Sabtu, 15 Januari 2011

Kajian Al Qur’an-materi-ke 9

oleh Sabari Muhammad

Kumpulan Kajian Al Qur’an - Yayasan Islam Paramartha 

Kalimah Taqwa: Pohon Taqwa

Landasan Kalimah TaqwaDan telah bersabda Rasulullah s.a.w.: “Iman itu telanjang, pakaiannya taqwa, buahnya ilmu, perhiasannya malu.”

Mengenai taqwa yang disebut-sebut sebagai pakaian bagi Bani ‘Adam itu juga dinyatakan dalam QS Al A’raaf [7]: 26 – 27, yang struktur persoalannya dapat dilukiskan pada gambaran di bawah ini. (lihat Gambar)

Mengenai Pohon yang Baik (Syajarah Thayyibah):
QS Ibrahiim [14]: 24 – 27:
“Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimah thayyibah, yaitu seperti pohon yang baik (thayyibah), akarnya teguh dan cabangnya menjulang di langit.

Pohon itu memberikan buahnya sepanjang musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu bagi manusia supaya mereka mengingatnya.

Dan perumpamaan kalimah yang buruk itu seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut seakar-akarnya dari bumi, tidak dapat tegak sedikit pun.

Allah meneguhkan yang beriman dengan sabda yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan mereka yang adz-dzaliim dan Allah memperbuat apa yang dikehendaki-Nya.”

Mengenai Syarat dan Tempat Tumbuh
Hadits Qudsi:
“Allah ta’ala mempunyai wadah di bumi–Nya yaitu diberbagai qalbu. Wadah yang paling disukai Allah, yang paling kuat, yang paling bersih dan yang paling lembut.”

Orang bertanya kepada Rasulullah s.a.w.: “Wahai Rasulullah, dimanakah Allah? Di bumi atau di langit? Rasulullah s.a.w. menjawab: “Allah ta’ala bersabda: ‘Tidak termuat Aku oleh bumi-Ku dan lelangit-Ku, dan termuat aku oleh qalb hamba-Ku, yang mu’min, yang lemah-lembut, yang tenang-tenteram.”

QS Al A’Raaf [7]: 57 – 58:
“Dan Dia-lah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita-gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya, hingga jika angin itu membawa awan-mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan yang telah mati (al-mawta), agar kamu mengingatnya.

Dan negeri yang baik (al-balad ath-thayyibu), tanam-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah, dan yang buruk tanam-tanamannya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulang-ulang ayat Kami bagi kaum yang bersyukur.”

Pohon taqwa inilah yang juga disebut Pohon Kehidupan, yang merupakan kalimah thayyibah (= sabda yang baik).

Bibit itu demi Pohon, Pohon itu demi Buah
Bila bibit disemai pada habitat yang tepat, lalu akar (iman) mendapatkan air dan hara (pemahaman / pengetahuan) yang tepat akan menumbuhkan pohon (taqwa) yang baik, kokoh dan kuat, seperti yang seperti dilukiskan dalam ayat-ayat di atas.

Terdapatnya taqwa pada diri seseorang bukanlah sesuatu yang mudah diidentifikasi secara lahiriah, karena ia terdapat di qalb. Yang tampak dari luar adalah buah dari taqwa tersebut.

Dari pohon seperti disebut di ataslah , yang akarnya teguh dan dahannya menjulang di langit baru dapat dihasilkan buah sepanjang musim. Buah pohon inilah yang disebut hasanah. Kita dapat mengetahui apa itu hasanah yaitu lawan dari “sayyiah” dari rumusan pada QS. Al Furqaan[25]: 70, “Kecuali yang bertaubat, beriman, dan mengerjakan amal-shaleh, mereka itulah yang Allah ganti sayyiah-nya dengan hasanah. Dan adalah Allah itu al-Ghafur ar-Rahiim.”

Hasanah (buah taqwa) itu terdiri dari:
• Ilmu.o “… bertakwalah, Allah akan mengajarimu …” (QS Al Baqarah [2]: 282).
o “Sebenarnya itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu (utuul ilma). Dan tidak akan mengingkari ayat-ayat Kami melainkan orang-orang yang dzalim.” (QS Al ‘Ankabuut [29]: 49.

• Akhlak.o Al-Qur'an mengetengahkan Rasulullah s.a.w. dan para Nabi a.s. sebagai teladan akhlak. “Sesungguhnya engkau benar-benar atas ahklak yang agung (khuluqu ‘azhiim)” (QS Al Qalam [68]: 4); “Sesungguhnya telah terdapat pada Rasul Allah teladan (uswah) yang hasanah bagi yang mengharap rahmat-Nya dan hari akhir dan banyak mengingat Allah” (QS Al Ahzab [33]: 21.
o Periksa kembali mengenai sifat ar-Rahman Allah, sebagai sifat yang pertama dan utama [Lanjutan Materi

• Amal.
o Bentuk dari amal yang khusus (shalat, zakat, dst.) dipandu dalam Rukun Islam. Mendekat kepada Tuhan dirumuskan dalam Hadits Qudsi mengenai amal yang fardhu dan yang nawafil.
o Baik amal yang khusus dan maupun umum mempersyaratkan keihlasan sang hamba. (lihat rumusan ikhlas dalam Hadits panjang dari sayidina Muadz bin Jabal r.a. maupun Hadits Qudsi).
o Dari sebuah hadits Rasulullah s.a.w. kita mengetahui bahwa “amal yang paling afdhal” adalah “ilmu”. Ini karena menurut rumusan dari sebuah Hadits Qudsi tujuan penciptaan adalah untuk “mengenal Allah.” Dan ilmu adalah “cahaya.”

Mengenai hubungan antara akar, pohon, dan buah ini, Maulana Jalaluddin Rumi menyatakan:
Karenanya, walaupun secara bentuk-lahiriahnya engkau merupakan mikro-kosmos, secara hakekatnya engkau adalah makro-kosmos.
Tampak dari luar, cabang merupakan sumber dari buah; hakikatnya cabang itu memiliki keberadaan demi sang buah.
Jika tidak ada kehendak dan harapan bagi buah, untuk apakah Tukang Kebun menanamkan akar pohon?
Karena itu, pada hakekatnya, pohon itu lahir dari buah, walaupun tampaknya buah itu dihasilkan pohon.

Dari penggambaran di atas jelaslah bahwa hubungan antara iman dan taqwa, serta bahwa terdapat urut-urutan penumbuhannya (taubat—iman—amal-shaleh), dimana amal-shaleh memprasyaratkan iman, sedangkan iman itu sendiri memprasyaratkan taubat.

Demikianlah urutan dan syarat-syarat tersebut merupakan suatu panduan yang penting, karena seperti dinyatakan dalam QS Al Ahzab [33]: 19, “… mereka itu tidak beriman maka Allah menghapuskan amalnya …”; serta dalam QS Ibrahiim [14]: 18, “Misal bagi mereka yang kafir kepada Rabb mereka, amal-amal mereka bagaikan abu yang ditiup angin yang keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikit pun dari apa yang telah mereka upayakan. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.”

Penting dicatat bahwa di seputar penggunaan istilah kafir ini, Al-Qur'an sendiri menyatakan: “Dan yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka lah yang putus-asa dari rahmat-Ku, dan mereka lah yang diazab dengan sangat.” (QS Al ‘Ankabuut [29]: 23); “Sesungguhnya tidak berputus-asa dari Ruhillah, kecuali kaum al-kafiriin” (QS Yusuf [12]: 87).

Taqwa, yang sekali lagi terletak di qalb tersebut, dapat dirumuskan sebagai berikut:

Taqwa = iman + amal + shaleh
Dengan memperhatikan rumusan dari mereka yang berada pada peringkat terbawah dari “orang-orang yang mendapatkan ni’mat” (QS 4: 69)—yakni ash-Shalihiin (QS 10: 9; 29: 9), maka taqwa ini lah yang berada di qalb dari mereka itu, yakni orang-orang yang “berada di Shirath al-Mustaqiim”.

Pertumbuhan Pohon
Adanya cahaya iman dalam qalb seseorang merupakan sarana turunnya petunjuk. Di dalam upayanya mengikuti petunjuk-petunjuk tersebut, maka sang hamba tersebut akan menempuh ujian-ujian, dan dengan demikian ditumbuhkanlah pohon taqwa-nya. 

Sebaliknya, tidak diikutinya petunjuk—karena menakuti beratnya ujian—merupakan halangan dalam pertumbuhan pohon taqwa tersebut. Allah berfirman dalam QS Al Al ‘Ankabuut [29]: 23, ““Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?” Dan Rasulullah s.a.w. bersabda: ”Sebagaimana seorang ayah merawat anaknya, maka Allah memelihara hamba-hamba yang disayanginya dengan ujian”. 

Sebagaimana dibahas sebelumnya, ujian-ujian itu berguna untuk membuang, membersihkan dan menjaga dari segala sesuatu yang tidak Allah sukai dalam qalb sang hamba; sekaligus mengajarinya tentang kelemahan dirinya-sendiri. Kehidupan para nabi di dalam Al-Qur'an—dimana mereka merupakan suri-tauladan bagi manusia—tidak ada yang sepi dari ujian. Karena itu, kaum Nabi inilah yang paling berat ujiannya diantara manusia. Penting dicatat bahwa, “Allah tidak membebani satu nafs-pun melainkan sesuai dengan kesanggupannya …” (QS Al Baqarah [2]: 286).

Pohon Taqwa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar