki setan, untuk menyeret seseorang bergabung dalam barisannya. Bukan hanya orang yang berperangai buruk yang mendapatkan ujian, orang baikpun mendapatkan ujian yang sama dari Allah. Karena itu, ketika godaan tersebut mendatangi kita, yang patut dilakukan adalah menyandarkan diri dan memohon perlindungan pada Yang Mahakuasa, Allah. “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al A’raf[7]:200).

Tidak sedikit orang yang salah dalam bergantung dan bersandar, jatuh dalam jurang kesesatan, yang berakibat penyesalan. Putra dan istri Nabi Nuh AS, misalnya, mereka hanya bergantung kepada ketinggian gunung, untuk menyelamatkan diri dari banjir yang dahsyat. Padahal, ada Zat Yang Maha tinggi, yang jika menghampiri dan mendekatiNya. Dia akan lebih mendekat dan menyelamatkannya. 

Orang yang menyandarkan hatinya pada Allah selalu akan menuai ketentraman. Dalam surat Alma’rij ayat 19-23, dijanjikan bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam shalatnya, akan selamat dari sifat buruk, keluh kesah, dan kikir. Itu sebabnya shalat yang baik dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan shalat adalah wujud penyerahan dan penyandaran hati pada Allah SWT, “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat.” (QS Albaqarah[2]:153).

Ketika Musa AS dan umatnya mengalami tekanan berat dari Fir’aun, ketika Muhammad dan para sahabatnya menerima kecaman dari orang-orang kafir, hanya satu yang mereka lakukan; mendekat pada Allah. Mereka semua bersandar seraya bermunajat pada Allah agar diberikan keselamatan dan kekuatan. Hanya orang yang sombonglah yang tidak mau bergantung pada Allah. Hanya orang sombonglah yang menganggap apa yang dimiliki mampu menyelamatkan hidupnya. Terlalu sayang kalau hidup yang sekali ini hanya untuk menyombongkan diri

YA ROBB.... 


Tambatkan hati kami hanya kepada rizqi Mu yang halal dan baik saja.... palingkan kami dari kesia-siaan perbuatan kami. Sungguh tulang-belulang yang rapuh ini takkan mampu melintas diatas Jahanam-Mu..... Tidak semua orang mengetahui bahwa jauh di dalam jiwanya setiap hari bergaung selaksa do'a tanpa kata...

"Ya Allah.. Di pagi hari ini aku dalam nikmat, kesejahteraan dan penjagaan dari-Mu, Maka sempurnakanlah untukku nikmat kesejahteraan dan penjagaan dari-Mu di dunia dan akhirat." Ya Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang...begitu besar dan tak terhingga ni'mat yang Engkau berikan kepada hamba-Mu yang hina ini. Alhamdulillah, Engkau masih mempercayakan nikmat-Mu yang besar, nikmat Islam danm nikmat Iman kepada hamba-Mu yang miskin hati ini sampai saat ini... Sampai detik ini...

Ya Robbi Yang Maha Agung...tak terasa, hitungan waktu telah dan akan terus berjalan sampai waktu yang Engkau tetapkan. Telah cukup lama pula hamba berhimpun bersama saudara-saudara seaqidah untuk berjuang menegakkan Dien-Mu. Bersatu dalam menghadapi cobaan dan godaan di sekeliling kami yang begitu berat kami rasakan, bahkan hampir-hampir tak kuasa rasanya bagi kami untuk menahan diri.

Ya Allah Yang Maha Pemurah.... Sesungguhnya kami sadar, bahwa perjalanan dakwah itu panjang, bukanlah hal yang ringan, bukan pula perjalanan yang menyenangkan. Seperti disabdakan Rasul-Mu tercinta, "Surga itu dikelilingi dengan hal yang tidak menyenangkan, Neraka itu dikelilingi oleh kesenangan-kesenangan

" Ya Robbi Sang Pemilik Hati.... kami sangat berharap, bahwa amal-amal kami tidak untuk dilihat atau dinilai oleh manusia lain. Kami juga sangat berharap...kami tidak hanya mampu berbicara dihadapan orang lain tentang hal-hal yang baik tapi kami tidak melakukannya. Na'udzubillah min dzalik...jauhkanlah kami dari sifat seperti itu,

Ya Robbi. Ya Allah, Ya Robbi... Hanya Engkaulah yang tahu setiap isi hati. Hanya Engkau Maha Mengetahui..apakah iman kami sudah benar??!! Rasanya jika kami selalu sadar akan ke-Maha Mengetahuinya Engkau, tidak akan terbesit pada hati kami rasa ujub..riya..Merasa diri paling benar...meremehkan saudara kami sendiri...dan penyakit hati lainnya.

Ya Allah, Ya Allah Yang Maha Berkuasa... Berilah kami kekuatan serta bekal untuk dapat berdakwah dijalan-Mu... untuk dapat mengajak saudara-saudara kami yang lain turut merasakan manisnya Islam dan nikmatnya Iman. Berilah kami kekuatan agar kami dapat memberikan simpati... agar dapat membangkitkan ikatan hati diantara kami dan saudara-saudara kami yang lain.

Berilah kami kekuatan agar selalu dapat berlapang dada dalam menghadapi perbedaan. Kami tidak ingin kerja keras yang telah kami usahakan menjadi tidak bernilai dimata-Mu... hanya karena rasa kesal terhadap saudara... tidak ikhlas..ghibah.. dan hal-hal lainnya yang tanpa sadar muncul pada diri kami. Astaghfirullah Al'adziim... Ampunilah dosa-dosa kami ya Allah.

Ya Robbi Berilah kami kekuatan untuk dapat selalu berbaik sangka diantara kami. Ridhoilah kami untuk menjadi manusia yang bijak yang dapat memandang masalah dari akar dan latar belakang masalahnya... dan juga tidak memvonis seseorang dengan melihat lahiriyahnya saja.

Ya Robbi.. Berilah kami kekuatan untuk saling percaya diantara kami. Ya Robb Sang Pembolak-balik Hati...berilah kami kekuatan untuk dapat selalu berniat ikhlas..bekerja di medan dakwah ini karena-Mu ya Allah. Ya Allah Dzat Yang Maha Sempurna.. Kami sadar..bahwa kualitas amal kami tergantung pada keikhlasan dalam hati kami. Ya Allah.. Seperti yang dikatakan oleh hamba-Mu yang mulia, Khalifah Umar bin Khattab

"Islam memperoleh kemenangan karena musuh Allah bermaksiat kepada Allah...tetapi kalau kita sama-sama bermaksiat, maka kita sama-sama kalah" Ya Allah.. Hamba tidak tahu apakah kerja dakwah selama ini mempunyai nilai dimata-Mu, hamba hanya dapat berusaha dan berdo'a, agar Engkau selalu berkenan memberikan kasih sayang-Mu... Petunjuk-Mu...Keistiqomahan..serta Keridhaan-Mu kepada hamba-Mu yang hina ini. Semoga renungan hamba ini..bukan hanya renungan kesadaran yang muncul untuk satu saat saja.. tapi hamba berharap renungan ini akan muncul setiap saat kami melakukan kerja dakwah yang panjang dan berliku.

KISAH SITI FATIMAH

BY UMMI HAYFA (MENATA HATI)

Gembira hatinya, gembiralah Rasulullah. Tertitis air matanya, berdukalah baginda. Dialah satu-satunya puteri yang paling dikasihi oleh junjungan Rasul selepas kewafatan isterinya yang paling dicintai, Siti Khadijah. Itulah Siti Fatimah, wanita terkemuka di dunia dan penghuni syurga di akhirat. Bersuamikan Sayyidina Ali bukanlah satu kebanggaan yang menjanjikan kekayaan harta.


Ini adalah kerana Sayyidina Ali yang merupakan salah seorang daripada empat sahabat yang sangat rapat dengan Rasulullah, merupakan kalangan sahabat yang sangat miskin berbanding dengan yang lain. Namun jauh di sanubari Rasulullah tersimpan perasaan kasih dan sayang yang sangat mendalam terhadapnya. Rasulullah. pernah bersabda kepada Sayyidina Ali,"Fatimah lebih kucintai daripada engkau, namun dalam pandanganku engkau lebih mulia daripada dia."(Riwayat Abu Hurairah)

Wanita pilihan untuk lelaki pilihan. Fatimah mewarisi akhlak ibunya Siti Khadijah. Tidak pernah membebani dan menyakiti suami dengan kata- kata atau sikap. Sentiasa senyum menyambut kepulangan suami hingga hilang separuh masalah suaminya. Dengan mas kahwin hanya 400 dirham hasil jualan baju perang kepada Sayyidina Usman Ibnu Affan itulah dia memulakan penghidupan dengan wanita yang sangat dimuliakan Allah di dunia dan di Akhirat. 

Bukan Sayyidina Ali tidak mahu menyediakan seorang pembantu untuk isterinya tetapi sememangnya beliau tidak mampu berbuat demikian. Meskipun beliau cukup tahu isterinya saban hari bertungkus-lumus menguruskan anak-anak, memasak, membasuh dan menggiling tepung, dan yang lebih memenatkan lagi bila terpaksa mengandar air berbatu-batu jauhnya sehingga kelihatan tanda di bahu kiri dan kanannya. 

Suami mana yang tidak sayangkan isteri. Ada ketikanya bila Sayyidina Ali berada di rumah, beliau akan turut sama menyinsing lengan membantu Siti Fatimah menggiling tepung di dapur. "Terima kasih suamiku," bisik Fatimah pada suaminya. Usaha sekecil itu, di celah-celah kesibukan sudah cukup berkesan dalam membelai perasaan seorang isteri.

Suatu hari, Rasulullah masuk ke rumah anaknya. Didapati puterinya yang berpakaian kasar itu sedang mengisar biji-biji gandum dalam linangan air mata. Fatimah segera mengesat air matanya tatkala menyedari kehadiran ayahanda kesayangannya itu. Lalu ditanya oleh baginda, "Wahai buah hatiku, apakah yang engkau tangiskan itu? Semoga Allah menggembirakanmu.". 

Dalam nada sayu Fatimah berkata, "Wahai ayahanda, sesungguhnya anakmu ini terlalu penat kerana terpaksa mengisar gandum dan menguruskan segala urusan rumah seorang diri. Wahai ayahanda, kiranya tidak keberatan bolehkah ayahanda meminta suamiku menyediakan seorang pembantu untukku?"

Baginda tersenyum seraya bangun mendapatkan kisaran tepung itu. Dengan lafaz Bismillah, Baginda meletakkan segenggam gandum ke dalam kisaran itu. Dengan izin Allah, maka berpusinglah kisaran itu dengan sendirinya. Hati Fatimah sangat terhibur dan merasa sangat gembira dengan hadiah istimewa dari ayahandanya itu. Habis semua gandumnya dikisar dan batu kisar itu tidak akan berhenti selagi tidak ada arahan untuk berhenti, sehinggalah Rasulullah menghentikannya. 

Berkata Rasulullah dengan kata-kata yang masyhur, "Wahai Fatimah, Gunung Uhud pernah ditawarkan kepadaku untuk menjadi emas, namun ayahanda memilih untuk keluarga kita kesenangan di akhirat." Jelas, Baginda Rasul mahu mendidik puterinya bahawa kesusahan bukanlah penghalang untuk menjadi solehah. Ayahanda yang penyayang terus merenung puterinya dengan pandangan kasih sayang, "Puteriku, mahukah engkau kuajarkan sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kau pinta itu?". "Tentu sekali ya Rasulullah," jawab Siti Fatimah kegirangan.

Rasulullah bersabda, "Jibril telah mengajarku beberapa kalimah. Setiap kali selesai sembahyang, hendaklah membaca 'Subhanallah' sepuluh kali, Alhamdulillah' sepuluh kali dan 'Allahu Akbar' sepuluh kali. Kemudian ketika hendak tidur baca 'Subhanallah', 'Alhamdulillah' dan 'Allahu Akbar' ini sebanyak tiga puluh tiga kali.". Ternyata amalan itu telah memberi kesan kepada Siti Fatimah. Semua kerja rumah dapat dilaksanakan dengan mudah dan sempurna meskipun tanpa pembantu rumah. Itulah hadiah istimewa dari Allah buat hamba-hamba yang hatinya sentiasa mengingatiNya.


NASIBAH BIN KA’AB MUJAHIDAH YANG DIRINDUKAN SORGA


BY SITI FATIMAH AL-FARISY (MENATA HATI)

Nasibah bin Ka’ab adalah putra dari Abdulloh bin Kaab yang bergelar Ummu Umaroh , Beliau sosok wanita pertama yang mengangkat senjata berperang bersama Rosululloh Saw dalam perang UHUD yang telah menewaskan ribuan Sahabat – sahabat Rosululloh saw termasuk keluarga Nasibah bin Ka’ab yang semuanya gugur ikut berperang mendampingi Rosululloh saw.

Ketika kaum Muslimin yang dipimpin Rosululloh berperang di Bukit UHUD , kala itu Nasibah bin Ka’ab sedang berada di rumah dan berkumpul dengan anggota keluarganya. Nasibah mendengar Teriakan riuh dan gema Takbir ‘Alloh huakkbar”, dan Nasibah memberitahu suaminya “Sa’id ” bahwa Rosululloh dan pasukannya sedang bertempur di bukit UHUD.

Seketika itu bangkitlah Sa’id dan menyuruh istrinya mempersiapkan Kuda dan senjata untuk ikut bergabung dengan rosululloh berperang melawan tentara kafir. Bawalah Pedang ini dan jangan Pulang sampai kau memperoleh kemenangan” kata Nasibah memberi semangat suaminya yang akan berperang. 

Ditatap wajah istrinya dengan penuh Cinta berangkatlah Sa’id dan bergabung dengan Rosululloh saw dan Rosulpun menatap Said dengan senyuman. Dengan gagah Said bertempur dengan pasukan kafir hingga akhirnya Said gugur ditebas pedang oleh tentara kafir. Lalu Rosululloh mengutus Sahabat untuk menemui istri Sa’id dirumah bahwa suaminya telah gugur.

Berangkatlah utusan tersebut untuk menemui Nasibah bin Kaab istri Sa’id di rumah. “Assalamualaikum ” Wahai Nasibah ada Salam dari Rosululloh dan Suamimu Said telah gugur ” ,kata Utusan Rosululloh .” Innalillahi wa inna ilahi roji’un , alhamdulillah suamiku telah memperoleh kemenangan , lihatlah Wahai kedua anakku , Ayahmu telah memperoleh kemenangan, dia telah menjadi Syahid. Ibu menangis bukan karena sedih kehilangan Ayahmu Nak tapi ibu sedih karena tidak ada yang menggantikan ayahmu untuk berjuang bersama Rosululloh.

Bangkitlah Amar putra tertua Nasibah bin Kaab , Wahai ibu biar aku yang menggantikan posisi ayah untuk berjuang bersama Nabi Muhammad saw . Alhamdulillah pergilah Nak….jangan kau biarkan Rosulullloh terluka. Berangkatlah Amar bin Said bersama utusan Rosululloh dan menghadap Rosululloh. Wahai Rosululloh Saya Amar putra Said akan bergabung dengan mu membela agama Alloh. Rasululloh memeluknya dengan haru” Engkau pemuda islam sejati dan Alloh memberkatimu. Bertempurlah Amar bin Said dengan gagahnya menghalau pasukan kafir. Hingga akhirnya Amar gugur sebagai Syahid.

Datanglah utusan kembali menemui Nasibah bin Ka’ab dan mengabarkan berita gugurnya Amar putra tertua Nasibah. Meneteslah air mata Nasibah mendengar berita tersebut, melihat hal itu Utusan Rosululloh mencoba menghiburnya . Namun Nasibah dengan Tegar mengatakan “Aku menangis bukan karena kehilangan putraku Amar , tapi siapa lagi yang aku utus untuk membantu Rosululloh saw berperang, sedangkan putra keduaku Saad masih terlalu remaja untuk ikut berperang melawan pasukan kafir ”

Tiba tiba Saad putra kedua Nasibah bangkit’ Wahai ibu biar aku masih remaja izinkan aku juga membantu Rosulullloh dan akan aku buktikan bahwa aku mampu berperang seperti Ayah dan kakakku. Mendengar hal itu bukan main senangnya Nasibah bin Kaab, Alhamdulillah berangkatlah nak sampaikan salam ku untuk Rosululloh . Walaupun masih remaja namun kemampuan Saad untuk bertempur sangat luar biasa, banyak pasukan kafir yang tewas ditangan Saad.

Bak singa mengamuk Saad mempora porandakan pertahanan pasukan kafir, hingga akhirnya sebilah anak panah menembus jantungnya dan gugurlah Saad dengan senyum kemenangan. Dan rosulullloh pun kembali mengutus sahabatnya untuk menyampaikan gugurnya Saad kerumah Nasibah .

Wahai sahabat Rosul aku sudah tidak punya siapa siapa lagi , hanya tubuh renta ini yang aku miliki maka bawalah aku menemui Rosululoh untuk ikut berperang dengannya dengan lantang Nasibah mengutarakan Niatnya untuk berperang bersama Rosululloh.

Menghadaplah Nasibah menemui Rosululloh untuk ikut angkat senjata bersamanya.” Wahai Nasibah belum waktunya perempuan untuk angkat senjata kata Rosululloh, untuk itu kau Rawatlah para prajurit yang terluka karena pahalanya sama dengan orang yang berperang.

Nasibah turut berjuang bersama pasukan muslimin dalam perang Uhud. Nasibah hanya membawa kantong air untuk memberi minum para pejuang serta perban untuk membalut luka mereka. Namun saat Nasibah melihat kemenangan kaum muslimin yang telah digenggam tiba tiba lepas karena banyak pasukan yang tidak menaati rasullulloh,Pasukan Rasululloh meninggalkan Bukit Uhud dan beberapa mereka mengumpulkan harta rampasan Perang dan Nasibah melihat orang orang meninggalkan rasululloh, maka Nasibahpun pun maju untuk membentengi rasullulloh dari serangan orang- orang kafir kafir. Ia berjuang begitu gigih demi melindungi Rosululloh, dengan sebilah pedang Nasibah ikut berperang melindungi Rosululloh .

Orang orang yang tadinya meninggalkan rosululloh tercengang ketika Rosulullloh di serang oleh pasukan kafir. Keadaan semakin kacau pasukan Rosululloh banyak yang gugur. Tangan Kanan Nasibah putus terhempas pedang kaum Kafir, namun tak mematahkan semangatnya untuk tetap berjuang membela agama Alloh.

Dengan lengan yang putus Nasibah mencari Rosululloh dan merasa khawatir akan keselamatan Rosululloh dan hatinya galau takut Rosululloh terluka, dan tiba tiba Pedang kaum kafir menebas lehernya robohlah tubuh Nasibah ketanah . dan seketika itu pula langit menjadi Gelap dan mendung . kedua pasukan yang saling bertempur terperangah melihat kejadian tersebut. Rasululloh pun bersabda” Kalian lihat langit tiba tiba mendung? itu adalah bayangan ribuan malaikat yang menyambut kedatangan arwah Nasibah Syahidah yang perkasa”. Subhahanalloh