Minggu, 31 Agustus 2014

Hikmah Kutipan Bagian ke : 7 ), ~ Kitab "Sirr al-asrar fi ma yahtaju Ilahi al-abrar"

Atau Kitab "Rahasia Dalam Rahasia-rahasia yangKebenarannya Sangat Diperlukan".

7: ILMU PENGETAHUAN DAN PERKEMBANGAN KEROHANIAN

Ilmu pengetahuan zahir tentang benda-benda yang sebenarnya dibagi menjadi dua belas bagian dan ilmu pengetahuan batin juga dibagi menjadi dua belas bagian. 

Bagian-bagian tersebut dibagi di antara orang awam dan orang khusus, hamba-hamba Allah yang sejati, menurut tingkat kemampuan dan kemampuan mereka.

Untuk tujuan yang berhubungan dengan kita pembicaraan ilmiah tentang ini dibuat dalam empat bagian. Bagian pertama melibatkan aturan agama,tentang kewajiban dan larangan berhubungan dengan hal-hal dan peraturan di dalam dunia ini.

 Kedua menyentuh soal pengertian atau maksud internal sertatujuan peraturan tersebut dan bagian ini dinamakan bidang kerohanian yaitu pengetahuan tentang hal-hal yang tidak nyata. 

Ketiga tentang hakikat spiritual yang tersembunyi yang dinamakan kearifan. 

Ke empat tentang fakta internal fakta yaitu tentang kebenaran yang sebenar-benarnya. 
Manusia yang sempurna harus mempelajari semua bidang atau bagian tersebut dan mencari jalan ke arahnya.
Nabi saw bersabda,

 "Agama adalah pohon, spiritualitas adalah dahannya, kearifan (makrifat) adalah daunnya, kebenaran (fakta) adalah buahnya. 

Al-Qur'an dengan komentarnya, keterangannya, terjemahannya dan ibarat-ibaratnya memiliki semuanya itu....
 ". Di dalam buku al-Najma kata-kata tafsir, ulasan dan takwil serta terjemahan melalui ibarat dapat dimengerti sebagai:

( review terhadap Quran adalah deskripsi dan detail untuk bunga pemahaman orang awam ), sementara terjemahan melalui ibarat adalah deskripsi tentang maksud yang tersirat yang bisa diselami melalui tafakur yang mendalam serta memperoleh ilham sebagaimana yang dialami oleh orang-orang beriman yang sejati. 

Terjemahan yang demikian adalah untuk hamba-hamba Allah yang khusus lagi teguh, terus didalam suasana spiritual mereka dan teguh dengan pengetahuan yang memungkinkan mereka membuat pertimbangan yang benar. 

Kaki mereka teguh berpijak di atas bumi sementara hati dan pikiran mereka menjulang ke ilmu ketuhanan. Dengan rahmat Allah keadaan terus begini yang tidak bercampur dengan keraguan di tempatkan dipusat hati mereka. 

Hati yang teguh dalam suasana ini sesuai dengan bagian kalimat tauhid "La ilaha illa Llah", pengakuan terakhir keesaan.

"Dia-lah yang menurunkan Kitab kepadamu. Sebagiannya adalah ayat-ayat yang menghukum, yaitu ibu-ibu bagi Kitab, dan (sebagian) yang lain adalah ayat-ayat yang perlu takwil. 

Adapun orang-orang yang di hati merekaada kesesatan mencari-cari apa yang ditakwil darinya karena akan membuat fitnah dan karena hendak membuat takwilnya sendiri padahal tidak mengetahui takwilnya melainkan Allah dan orang-orang yang teguh kuat di dalam ilmu berkata, 'Kami beriman kepadanya (karena) semua itu dari Tuhan kami ', dan tidak mengerti melainkan orang-orang yang memiliki pikiran ". (Surah Imraan, ayat 7)

Jika pintu kepada ayat ini terbuka akan terbuka juga semua pintu-pintu ke alam rahasia batin.
Hamba Allah yang sejati berkewajiban melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. 
Dia juga harus melawan ego dirinya dan mengekang kecenderungan jasad yang tidak sehat. 

Dasar penentangan ego terhadap agama adalah dalam bentuk khayalan dan gambaran yang bertentangan dengan kenyataan. 

Pada tingkat spiritual ego yang khianat itu mendorong seseorang untuk mengakui dan mengikuti alasan dan dorongan yang hanya hampir dengan kebenaran (bukan kebenaran yang sejati), meskipun risalat nabi dan fatwa wali yang telah diubah, juga mengikuti guru yang menurutnya salah. 

Pada tingkat makrifat ego mencoba mendorong seseorang agar mengakui kewalian dirinya sendiri bahkan ego juga menyeret seseorang kepada mengakui ketuhanannya - dosa paling besar menganggapkan diri sendiri sebagai berafiliasi dengan Allah. 

Allahberfirman:
"Tidakkah kamu perhatikan orang yang mengambil hawa nafsunya sebagai tuhan .." (Surah Furqaan, ayat 43).

Tapi tingkat kebenaran sejati adalah berbeda. Ego dan iblis tidak bisa sampai ke sana. Bahkan malaikat juga tidak sampai ke sana. Siapapun kecuali Allah jika sampai ke sana pasti terbakar. 

Jibril berkata kepada Nabi Muhamamd saw pada perbatasan tingkat ini, "Jika aku maju satu langkah lagi aku akan terbakar menjadi abu".

Hamba Allah yang sejati bebas dari pertandingan egonya dan iblis karena dia dilindungi oleh perisai keikhlasan dan kesucian.

"Ia (iblis) berkata: 
Maka demi kemuliaan-Mu, aku akan sesatkan mereka semuanya, kecuali di antara mereka hamba-hamba-Mu yang dibersihkan". (Surah Shad, ayat 82 & 83).

 Manusia tidak dapat mencapai hakikat kecuali dia suci murni karena atribut keduniaannya tidak akan meninggalkannya sampai fakta menyata dalam dirinya. Ini adalah keikhlasan sejati. 

Kejahilannya hanya akan meninggalkannya bila dia menerima pengetahuan tentang Zat Allah. Ini tidak dapat dicapai dengan pelajaran; hanya Allah tanpa mediasi dapat mengajarinya.

 Bila Allah Yang Maha Tinggi sendiri yang menjadi Guru, Dia karuniakan ilmu yang dari-Nya sebagaimana Dia lakukan kepada Khaidhir. Kemudian manusia dengan kesadaran yang diperolehnya sampai ke tingkat makrifat di mana dia mengenal Tuhannya dan menyembah-Nya yang dia kenal.

Orang yang sampai kepada suasana ini memiliki penyaksian rohsuci dan dapat melihat kekasih Allah, Nabi Muhamamd saw Dia dapat berbicara dengan beliau tentang segala hal dari awal hingga akhir dan semua nabi-nabi yang lain memberikannya kabar gembira tentang janji konsolidasi dengan yang dikasihi. 

Allah menggambarkan suasana ini:
"Karena Barangsiapa taat kepada Allah dan rasul-Nya,maka mereka beserta orang-orang yang diberi nikmat dari nabi-nabi, Siddiqin,syuhada dan salihin dan Alangkah baiknya mereka ini sebagai sahabat dekat". (Surah Nisaa ', ayat 69).

Orang yang tidak dapat menemukan pengetahuan ini di dalam dirinya tidak akan menjadi arif meskipun dia membaca seribu buah buku. 

Nikmat yang dapat diharapkan oleh orang yang mempelajari ilmu zahir adalah surga; disana semua yang dapat dilihat adalah kenyataan sifat-sifat Ilahi dalam bentuk cahaya. Tidak peduli seberapa sempurna pengetahuannya tentang hal nyata yang dapat dilihat dan terpercaya 

Itu tidak membantu seseorang untuk masuk kesuasana kesucian dan mulia, yaitu mendekatkan dengan Allah, karena kita harus terbang ke tempat tersebut dan untuk terbang harus dengan ke dua sayap. Hamba Allah yang sejati adalah yang terbang ke sana dengan menggunakan dua sayap, yaitu pengetahuan zahir dan pengetahuan batin, tidak pernah berhenti di tengah jalan,tidak tertarik dengan apa saja yang ditemukan dalam perjalanannya. 

Allahberfirman melalui rasul-Nya:
"Hamba-Ku, jika kamu ingin masuk ke kesucian dekat dengan-Ku jangan pedulikan dunia ini atau alam tinggi para malaikat, tidak juga yang lebih tinggi di mana kamu dapat menerima sifat-Ku yang suci".

Dunia materi ini menjadi godaan dan tipu daya setan kepada orang yang berilmu. Alam malaikat menjadi dorongan kepada orang yang bermakrifat dan suasana sifat-sifat Ilahi menjadi godaan bagi orang yang memiliki kesadaran terhadap fakta. 

Siapa yang puas dengan salah satu dari yang demikian akan terhalang dari karunia Allah yang membawanya hampir denganZat-Nya. 

Jika mereka tertarik dengan godaan dan rangsangan tersebut mereka akan berhenti, mereka tidak dapat maju lagi ke depan, mereka tidak bisa terbang lebih tinggi lagi. Meskipun tujuan mereka adalah tinggal sejarak dengan Pencipta mereka tapi tidak lagi bisa sampai ke sana. 

Mereka telah terpedaya, karena mereka hanya tinggal memiliki satu sayap.
Orang yang mencapai kesadaran tentang fakta yang sebenarnya, menerima rahmat dan karunia dari Allah yang tidak pernah mata melihatnya dan tidak pernah mendengarnya, dan tidak pernah hati mengetahui namanya. 

Inilah surga jarak dan kedekatan dengan Allah. 
Di sana tidak ada mahligai permata juga tidak ada bidadari yang cantik sebagai pasangan. 
Sehingga dengan demikian semoga manusia mengetahui nilai dirinya dan tidak berkehendak, tidak menuntut apa yang tidak layak baginya. 

Ali ra berkata, 
"Semoga Allah merahmati orang yang mengetahui harga dirinya, yang tahu menjaga diri agar berada di dalam perbatasannya, yang memelihara lidahnya, yang tidak menghabiskan waktu dan umurnya di dalam ke sia-sia'an".

Orang yang berilmu harus menyadari bahwa bayi roh yang lahir dalam hatinya adalah pengenalan tentang kemanusiaan yang nyata, yaitu insan yang sejati. 

Dia harus mendidik bayi hati, dengan ajarkan keesaanNya dengan melalui wawasan dan ilmu pengetahuan secara berkelanjutan dan menyadari tentang keesaanNya . "Kemudian tinggalkan keduniaan materi ini yang multi-bilang, cari alam spiritual, alam rahasia di mana tidak ada yang lain kecuali Zat Allah. 

Dalam kenyataannya di sana bukan tempat, itu tidak ada awal dan tidak ada akhir. 

Melainkan Bayi hati terbang melewati padang yang tiada habisnya itu, dan menyaksikan hal-hal yang tidak pernah dilihat mata sebelumnya, tidak ada yang bercerita tentangnya, tiada siapa bisa menggambarkannya. 

Tempat yang menjadi rumah tinggal bagi mereka yang meninggalkan diri mereka dan menemukan keesaan denganTuhan mereka, mereka yang memandang dengan pandangan yang sama dengan Tuhan mereka, pandangan dalam keesaanNya. 

Bila mereka menyaksikan keindahan dan kemuliaanTuhan mereka tidak ada apa lagi yang tinggal dengan mereka. Bila dia melihat matahari dia tidak bisa melihat yang lain, dia juga tidak dapat melihat dirinya sendiri. 

Bila keindahan dan kemurahan Allah menjadi nyata apa lagi yang tinggal dengan seseorang? 
Tidak ada apa-apa lagi..!

Nabi saw bersabda, 

"Seseorang harus dilahirkan dua kali untuk sampai ke alam malaikat ini". Iyaitu adalah kelahiran kedua maksudnya hidup setelah mati dan mati sebelum mati, artinya dia telah melepaskan segala pengaruh dari perbuatan dan kelahiran rohani dari jasadnya. 

Kemungkinan kalian bertanya adkah yang demikian di antara manusia, karena ini adalah suatu keanehan dan ta logis ya disinilah letak rahasianya manusia. Ia lahir dari percampuran pengetahuan tentang agama dan kesadaran terhadap fakta, sebagaimana bayi lahir hasil pencampuran dari dua titik air.

Namun manusia lupa saat ketika dia baru lakhir dia hanya bisa menangis dan melepaskan segala hasrat hatinya kepa Sang Pencipta tanpa meminta dan berharap melainkan hanya berupaya dengan tangisnya.

Allah berfirman :
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes (mani) yang bergiliran, yang Kami berikan percobaan kepada mereka,yaitu Kami jadikan dia mendengar dan melihat". (Surah Insaan, ayat 2).

Bila maksud menjadi nyata dalam keberadaan itu menjadi mudah untuk melewati bagian yang dangkal dan masuk ke dalam laut penciptaan dan membenamkan dirinya ke dasar hukum-hukum aturan Allah. Sekalian alam kebendaan ini hanyalah satu titik jika dibandingkan dengan alam spiritual. 

Dan hal ini baru bisa dipahami bila semua telah dijalani dan tidak ada kekuatan spiritual dan cahaya keajaiban yang bersifat ketuhanan, apabila tanpa berbekalkan kekuatan iman dan sesungguhnya karena fakta yang sebenarnya, hanya memancar ke dalam dunia tanpa kata dan tanpa suara.

Demikianlah bahasan untuk kali ini dan semoga saja bermanfaat sekian dan Wassalam,- 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar