Selasa, 11 Januari 2011

Mutiara karya Syeikh Abdul Qadir Jailani,-ke 6

Risalah ke Dua Puluh
Ia bertutur:


Nabi Suci Muhammad saw. Bersabda: "Campakkanlah segala yang menimbulkan keraguan dibenakmu, tentang yang halal dan yang haram, dan ambillah segala yang tak menimbulkan keraguan pada dirimu."


Bila sesuatu yang meragukan, maka ambillah jalan yang didalamnya tiada sedikit pun keraguan dan campakkanlah yang menimbulkan keraguan. Nabi bersabda: "Dosa menciptakan kekacauan dalam hati." Tunggulah, bila dalam keadaan begini, perintah batin. Bila kau diperintahkan untuk mengambilnya, maka lakukanlah sesukamu. Jika kau dilarang, maka jauhilah dan anggaplah itu sebagai tak pernah maujud, dan berpalinglah ke pintu Allah, dan mintalah pertolongan dari Tuhanmu.


Andaikata kau merasa kehabisan kesabaran, kepasrahan dan kefanaan, maka ingatlah bahwa Dia SWT tak butuh diingat, Dia tak lupa kepadamu dan selainmu. Ia yang Mahakuasa lagi Mahaagung memberikan rizki kepada para kafir, munafik dan mereka yang tak mematuhi-Nya. Mungkinkah Dia lupa kepadamu, duhai yang beriman, yang mengimani keesaan-Nya, yang senantiasa patuh kepada-Nya dan yang teguh dalam menunaikan perintah-perintah-Nya siang dan malam.


Sabda Nabi Suci yang lain: "Campakkanlah segala yang menimbulkan keraguan di benakmu, dan ambillah yang tak menimbulkan keraguan," memerintahkanmu untuk melecehkan yang ada di tangan manusia, untuk tak mengharapkan sesuatu pun dari manusia, atau untuk tak takut kepada mereka, dan untuk menerima karunia Allah. Dan inilah yang takkan membuatmu ragu. 

Karena itu, hanya ada satu, yang kepadanya kita meminta, satu pemberi dan satu tujuan, yaitu Tuhanmu, Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung, yang di tangan-Nya kening para raja dan hati manusia, yang adalah raja tubuh, berada - yaitu bahwa hati mengendalikan tubuh - tubuh dan uang manusia adalah milik-Nya, sedang manusia adalah agen dan kepercayaan-Nya.


Bila mereka menggerakkan tangan mereka kepadamu, hal itu atas izin, perintah dan gerak-Nya. Begitu pula, bila karunia ditahan darimu. Allah SWT berfirman: "Mintalah kepada Allah karunia-Nya."


"Sesungguhnya yang kau abdi selain Allah, tak memberimu sesuatu pun, karena itu, mintalah karunia kepada Allah dan abdilah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya." "Bila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku sangat dekat; Aku menerima doa dari yang berdoa bila ia berdoa kepada-Ku." "Serulah Aku, maka Aku akan menyahutmu." "Sesungguhnya Allah adalah Pemberi karunia, Tuhan kekuatan." "Sesungguhnya Allah memberikan karunia kepada yang dikehendaki-Nya tanpa batas."

Risalah ke Dua Puluh Satu
Ia bertutur:


Aku melihat setan terkutuk dalam mimpi seolah aku berada dalam sebuah kerumunan besar dan aku berniat membunuhnya. Lalu si setan itu berkata kepadaku, "Kenapa kamu hendak membunuhku, dan apa dosaku? Jika Allah menentukan keburukan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi kebaikan. Jika Allah menentukan kebaikan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi keburukan. Dan apa yang ada ditanganku?" Dan kulihat dia seperti seorang kasim, lembut ucapannya, dagunya berjenggot, hina pandangannya dan buruk mukanya, seolah ia tersenyum kepadaku, penuh malu dan ketakutan. Hal ini terjadi pada malam Ahad, 12 Zulhijjah 401 H.


Risalah ke Dua Puluh Dua
Ia bertutur:


Allah menguji hamba beriman-Nya menurut kadar imannya. Jika iman seseoranng kuat, maka cobaannya pun kuat. Cobaan seorang Rasul lebih besar daripada cobaan seorang Nabi, karena iman Rasul lebih tinggi daripada iman Nabi. Cobaan Nabi lebih besar daripada cobaan seorang badal. Cobaan seorang badal lebih besar daripada cobaan seorang wali. Setiap orang diuji menurut kadar iman dan keyakinannya. 

Tentang ini Nabi Suci saw. Bersabda: "Sesungguhnya kami, para Nabi, adalah orang yang paling banyak diuji. Oleh karena itu, Allah terus menguji pemimpin-peminpin mulia ini, agar mereka senantiasa berada di sisi-Nya dan tak lengah sedikit pun. Dia SWT mencintai mereka, dan mereka adalah orang-orang yang penuh cinta dan dicintai oleh Allah, dan pencinta takkan pernah ingin menjauh dari yang dicintainya.


Maka, cobaan-cobaan memperkukuh hati dan jiwa mereka dan menjaganya dari kecenderungan terhadap sesuatu yang bukan tujuan hidup mereka, dari merasa senang dan cenderung kepada sesuatu selain Pencipta mereka. Nah, bila hal ini merasuk ke dalam diri mereka, maka hawa nafsu mereka meleleh, kedirian mereka hancur lebur dan kebenaran menjadi terang-benderang. 

Maka, kehendak mereka terhadap segala kesenangan hidup ini dan akhirat tertambat di sudut jiwa mereka. Dan kebahagiaan mereka berlabuh pada janji Allah, keridhaan mereka kepada takdir-Nya, dan kesabaran mereka dalam cobaan-Nya. Maka, selamatkanlah mereka dari kejahatan makhluk-Nya dan keinginan hati mereka.


Maka, hati menjadi kukuh da mengendalikan anasir tubuh. Sebab cobaan dan musibah memperkuat hati, keyakinan, iman dn kesabaran, dan melemahkan hewani dan hawa nafsu. Sebab bila penderitaan datang, sedang sang beriman bersabar, ridha, pasrah kepada kehendak Allah dan bersyukur kepada-Nya, maka Allah menjadi ridha dengannya, dan turunlah kepadanya pertolongan, karunia dan kakuatan. Allah SWT berfirman: "Jika kau bersyukur tentu akan Kutambahkan."


Bila diri manusia berhasil membuat hati memperturutkan keinginan tanpa adanya perintah dan izin dari Allah, kesyirikan dan dosa. Maka, Allah menimpakan kepada jiwa dan hati noda, musibah, luka, kecemasan, kepedihan dan penyakit. Hati dan jiwa terpengaruh oleh penderitaan ini. 

Namun, bila hati tak mempedulikan panggilan ini, sebelum Allah mengizinkannya melalui ilham, bagi wali, dan wahyu, bagi Rasul dan Nabi, maka Allah menganugerahi jiwa dan hati kasih-sayang, rahmat, kebahagiaan, kecerahan, kedekatan dengan-Nya, keterlepasan dari kebutuhan dan bencana. Ketahui dan camkanlah hal ini.


Selamatkanlah dirimu dari cobaan dengan penuh kewaspadaan, dengan tak segera menimpali panggilan jiwa dan keinginannya. Tapi, tunggulah dengan sabarizin dari Allah agar kau senantiasa selamat di dunia ini dn di akhirat.


Risalah ke Dua Puluh Tiga
Ia bertutur:


Pegang teguh dan ridhalah atas sedikit yang kau miliki, hingga ketentuan nasib mencapai puncaknya, dan kau dibawa ke keadaan yang lebih tinggi. Kau akan ditempatkan di dalamnya, dan terjaga dari kekerasan duniawi ini, akhirat, kekejian dan kesesatan. Kemudian kau akan dibawa kepada yang mengenakan matamu. 

Ketahuilah bahwa bagianmu takkan lepas darimu dengan pengupayaanmu terhadapnya, sedang yang bukan bagianmu takkan kau raih walau kau berupaya keras. Maka dari itu, bersabarlah dan ridhalah dengan keadaanmu. Jangan mengambil atau memberikan sesuatu pun sebelum diperintahkan.


Jangan bergerak atau diam semaumu, sebab jika kau berlaku begini, kau akan diuji dengan keadaan yang lebih buruk daripada keadaanmu. Sebab, dengan kekeliruan seperti itu kau berarti berbuat aniaya terhadap diri sendiri dan Allah mengetahui yang berbuat aniaya. Allah berfirman: "Dan demikianlah Kami dijadikan sebagian orang yang zalim sebagai teman bagi sebagian yang lain disebabkan oleh yang mereka upayakan." (QS 6:129)


Sebab kau berada di rumah Raja, yang perintah-Nya berdaulat, yang Mahakuat, yang tentara-Nya amat besar, yang kehendak-Nya berdaulat, yang aturan-Nya sempurna, yang kerajaan-Nya abadi, yang kedaulatan-Nya menyeluruh, yang pengetahuan-Nya tinggi, yang kebijakan-Nya dalam, yang Mahaadil, yang dari-Nya tak zarah pun tersembunyi baik di bumi maupun di langit dan tak kezaliman para zalim pun tersembunyi dari-Nya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah takkan mengampuni siapa pun yang menyekutukan-Nya, dan Ia akan mengampuni selain itu yang dikehendaki-Nya." (QS 4:48)


Berupayalah sekuat daya untuk senantiasa tak menyekutukan Allah. Jangan mendekati dosa ini dan jauhilah ia dalam segala gerak dan diammu siang dan malam baik sendirian maupun bersama. Waspadalah terhadap segala bentuk dosa dalam anasir tubuhmu dan dalam hatimu. Hindarilah dosa yang tampak ataupun tersembunyi. Jangan menjauh dari Allah, sebab Ia akan mencengkaumu. 

Jangan bersitegang dengan-Nya atas takdir-Nya, sebab Ia akan melumatkanmu; jangan salahkan aturan-Nya, agar kau tak dihinakan-Nya; jangan melupakan-Nya agar kau tak dilupakan-Nya dan tak mengalami kesulitan; jangan mereka-reka di dalam rumah-Nya agar kau tak dibinasakan-Nya; jangan memperkatakan tentang agama-Nya dengan hawa nafsu agar kau tak binasa, agar hatimu tak gelap, agar iman dan pengetahuanmu tak tercabut darimu, agar kau tak dikuasai oleh kekejianmu, hewanimu, hawa nafsumu, keluargamu, tetanggamu, sahabatmu, ciptaan termasuk kalajengking, ular serta jin rumahmu dan makhluk-makhluk melata lainnya, sehingga dengan demikian hidupmu di dunia ini akan gelap dan kau akan disiksa di akhirat terus-menerus.


Risalah ke Dua Puluh Empat
Ia bertutur:


Jauhilah sekuat daya ketakpatuhan kepada Allah, yang Mahamulia lagi Mahaagung. Bertumpulah kepada Pintu-Nya dengan kebenaran. Berupayalah sekuat daya mematuhi-Nya dengan tobat dan doa, dengan menunjukan kebutuhanmu atas kepatuhan dan kerendahhatian, dengan khusuk dan menunduk, dengan tak memandang orang atau mengikuti hewani, atau mengupayakan balasan duniawi atau ukhrawi, tak mengharapkan maqam yang lebih tinggi. Camkanlah bahwa kau adalah hamba-Nya, dan bahwa sang hamba serta segala miliknya adalah milik tuannya, sehingga ia tak dapat mengakui apa pun terhadapnya. 

Berperilaku baiklah dan jangan salahkan Tuhanmu. Segala suatu ditentukan oleh-Nya. Segala yang Ia majukan, tak satu pun dapat memundurkannya. Segala yang dimundurkan-Nya, tak satu pun dapat memajukannya. Beginilah Allah memperlakukan Sendiri segala keadaanmu. Ia menganugerahimu tempat tingggal nan abadi di akhirat dan sekaligus menjadikanmu pemiliknya dan akan menganugerahkan kepadamu karunia-karunia yang tiada mata pernah melihat, tiada telinga pernah mendengar dan tiada hati manusia pernah meresakan. Allah berfirman: "Tiada jiwa pun yang tahu apa yang disembunyikan bagi mereka, yaitu yang akan mengenakkan mata, sebagai balasan atas yang telah mereka perbuat." (QS 32:17) Yaitu balasan atas kepatuhan dan kepasrahan merea kepada Allah dalam segala hal.


Mengenainya, yang Allah telah anugerahkan hal duniawi, menjadikannya pemiliknya, merahmatinya dan melimpahkan karunia-Nya, Ia melakukan yang demikian ini lantaran keimanan orang ini bagai padang tandus, yang didalamnya tak memungkinkan air, pohon, tetumbuhan dan bebuahan mewujud.


Maka Ia tebarkan di dalamnya rabuk dan segala yang serupa itu, yang menumbuhkan tetumbuhan dan pepohonan, dan inilah dunia dan segala isinya, untuk menjaga segala yang telah ditumbuhkan-Nya di dalamnya, yang berupa pohon iman dan tanaman amal. Andaikata hal-hal ini pupus darinya, maka tanah, tetumbuhan dan pepohonan akan menjadi kering, buahnya luruh dan keseluruhan pedusunan akan menjadi sunyi, dan Yang Mahakuasa lagi Mahaagung menghendakinya dihuni dan ceria.


Maka pohon iman seorang kaya lemah akarnya dan hampa akan yang mengisi pohon imanmu. Wahai darwis, sesungguhnya kekuatan lainnya dan kesinambungan kemaujudannya tergantung pada dunia dan aneka nikmatnya yang kau lihat pada pemiliknya, dan tiada padanya yang lebih disukai selain yang telah kulukiskan bagimu. Semoga Allah menganugerahi kita daya untuk menggapai yang dicintai-Nya. 

Jadi, kekuatan dan kesinambungan karunia duniawi, yang kau dapati padanya, - andaikata semua ini tercerabut darinya, sedang pohonnya lemah, maka pohon itu akan menjadi kering dan si orang kaya ini akan menjadi kafir, munafik dan murtad, - jika Allah tak mengirimkan bagi orang kaya ini tentara kesabaran, keteguhan, pengetahuan dan aneka ketercerahan ruhani, yang memperkukuh imannya, maka ia takkan merasa kehilangan dengan merasa kehilangan dengan lenyapnya kekayaan dan karunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar