Selasa, 11 Januari 2011

Mutiara karya Syeikh Abdul Qadir Jailani,-ke 7

Risalah ke Dua Puluh Lima
Ia bertutur:


Jangan berkata, wahai orang yang malang! Yang darinya dunia dan orang-orangnya telah memalingkan muka mereka, yang hina, yang lapar dan yang dahaga, yang telanjang, yang hatinya terpanggang, yang merambah ke setiap sudut dunia, di setiap masjid dan tempat-tempat sunyi, yang terjauhkan dari setiap pintu, yang terhancurkan, yang jemu dan yang kecewa dengan segala keinginan dan kerinduan hati. 

Dan jangan berkata bahwa Allah telah membuatmu miskin, menjauhkan dunia darimu, telah menjatuhkanmu, telah menjadi musuhmu, telah membuatmu kacau, tak mengukuhkan jiwamu, telah menghinakanmu, dan tak mencukupimu di dunia ini, telah mengelapimu, tak memuliakan namamu ditengah-tengah manusia, sedangkan kepada selianmu Ia anugerahkan banyak rahmat-Nya siang dan malam, memuliakan mereka atasmu dan keluargamu, padahal kamu sama-sama muslim dan mukmin dan nenek moyangmu sama-sama Hawa dan Adam, sang manusia terbaik.


Ya, Allah telah mempelakukanmu begini, sebab fitrahmu suci dan kesejukan kasih-sayang Allah terus-menerus melimpahimu dalam bentuk kesabaran, kepasrah-ikhlasan dan pengetahuan. Dan cahaya iman serta tuhid menimpamu. Maka pohon imanmu, akarnya dan benihnya menjadi kuat, penuh dedaunan, buah, cabang dan rantingnya merambah kemana-mana sehingga menimbulkan keteduhan. 

Setiap hari kian besar sehingga tak perlu lagi pertumbuhannya dibantu. Allah tentukan bagimu akan kau peroleh tepat pada waktunya, entah kau suka atau tak suka. Maka dari itu, janganlah serakah terhadap yang menjadi milikmu dan jangan cemas akannya. Jangan merasa menyesal atas yang dimaksudkan bagi selainmu.


Yang bukan milikmu tentu: 1) Ia akan menjadi milikmu, atau 2) Ia akan menjadi milik orang lain. Jika ia milikmu, ia akan datang kepadamu dan kau akan dibawa kepadanya sehingga pertemuan antara kau dan ia terjadi segera. Sedang yang bukan milikmu, maka kau akan dijauhkan darinya dan ia pun akan menjauh darimu, sehingga kau dan ia takkan bertemu. 

Allah berfirman: "Dan jangan kamu tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan duniawi ini, agar Kami cobai mereka dengan-nya. Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal." (QS 20:131) Nah, Allah telah melarangmu memperhatikan yang bukan hakmu.


Ia telah memperingatkanmu bahwa yang selain ini adalah cobaan, yang dengan-nya Ia menguji mereka dan bahwa keridhaanmu dengan bagianmu lebih baik bagimu, lebih suci dan lebih disukai; maka jadikanlah ini sebagai jalanmu, yang melaluinya kau akan memperoleh segala kebaikan, rahmat, kegembiraan dan keindahan. Allah berfirman:


"Tiada jiwa pun yang tahu apa yang disembunyikan bagi mereka, yaitu yang akan mengenakan mata, sebagai balasan atas yang telah mereka perbuat." (QS 32:17)


Nah, tiada kebajikan selain kelima jalan pengabdian, penghindaran dari segala dosa, dan tiada lebih besar, lebih mulia dn lebih disukai oleh Allah selain yang Kami sebutkan kepadamu. Semoga Allah mengaruniaimu dan kami kemampuan untuk melakukan yang disukai-Nya.

Risalah ke Dua Puluh Enam
Ia bertutur:


Tabir penutup dirimu takkan tersibak, selama kau belum lepas dari ciptaan dan tak memalingkan hatimu darinya dalam segala keadaan hidup, selama hawa nafsumu belum pupus, begitu pula maksud dan kerinduanmu, selama kau belum lepas dari kemaujudan dunia ini dan akhirat, dan yang maujud dalam dirimu hanyalah kehendak Tuhanmu, dan kau terisi dengan nur Tuhanmu, dan tiada tempat di dalam hatimu, kecuali bagi Tuhanmu, sehingga kau menjadi penjaga pintu kalbumu, dan kau dikaruniai pedang tauhid, keagungan dan kekuatan. 

Maka, segala yang kau lihat, yang mendekati pintu kalbumu dari benakmu, akan kau pisahkan kepalanya dari bahunya, sehingga tiada tersisa bagi dirimu, dambaanmu dan kerinduanmu akan dunia ini dan akhirat sesuatu yang berkepala, dan tiada dunia yang diperhatikan, tiada pendapat yang diikuti, kecuali kepatuhan kepada Allah dan penerimaan penuh ikhlas akan takdir-Nya, bukannya peluruh penuh dalam takdir dan karunia-Nya. 

Dengan demikian, kau menjadi hamba Allah, bukan hamba manusia atau pendapat. Bila hal ini mengekal dalam hidupmu, tirai-tirai hormat-diri akan menyelimuti kalbumu, parit-parit keluhuran dan daya keagungan akan mengitarinya, dan hatimu akan dijaga oleh tentara kebenaran, tauhid, dan pengawal-pengawal kebenaran akan ditempatkan di dekatnya, sehingga orang tak dapat mendekatinya melalui kekejian, dambaan-dambaan hampa, kepalsuan-kepalsuan yang timbul dalam benak-benak manusia, dan melalui kesesatan yang tumbuh dari keinginan-keinginan. 

Jika ditakdirkan bahwa orang akan datang kepadamu terus-menerus dan mereka tak mengetahui kemuliaanmu, sehingga mereka mendapatkan cahaya yang menyilaukan, tanda-tanda yang jelas, kebijakan yang dalam, dan melihat keajaiban-keajaiban yang terang dan kejadian-kejadian sebagai sosok kehidupanmu, sehingga meningkatkan upaya mereka untuk mendekat kepada Allah, untuk patuh kepada-Nya, dan untuk mengabdi kepada Tuhan mereka. 

Meski semua ini terjadi, kau akan aman dari semua itu, dari kecenderungan jiwa manusiawimu kepada keinginan, dari puji-diri, kesombongan orang-orang yang datang kepadamu dan perhatian mereka kepadamu. Juga, seandainya kau akan beristri cantik, bertanggung jawab atas dirinya dan atas perilakunya, maka kau akan aman dari keburukannya, akan diselamatkan dari memikul bebannya, dan ia, bagimu, akan menjadi karunia Allah, terahmati dan berlaku baik, bersih dari ketaktulusan, kekejian dan penghianatan.

Maka ia akan melepaskanmu dari beban perilakunya dan akan menjauhkan darimu segala kesulitan karenanya. Seandainya ia melahirkan anak, maka ia akan menjadi anak yang saleh dan suci, yang akan menyenangkanpandanganmu. Allah berfirman:


"Dan Kami jadikan istrinya patut baginya." (QS 21:90)


"Ya Tuhan kami! Karuniakanlah pada istri-istri kami dan keturunan kami kesenangan mataku dan jadikanlah kami imam bagi mereka yang mencegah dari keburukan." (QS 25:74)


"Dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, orang yang Kau ridhai." (QS 19:6)


Maka doa-doa ini akan mewujud dan diterima, tak soal kau menyampaikan doa-doa ini kepada Allah, sebab doa-doa itu dimaksudkan bagi mereka yang layak begini, yang termatangkan dalam keadaan ini, dan yang kepada mereka dilimpahkan nikmat dan kedekatan Allah.


Begitu pula, andaikata sesuatu dari dunia ini mendatangimu, ia takkan merugikanmu. Maka yang datang kepadamu merupakan bagianmu dari-Nya, yang tersucikan, demi kamu, oleh tindakan Allah, kehendak-Nya dan dengan perintah-Nya ia mencapaimu. Ia akan mencapaimu dan kau akan terpahalai, asalkan kau memperolehnya dalam kepatuhan kepada-Nya; persis sebagaimana akan dipahalainya kamu karena menunaikan salat dan puasa. 

Dan kau akan diperintahkan, tentang yang bukan hakmu, untuk memberikannya kepada para sahabat, tetangga dan peminta yang layak memperoleh uang zakat sesuai dengan kebutuhan. Maka urusan-urusan akan diberikan kepadamu, sehingga kau tak mampu membedakan antara yang layak dan yang tak layak, dan antara kabar burung dengan pengalaman sejati. Maka urusanmu akan menjadi putih bersih, yang tiada kegelapan dan keraguan.


Maka dari itu, bersabarlah, senantiasa bertakwalah, perhatikanlah masa kini, tenanglah, tenanglah! Waspadalah! Selamatkanlah dirimu! Selamatkanlah dirimu! Segeralah! Segeralah! Takwalah kepada Allah! Takwalah kepada Allah! Tundukkanlah pandanganmu! Tundukkanlah pandanganmu! Palingkanlah matamu! Palingkanlah matamu! Berlaku baiklah! hingga datang takdir dan kau kami bawa ke depan.


Maka akan lenyap darimu segala yang memberatkanmu, kemudian kau dimasukkan ke dalam samudra nikmat, kelembutan dan kasih sayang, dan dibusanai dengan busana nur dan rahasia-rahasia Ilahiah. Lalu kau didekatkan, diajak bicara, diberi karunia, dilepaskan dari kebutuhan, dikukuhkan, dimuliakan dan dilimpahi kata-kata:


"Sesungguhnya kamu pada sisi Kami adalah orang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya." (QS 12:54)


Lalu tebaklah keadaan Yusuf dan para shiddiq ketika disapa dengan kata-kata ini dari lidah Raja Mesir, Raja dari Fir'aun. Jelaslah, itulah lidah Raja yang menyatakannya, yang adalah Allah, yang berbicara melalui lidah pengetahuan. Kepada Yusuf dianugerahkan kerajaan bendawi, yaitu kerajaan Mesir, juga kerajaan jiwa, yaitu kerajaan pengetahuan, ruhani, nalar, kedekatan dengan-Nya dan kedudukan tinggi di hadapan-Nya. Allah berfirman:


"Dan demikianlah Kami anugerahkan kepada Yusuf kekuasaan atas negeri (ia berkuasa penuh) ke mana pun ia suka." (QS 12:56)


Negeri di sini ialah Mesir. Mengenai kerajaan ruhani, Allah berfirman:


"Demikianlah, agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba pilihan kami." (QS 12:24)


Mengenai kerajaan pengetahuan, Allah berfirman:


"Yang demikian ini adalah sebagian dari yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tak beriman kepada Allah." (QS 12:37)


Bila kau disapa, wahai orang saleh, berarti kau dianugerahi banyak pengetahuan nan agung, kekuatan, kebaikan, kewalian biasa, dan perintah yang mempengaruhi ruhani dan yang bukan ruhani, dan teranugerahi daya cipta, dengan izin Allah, segala yang di dunia ini, mesti akhirat belum tiba. Di akhirat kau akan berada di tempat damai dan di surga yang tinggi.


Risalah ke Dua Puluh Tujuh
Ia bertutur:


Anggaplah kebaikan dan keburukan sebagai dua buah dari dua cabang sebuah pohon. Cabang yang satu menghasilkan buah yang manis, sedang cabang yang satunya lagi, buah yang pahit. Maka dari itu, tinggalkanlah kota-kota, negeri-negeri yang menghasilkan buah-buah pohon ini dan penduduknya.


Dekatilah pohon itu sendiri dan jagalah. Ketahuilah kedua cabang ini, kedua buahnya, sekelilingnya, dan senantiasa dekatlah dengan cabang yang menghasilkan buah yang manis; maka ia akan menjadi makananmu, sumber dayamu, dan waspadalah agar kau tak mendekati cabang yang lain, makan buahnya, dan akhirnya rasa pahitnya membinasakanmu. Jika kau senantiasa berlaku begini, kau akan selamat dari segala kesulitan, sebab kesulitan diakibatkan oleh buah pahit ini. 

Bila kau jatuh dari pohon ini, berkelana di berbagai negeri, dan buah-buah ini dihadapkan kepadamu, lalu dibaurkan sedemikian rupa, sehingga tak jelas antara yang manis dan yang pahit, dan kau mulai memakannya, bila tanganmu mengambil buah yang pahit, sehingga lidahmu merasakan pahitnya, kemudian tenggorokanmu, otakmu, lubang hidungmu, sampai anasir tubuhmu, maka kau terbinasakan. Pembuanganmu akan sisanya dari mulutmu dan pencucianmu akan akibatnya tak dapat menghapus yang telah tertebar di sekujur tubuhmu, dan sia-sia.


Tapi, jika kau makan buah yang manis dan rasa manisnya menebar ke seluruh anggota tubuhmu, maka kau beruntung dan bahagia, meski hal ini tak mencukupimu. Tentu, bila kau makan buah yang lain, kau takkan tahu bahwa buah yang ini pahit. Maka, kau akan mengalami yang telah disebutkan bagimu. Maka, tak baik menjauh dari pohon itu dan tak tahu buahnya. Keselamatan terletak pada kedekatan dengannya. 

Jadi kebaikan dan keburukan berasal dari Allah yang Mahakuasa dan Mahaagung. "Allah telah menciptakanmu dan yang kau lakukan." (QS 37:96) Nabi saw. Bersabda: "Allah telah menciptakan penyembelih dan binatang yang disembelih." Segala tindakan hamba Allah adalah ciptaan-Nya, begitu pula buah upayanya. Allah yang Mahakuasa lagi Mahaagung berfirman: "Masuklah ke dalam surga disebabkan yang telah kau lakukan." (QS 16:32)


Mahaagung Dia, betapa pemurah dan penyayang Dia! Ia berfirman bahwa masuknya mereka ke dalam surga disebabkan oleh amal-amal mereka, sedang kemaujudan amal-amal mereka adalah berkat pertolongan dan kasih-sayanng-Nya. Nabi saw. Bersabda: "Tiada seorang pun yang masuk ke dalam surga lantaran amal-amalnya sendiri." Ia ditanya: "Termasuk Anda, Ya Rasulullah?" 

Ia berkata: "Ya, termasuk aku, jika Allah tak mengasihiku." Dalam berkata begini ia meletakkan tangannya di atas kepalanya. Ini diriwayatkan oleh Aisyah ra. Nah, jika kau mematuhi perintah-perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya, maka Dia akan melindungimu dari keburukan-Nya, menambah kebaikan-Nya bagimu, dan akan melindungimu dari segala keburukan, yang agamis dan duniawi. Mengenai keduniawian, Allah berfirman: "Demikianlah agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian; sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba pilihan Kami," (QS 12:24)


Dan mengenai agama, Ia berfirman: "Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur lagi beriman." (QS 4:147)


Adakah bencana yang akan menimpa orang yang beriman lagi bersyukur? Sebab ia lebih dekat kepada keselamatan daripada bencana, sebab ia berada dalam kelimpahan, lantaran kebersyukurannya. Allah berfirman: "Jika kamu bersyukur, tentu akan Kami lipatgandakan (nikmat-nikmat Kami) bagimu." (QS 14:7)


Dengan demikian, keimananmu akan memadamkan api neraka, api siksaan bagi setiap pendosa. Adakah hal itu takkan memadamkan api bencana di kehidupan ini, Ya Tuhanku? Dengan begini, segala musibah hanya akan melepaskannya dari kekejian hawa nafsu, dari kebertumpuan pada kehendak jasmani, dari kecintaan kepada orang, dan dari hidup bersama mereka. 

Maka dia diuji, hingga segala kelemahan ini lenyap darinya, dan hatinya tersucikan oleh ketiadaan semuanya itu, sehingga yang tertinggal di hati hanyalah keesaan Tuhan dan pengetahuan tentang kebenaran, dan menjadilah ia tempat curahan rahasia kegaiban, pengetahuan dan nur kedekatan. Sebab ia adalah sebuah rumah yang tiada ruang bagi selainnya. Allah berfirman:


"Allah tak menciptakan bagi manusia dua hati." (QS 33:5)


"Sesungguhnya para raja, bila mereka memasuki sebuah kota, menghancurleburkannya, dan menghinakan penduduknya." (QS 27:34)


Lalu mereka menghasilkan kemuliaan dari kebaikan mereka. Kedaulatan atas hati berada (di awal) kekejian hawa nafsu. Anasir tubuh selalu digerakkan oleh perintah mereka demi berbagai dosa dan kesia-siaan.


Kedaulatan ini kini pupus, anasir tubuh merdeka, rumah raja dan pelatarannya, yaitu dada, menjadi bersih. Kini hati telah bersih, telah dihuni oleh tauhid, dan pelataran telah menjadi arena kecerahan dari kegaiban. Semua ini adalah akibat dari musibah, cobaan dan buahnya. Nabi saw. Bersabda:


"Kami, para nabi, adalah yang paling banyak diuji di antara manusia, sedang yang lain sesuai dengan kedudukannya."


"Aku lebih tahu tentang Allah daripada kamu, dan lebih takwa kepada-Nya daripada kamu."


Siapa pun yang dekat dengan raja harus semakin berhati-hati, sebab ia berada di hadapan Sang Raja Yang Mahamelihat lagi Mahamengetahui akan gerak-geriknya.


Nah, jika kau berkata bahwa seluruh makhluk yang terlihat oleh Allah, adalah seperti satu orang, sehingga tiada yang tersembunyi dari-Nya, maka apa yang baik atau pernyataan apa ini? Mesti dikatakan kepadamu, bahwa bila kedudukan seseorang tinggi dan mulia, bahaya juga semakin besar, sebab perlu baginya bersyukur atas karunia-Nya bagimu. 

Sehingga sedikit pun menyimpang dari pengabdian kepada-Nya akan merusak kebersyukurannya dan kepatuhannya kepada-Nya. Allah berfirman: "Hai istri-istri Nabi, barangsiapa di antaramu berbuat keji yang nyata, niscaya akan dilipatgandakan siksaan kepada mereka." (QS 33:30)


Allah berfirman demikian tentang istri-istri ini, karena telah disempurnakan-Nya nikmat-Nya atas mereka dengan menghubungkanmereka kepada Nabi. Bagaimanakah kiranya kedudukan orang yang dekat kepada-Nya? Allah adalah Mahatinggi atas ciptaan-Nya.


"Tiada menyerupai-Nya, dan Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat." (QS 42:11)


Risalah ke Dua Puluh Delapan
Ia bertutur:


Engkau menginginkan agar kebahagiaan dan kedamaian terlimpahkan kepadamu, padahal kau masih berupaya membinasakan hewanimu, harapan akan balasan di dunia ini dan di akhirat, dan hal ini masih bersemayam dalam dirimu? Wahai yang terburu-buru! Berhenti dan berjalanlah perlahan-lahan; wahai yang berharap! Pintu tertutup selama keadaan ini masih berlangsung. Sesungguhnya beberapa sisa dari hal-hal ini masih ada padamu, dan beberapa butir kecilnya masih bersemayam dalam dirimu. 

Itulah kontrak kebebasan seorang hamba sahaya; selagi masih ada se-penny pun padanya, kau tertutup darinya. Selama kau masih menghisap biji kurma dari dunia ini, dari hawa nafsu, maksud dan kerinduanmu, dari memperhatikan sesuatu dari dunia ini, dari mengupayakan sesuatu pun darinya, atau mencintai sesuatu keuntungan duniawi atau akhirat - selama hal-hal ini masih bersemayam dalam dirimu, kau masih berada di pintu peluruhan diri. 

Berhentilah di sini, sampai peluruhan dirimu sempurna, lalu kau dikeluarkan dari tempat peleburan, dan kau terbusanai, terhiasi dan menjadi harum, lalu kau dibawa kepada Raja nan agung dan berkata:


"Sesungguhnya kamu pada sisi Kami menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya." (QS 12:54)


Maka kau dianugerahi limpahan nikmat, dibelai dengan rahmat-Nya, diberi miniman, didekatkan, dan diberi pengetahuan tentang yang rahasia. Kemudian kau terbebaskan dari kebutuhan, karena yang diberikan kepadamu berasal dari hal-hal ini dan terbebaskan dari kebutuhan segala suatu. 

Tidakkah kau lihat kepingan emas, yang beraneka ragam yang beredar pagi dan petang, di tangan para penjual obat, tukang jagal, penjual makanan, penyamak, tukang minyak, pembersih dan lain-lain, baik yang bagus, rendah ataupun yang kotor? 

Kemudian kepingan-kepingan in dikumpulkan dan memasukkan ke dalam tempat peleburan logam; lalu kepingan-kepingan ini meleleh dalam kobaran api, dikeluarkan darinya, ditempa dan dijadikan hiasan-hiasan, diperhalus, diperintah, dan kemudian ditempatkan di tempat-tempat terbaik, rumah-rumah, di balik kunci, dalam kotak-kotak, tempat-tempat gelap, atau dijadikan hiasan sebuah jembatan, dan kadang jembatan seorang raja besar. 

Dengan demikian, kepingan-kepingan emas itu berlalu dari tangan para penyamak kehadapan para raja dan istana setelah dilebur dan ditempa. Dengan begini, duhai yang beriman, jika kau senantiasa bersabar dengan karunia-Nya, dan berpasrah terhadap takdir-Nya. 

Maka kau akan didekatkan kepada Tuhanmu di dunia ini, dikaruniai pengetahuan tentang-Nya dan segala pengetahuan serta rahasia, dan akan dikaruniai tempat damai di akhirat bersama dengan para Nabi, shiddiq, syahid dan shalih dalam kedekatan Allah, dalam rumah-Nya, dan dekat dengan-Nya, sembari mereguk kasih-sayang-Nya. 

Maka dari itu, bersabarlah, jangan terburu-buru, ridhalah senantiasa dengan takdir-Nya, dan jangan mengeluh terhadap-Nya. Jika kau lakukan yang demikian, maka kau akan merasakan kesejukan ampunan-Nya, lezatnya pengetahuan tentang-Nya, kelembutan dan karunia-Nya.

Risalah ke Dua Puluh Sembilan
Ia bertutur:

Nabi Suci saw bersabda: "Kemiskinan mendekatkan kepada kekafiran."

Hamba yang beriman kepada Allah dan memasrahkan segala urusannya kepada-Nya, diberi kemudahan oleh Allah dan keyakinan teguh bahwa apapun yang akan datang kepadanya, akan sampai kepadanya, dan apa pun yang tak mencapainya, takkan datang kepadanya, dan bahwa:

"Barangsiapa patuh kepada Allah, Ia berikan baginya jalan keluar dan rizki yang tak disangka-sangkanya dan barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya." (QS 65:2-3)

Ia berkata begini kala ia dalam kemudahan dan kesenangan; lalu Allah mengujinya dengan musibah dan kemiskinan; meka ia berdoa dengan penuh kerendahdirian; tapi Ia tak mengabulkannya. Maka sabda Nabi saw: "Kemiskinan mendekatkan kepada kekafiran," berlaku. 

Maka Allah bermurah kepadanya. Ia sirnakan darinya segala yang merundungnya, terus memberinya kesenangan, kelimpah-ruahan, dan daya untuk bersyukur serta memuji Allah, hingga ia menghadap-Nya. Bila Allah ingin mengujinya, Ia kekalkan musibah-Nya padanya dan memutuskan darinya pertolongan iman. Maka ia menunjukkan kekafiran dengan menyalahkan dan menuduh Allah, dan dengan meragukan janji-Nya. 

Sehingga ia mati dalam keadaan tak beriman kepada Allah, mengingkari ayat-ayat-Nya, dan merasa marah kepada Tuhannya. Mengenai orang semacam ini, Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya orang yang paling sengsara, pada Hari Kebangkitan, ialah orang yang telah diberi kemiskinan oleh Allah di kehidupan ini, dan disiksa di akhirat. Kami berlindung kepada Allah dari hal semacam itu."

Kemiskinan yang diperbincangkan ini ialah kemiskinan yang membuat manusia lupa kepada Allah, dan karena inilah, ia berlindung kepada-Nya. 


Orang yang hendak dipilih oleh Allah, yang telah dijadikann pilihan-Nya dan pengganti para Nabi-Nya, dan yang telah dijadikan pilihan-Nya dan pengganti para Nabi-Nya, dan yang telah dijadikan sebagai penghulu para wali-Nya, manusia agung dan berilmu, perantara dan pembimbing ke arah Tuhan - kepada orang ini, Ia anugerahkan limpahan kesabaran, kepatuhan dan keterleburan dalam kehendak-Nya. 

Kemudian Ia karuniakan kepadanya limpahan rahmat-Nya sepanjang siang dan malam, sendiri atau bersama, kadang tampak, kadang tak tampak; dan menyertai inilah berbagai kelembutan, hingga akhir hayatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar