Sabtu, 15 Januari 2011

Kajian Al Qur’an-materi-ke 13

oleh Sabari Muhammad

Kumpulan Kajian Al Qur’an - Yayasan Islam Paramartha 


Mencari Shirath Al-Mustaqiim: Beringsut diantara Kompleksitas Ribuan Variabel yang Iblis pun Tidak Dapat Mengetahui Keberadaannya

Ketika kita bertemu dengan istilah Shirath Al-Mustaqiim, Ad-Diin, dan Al-Haqq, maka sebenarnya itu sebuah persoalan dalam lingkup ilahi. Dalam surah An-Nisa ayat 66 – 69 dikatakan bahwa orang-orang yang diberi ni’mat, yang berada di Shirath Al-Mustaqiim (QS 1: 6 – 7 ) adalah nabi-nabi, shiddiqin, syuhada, shalihin. Nabi-nabi sendiri sudah aneh-aneh warna kehidupannya. Ada yang penuh penyakit, sangat miskin, sangat kaya, raja besar, pemimpin perang yang menghabis-tandaskan suatu kaum, dan sebagainya. 

Kalau kita tidak mengenal esensi kita akan terperangkap dalam semua bentuk itu. Kita mengikuti seorang Rasul tertinggi, sebaik-baiknya ciptaan, Muhammad S.A.W. yang sangat jamal, semua tenggelam dalam kesempurnaannya. Pun tak boleh dilupakan bahwa yang membawa kebenaran tidak hanya yang bersifat jamal. Bentuk-bentuk jamal dan jalal akan senantiasa bermunculan sampai akhir zaman. Ada yang sangat indah, bagus, penyantun, sehingga seolah wajar dia seorang pembawa kebenaran; namun ada juga yang tidak seperti itu, gelap, rumit, seolah-olah tidak bersyariat, tapi tidak pernah keluar dari kehendak-Nya.

Nabi Isa a.s. pun menghadapi tantangan zamannya ketika berhadapan dengan kaum Yahudi. Para Imam Yahudi yang membawa waham menjadi titik fokusnya dalam pengujian kebenaran. Ketika Nabi Isa a.s. diundang oleh mereka, yang disebut kaum Farisi, dalam sebuah hidangan tiba-tiba beliau makan tanpa cuci tangan. Dalam syariat Daud a.s. itu satu hal yang tidak dibenarkan sama sekali. Para Imam Yahudi, Imam Taurat, amat bingung, mana mungkin seorang mengaku Rasulullah tapi tidak bersyariat, tidak cuci tangan lebih dulu sebelum makan. 

Dalam keadaan gempar seperti itu muncul seorang pelacur, Maria Magdalena, yang tiba-tiba menangis di kaki Nabi Isa a.s. dan menghapus titik-titik tangisnya dengan rambutnya. Sedangkan Nabi Isa a.s. membiarkan malah menyambutnya dengan baik. Tentu kondisi bertambah runyam. Syari’at Daud a.s. itu seperti syariat di dalam Islam di mana bersentuhan dengan seorang perempuan tidak diperkenankan, apalagi dengan seorang pelacur. Mereka bergunjing, bagaimana seorang Nabi dapat seperti itu.

Kita harus banyak belajar agar kita tidak mudah menghakimi orang-orang: pasti ke neraka, pasti ke surga. Itu hanya hak Allah Ta’ala. Kita tidak pernah tahu di antara kita apa yang dicari dari kita masing-masing. Al-Haqq tidak pernah tertutup bagi orang yang mencari Allah, tapi akan tertutup bagi orang yang tidak mencari Allah. Kita harus belajar dari sekarang agar kita dimasukkan sebagai hamba-Nya yang mencari Dia. Jangan sampai berada dalam kondisi: “Ah saya masih belum mencari Dia, dalam kalbu saya hanyalah gambaran dunia, Tuhan masih nomor sekian di hati saya”.

Semakin sulit jika kita menghadapi para wali dan shiddiqin. Contohnya ada yang sehebat Syaikh Abdul Qadir Jailani, sangat bersyariat, atau Imam Ja’far Ash-Shadiq yang luar biasa hebat. Tapi kalau menyaksikan Al-Hallaj, mulai kita merasa aneh, demikian juga dengan Syaikh Siti Jenar yang ada di pulau Jawa. Di tingkat kenabian ada yang jamal dan jalal, demikian pula di tingkat wali dan shiddiqin. 

Di tingkat masyarakat awam pun sama, ada shalihin, ada yang sangat agama, qur’aniyah, tapi sebaliknya ada yang sepertinya tidak tahu apa-apa dalam agama, padahal dia orang yang terang. Kalau tidak mengerti karakter asma-Nya kita akan mudah berprasangka buruk. Kata Imam ‘Ali “janganlah kamu mencari kebenaran dari manusia. Temukan dulu Al-Haqq baru engkau akan temukan siapa yang berada di atasnya.”

Ad-Diin, Al-Haqq, dan Shirath Al-Mustaqiim sedemikian rumitnya. Ribuan variabel bergerak dengan halus dan kita harus beringsut-ingsut diantara kompleksitas tersebut dan mencari jalan-Nya (yang iblis pun bahkan tidak mengetahuinya). Ribuan karakter yang tergurat dalam sejarah telah dicatat oleh Al-Qur’an. Namun Al-Qur’an bukan hanya buku sejarah. 

Jika Al-Qur’an dipandang hanya sekadar sebagai sebuah buku sejarah maka ia amatlah tidak lengkap; masih kalah dengan Injil. Namun apapun peristiwa yang pernah terjadi di zaman dulu diurai Al-Qur’an dalam kaitannya dengan proses transformasi diri. Peristiwa-peristiwa sejarah diambil, disulam sedemikian indah sehingga menggambarkan proses transformasi jiwa.

LAMPIRAN
Kisah Nabi-nabi dan Orang-orang Suci dalam Kitab-kitab Suci

A. KISAH NABI MUSA A.S. DAN NABI KHIDR A.S.

QS Al-Kahfi [18] : 60 – 82
(QS 18: 60). Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada (muridnya):"Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.
(QS 18: 61). Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.

(QS 18: 62). Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya:"Bawalah ke mari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini".
(QS 18: 63). Muridnya menjawab:"Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali".
(QS 18: 64). Musa berkata:"Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.

(QS 18: 65). Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
(QS 18: 66). Musa berkata kepada Khidhr:"Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu"
(QS 18: 67). Dia menjawab:"Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku.
(QS 18: 68). Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuat, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu"

(QS 18: 69). Musa berkata:"Insya Allah kamu akan mendapatkanku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".
(QS 18: 70). Dia berkata:"Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tetang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu".
(QS 18: 71). Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidihr melobanginya. Musa berkata:"Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya" Sesungguhnya kamu telah berbuat kesalahan yang besar.

(QS 18: 72). Dia (Khidhr) berkata:"Bukankah aku telah berkata:"Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku"
 (QS 18: 73). Musa berkata:"Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".
(QS 18: 74). Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidihr membunuhnya. Musa berkata:"Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar".

(QS 18: 75). Khidhr berkata:"Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku"
(QS 18: 76). Musa berkata:"Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku".
(QS 18: 77). Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata:"Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".
(QS 18: 78). Khidihr berkata:"Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.

(QS 18: 79). Adapun bahtera itu kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena dihadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.
(QS 18: 80). Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mu'min, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.
(QS 18: 81). Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anak itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).

 (QS 18: 82).Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanan itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".

B. KISAH NABI NUH A.S. DAN KAUMNYA YANG BUTA HATI

QS Al-A’raf [7] : 59 – 64
(QS 7: 59). Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata:"Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Ilah bagimu selain-Nya". Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).
(QS 7: 60). Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata:"Sesungguhnya kami me-mandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata".
(QS 7: 61). Nuh menjawab:"Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan dari Rabb semesta alam""

(QS 7: 62). Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Rabb-ku dan aku memberi nasehat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui".
(QS 7: 63). Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertaqwa dan supaya kamu mendapat rahmat?
(QS 7: 64). Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).

QS Huud [11] : 25 – 49
(QS 11: 25). Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata):"Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu,
(QS 11: 26). agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan".
(QS 11: 27). Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya:"Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina diantara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta".

(QS 11: 28). Berkata Nuh:"Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya".
(QS 11: 29). Dan (dia berkata):"Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya akan tetapi aku memandangmu sebagai kaum yang tidak mengetahui".

(QS 11: 30). Dan (dia berkata):"Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran".
(QS 11: 31). Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa):"Aku mempunyai gudang-gudang rezki dan kekayaan dari Allah, dan aku tidak juga mengetahui yang ghaib, dan tidak (pula) aku mengatakan:"Bahwa sesunguhnya aku adalah malaikat", dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu:"Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka". Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zalim.

(QS 11: 32). Mereka berkata:"Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar".
(QS 11: 33). Nuh menjawab:"Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri
(QS 11: 34). Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan".
(QS 11: 35). Malahan kaum Nuh itu berkata:"Dia cuma membuat-buat nasehatnya saja". Katakanlah:"Jika aku membuat-buat nasehat itu, maka hanya akulah yang memikul dosaku, dan aku berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat".

(QS 11: 36). Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman diantara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan.
(QS 11: 37). Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.
(QS 11: 38). Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh:"Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami).
(QS 11: 39). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang kekal".

(QS 11: 40). Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman:"Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman". Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.
(QS 11: 41). Dan Nuh berkata:"Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya". Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS 11: 42). Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya -sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil:"Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir".

(QS 11: 43). Anaknya menjawab:"Aku akan mencari perlindunganke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata:"Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan,
(QS 11: 44). Dan difirmankan:"Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah," dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan:"Binasalah orang-orang yang zalim".

(QS 11: 45). Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata:"Ya Tuhanku sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya".
(QS 11: 46). Allah berfirman:"Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan".
(QS 11: 47). Nuh berkata:"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi".

(QS 11: 48). Difirmankan:"Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mu'min) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami".

(QS 11: 49). Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.

QS Al-Mu’minun [23] : 23 – 30
(QS 23: 23). Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata:"Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali tidak ada Ilah bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertaqwa(kepada-Nya)?"

(QS 23: 24). Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab:"Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari kamu. Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat. Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang kami yang dahulu.
(QS 23: 25). Ia tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila, maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai suatu waktu".

(QS 23: 26). Nuh berdo'a:"Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku".
(QS 23: 27). Lalu Kami wahyukan kepadanya:"Buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan tannur telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.

(QS 23: 28). Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah:"Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim".
(QS 23: 29). Dan berdo'alah:"Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat".
(QS 23: 30). Sesungguhnya pada (kejadian) itu benar-benar terdapat beberapa tanda (kebesaran Allah), dan sesungguhnya Kami menimpakan azab (kepada kaum Nuh itu).

QS Asy-Syu’ara’ [26] : 105 – 119
(QS 26: 105). Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.
(QS 26: 106). Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka:"Mengapa kamu tidak bertaqwa?
(QS 26: 107). Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,
(QS 26: 108). maka bertaqwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
(QS 26: 109). Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.

(QS 26: 110). Maka bertaqwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku".
(QS 26: 111). Mereka berkata:"Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?"
(QS 26: 112). Nuh menjawab:"Bagaimana aku mengetahui apa yang telah mereka kerjakan?
(QS 26: 113). Perhitungan (amal perbuatan) mereka tidak lain hanyalah kepada Tuhanku, kalau kamu menyadari.

(QS 26: 114). Dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman.
(QS 26: 115). Aku (ini) tidak lain melainkan pemberi peringatan yang menjelaskan".
(QS 26: 116). Mereka berkata:"Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam".

(QS 26: 117). Nuh berkata:"Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku;
(QS 26: 118). maka itu adakanlah suatu keputusan antaraku dan antara mereka, dan selamatkanlah aku dan orang-orang yang mu'min besertaku".
(QS 26: 119). Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan.

QS Al-Ankabut [29] : 14 – 15
(QS 29: 14). Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal diantara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun.Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.
(QS 29: 15). Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia.

Lihat juga: QS Nuh, surat ke 71.

C. KISAH YUSYA bin NUN (JOSHUA/YOSUA)

QS Al-Maidah [5] : 20 – 26
(QS 5: 20). Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya:"Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi diantaramu, dan jadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun diantara umat-umat yang lain".
(QS 5: 21). Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena kamu takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.

(QS 5: 22). Mereka berkata:"Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya".
(QS 5: 23). Berkatalah dua orang di antara orang-oang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya :"Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman".

(QS 5: 24). Mereka berkata:"Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja".
(QS 5: 25). Berkata Musa:"Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu".

(QS 5: 26). Allah berfirman:"(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu".

D. KISAH (ISKANDAR) DZULQARNAIN

QS Al-Kahfi [18]: 83 – 88
(QS 18: 83). Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah:"Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya".
(QS 18: 84). Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu,
(QS 18: 85). maka diapun menempuh suatu jalan.

(QS 18: 86). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenamnya matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata:"Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka".

(QS 18: 87). Berkata Dzulqarnain:"Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Dia mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya.
(QS 18: 88). Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan Kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah Kami".

 E. KISAH MUSA a. s. dan SAMIRI

QS Thaha [20]: 85 – 98
(QS 20: 85). Allah berfirman:"Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.
(QS 20: 86). Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa:"Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku".

(QS 20: 87). Mereka berkata:"Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya",
(QS 20: 88). kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembuh yang bertubuh dan bersuara, maka dan mereka berkata:"Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa".
(QS 20: 89). Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan

(QS 20: 90). Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya:"Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutulah aku dan ta'atilah perintahku".
(QS 20: 91). Mereka menjawab:"Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami".

(QS 20: 92). Berkata Musa:"Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat,
(QS 20: 93). (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku"
(QS 20: 94). Harun menjawab:"Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku) "Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku ".

(QS 20: 95). Berkata Musa:"Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri?"
(QS 20: 96). Samiri menjawab:"Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam dari jejak rasul (Jibril a.s.) lalu aku melemparkannya. Dan demikianlah nafsuku membujukku".

(QS 20: 97). Berkata Musa:"Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu didalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan:"Janganlah menyentuh(aku)". Dan sesungguhnya bagimu hukuman(di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah ilah kamu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan).

(QS 20: 98). Sesungguhnya Ilahmu hanyalah Allah, yang tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar