Assalamu"alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Himbawau kepada para Da,i.
Dalam kehidupan ini manusia dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu:
1. Manusia yang Berprilaku dengan Akhlak Islamiah Ia adalah orang yang rajin beribadah dan rajin ke masjid. Orang yang seperti ini harus di nomor satukan, karena mereka lebih dekat dengan dakwah kita, sehingga tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan untuk mengajak mereka pun tidak banyak kesulitan, insya Allah.
2. Manusia yang Berprilaku dengan Akhlak AsasiyahIa adalah orang yang tidak taat beragama, tetapi tidak mau terang-terangan dalam berbuat maksiat karena ia masih menghormati harga dirinya. Orang-orang semacam ini menempati urutan kedua.
3. Manusia yang Berprilaku dengan Akhlak JahiliahIa adalah orang yang bukan dari golongan yang pertama atau kedua. Dialah orang yang tidak peduli terhadap orang lain, sedang orang lain mencibirnya karena perbuatan dan perangainya yang jelek.
Rasulullah SAW bersabda,“Sesungguhnya sejelek-jelek tempat manusia disisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang ditinggalkan (dijauhi) masyarakatnya karena takut dengan kejelekannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)Golongan inilah yang disebut dalam sabda Rasulullah SAW sebagai, “Sejelek-jelek teman bergaul!” (HR. Muslim)
Orang-orang semacam ini menempati urutan terakhir dalam prioritas dakwah fardiyah.Ada seseorang berdiri dibawah pohon apel yang sedang berbuah lebat. Jika ia ingin memetik, ia terlebih dulu memetik buah yang dapat dijangkau dengan tangannya.
Jika sudah habis, dan tinggal yang paling atas, maka jika dapat dijangkau buah itu akan dipetik dan kalau tidak, buah tersebut tidak akan terpetik
.Bukan berarti seorang da’I harus tetap berpegang dan terikat dengan urusan ini, karena kadangkala keadaan bisa mengubah pandangannya dalam hal ini –dengan izin Allah- seperti yang terjadi pada Umar bin Khathab ra., Khalid bin Walid ra., Amr bin Ash ra., dan yang lainnya
Ada seorang yang pergi ke pantai untuk memancing ikan dengan membawa peralatan pancing. Menurut pengalamannya, dengan peralatan yang ia bawa itu, hanya akan mendapatkan ikan-ikan kecil. Tetapi pada saat itu ia terkejut karena mendapatkan ikan yang besar.
Tatkala seorang da’I melihat beberapa pemuda –yang wajah mereka menyiratkan ketaatan-- maka ia berkeinginan untuk berkenalan dan mengajak mereka ke jalan dakwah.Yang perlu diperhatikan adalah dalam mendekati mereka dibutuhkan langkah yang cermat, karena biasanya pemuda-pemuda ini mempunyai seseorang yang mereka segani dan hormati.
Jika seorang da’I dapat mendekati orang tersebut, sangat dimungkinkan pemuda-pemuda itu mengikuti dakwah kita. Namun jika pendekatan ini tidak berhasil, sebagai da’I ia tidak boleh putus asa. Ia harus mendekati salah satu pemuda --diantara pemuda-pemuda tadi-- yang pemahamannya terhadap dakwah islamiah lebih mantap, bergaul dengannya --dan juga yang lain-- dengan sabar dan penuh kasih sayang tanpa menyinggung permasalahan yang dapat menyebabkan hubungan itu terganggu.
Jika --dengan izin Allah-- pemuda itu mau menerima ajakan kita, ini akan sangat membantu usaha kita untuk mengajak teman-temannya yang lain.Pendekatan itu harus dilakukan dengan lemah lembut. Kita harus menyadari bahwa kita tidak diwajibkan untuk menjadikan mereka semua menerima ajakan kita, namun jika mereka semua menerima ajakan kita, itu adalah rahmat dari Allah SWT.
Hanya Dialah yang berhak memberikan hidayah. Allah SWT berfirman,“Sesungguhnya kamu tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah lah yang memberi hidayah kepada yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashsh: 56)
Ayat ini menjelaskan bahwa walaupun kita memberikan segenap hati kita untuk mengajak mad’u kita, tetapi hanya Allah-lah yang berhak membolak-balikkan hati orang tersebut.
Seorang tukang roti berdiri di depan forn (tempat pembakaran roti, sambil memasukan potongan-potongan roti ke dalamnya. Setelah menunggu beberap saat, ia mengeluarkan roti yang sudah matang dan membolak-balikan yang belum matang. Setiap kali ada roti yang sudah matang, ia akan mengeluarkannya. Bisa dipastikan bahwa ada beberapa potong roti yang jatih ke dalam api dan terbakar.
Inilah keadaan da’I tatkala berdakwah di masyarakat, ia memberi sekaligus menerima (give and take). Suatu saat ia mendekat dan pada saat yang lain ia menjauh.
Ia akan memberi kepada setiap orang sebagaimana seorang dokter yang memberikan obat dengan berlaku sabar. Setelah selang beberapa waktu, diantara mereka sudah ada yang tersinari oleh cahaya iman (inilah roti yang matang), ada yang menyambut ajakan tersebut karena perasaan takut, ada yang menyambut ajakan tersebut karena malu, ada yang bersikap angin-anginan, ada pula yang menjauh, dan bahkan ada yang berlaku tidak baik kepada sang da’i. Untuk menghadapi mereka itu, kita tidak boleh putus asa, tetapi harus terus berusaha sehingga yang ditunggu-tunggu dapat di petik, disertai doa agar Allah membukakan hati mereka.
Adapun da’i yang menghabiskan waktunya hanya untuk satu orang dengan harapan agar orang tersebut mau menerima ajakannya adalah tidak benar. Orang tersebut akan merasa bahwa dirinya diajak dengan cara yang sangat berlebihan, sehingga ia akan berprasangka buruk, dan bisa jadi ia akan lari dari ajakan itu, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Allah SWT.
Kaidah yang harus kita perhatikan: “Ambillah yang muda dan tinggalkan yang sulit, jika ada yang mudah”.
wassalamu"alaikum wr wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar