Senin, 25 Agustus 2014

Hikmah Kutipan Bagian ke 15 ), ~ Kitab "Sirr al-asrar fi ma yahtaju Ilahi al-abrar"

Atau Kitab "Rahasia DalamRahasia-rahasia yang kebenarannya sangat diperlukan".

15: DARWIS (SUFI)
Ada satu orang yang dikenal sebagai sufi. 
Empat interpretasi diberikan kepada istilah sufi. 
Ada yang melihatnya pada kondisi zahir mereka memakai baju bulu yang kasar.

Bulu dalam bahasa Arab adalah suf. Dari kata ini mereka disebut sufi. Yang lain melihat ke kehidupan mereka yang bebas dari kekacauan dunia ini serta kedamaian dan keten traman mereka, kondisi yang sesuai dengan bahasa Arab safa. Dari kata safa itu timbul istilah sufi.

Yang lain pula memandang lebih mendalam, kepada hati mereka yang suci murni dan bebas dari apa saja kecuali Zat Allah. Dalam bahasa Arab safi berarti kesucian hati dan dari kata itu dikatakan timbul istilah sufi. 

Yang lain memanggil mereka sufi karena mereka hampir dengan Allah dan akan berdiri di barisan pertama di hadapan Allah pada hari kiamat. Safi dalam bahasa Arab berarti barisan.

Ada empat alam, empat dunia. Yang Pertama adalah alam atau dunia materi - tanah, air, api dan angin semuanya merupakan materi dalam alam ini. 

Kedua adalah alam makhluk rohani - malaikat, jin, mimpi dan kematian, ganjaran Allah- delapan surga dan keadilan Allah - tujuh neraka. 

Ketiga adalah alam huruf, nama-nama indah untuk sifat-sifat Allah, dan Loh Tersembunyi (Loh Mahfuz) yang menjadi sumber kepada perintah-perintah Allah. 

Ke empat ialah alam Zat Allah Yang Maha Suci, alam yang tidak dapat digambarkan atau dijelaskan karena pada alam ini atau tahap ini tidak ada kata, nama-nama, sifat-sifat atau persamaan.Tidak ada kecuali Allah yang mengetahuinya.

Ada pula empat jenis ilmu. 
Pertama ilmu tentang peraturan Allah, dan kaitannya dengan aspek lahir kehidupan dunia ini. 
Kedua adalah ilmu spiritual, pengetahuan batin tentang sebab dan akibat. 
Ketiga adalah ilmu tentang jiwa, roh, mengenal diri dan melalui pengetahuan tentang ketuhanan diperoleh. Akhirnya ilmu tentang kebenaran atau fakta.

Roh juga ada empat jenis, roh kebendaan, roh yang arif, roh yang memerintah (roh sultan) dan roh kudus (roh suci).
Yang lahir, kenyataan bagi pencipta, juga ada empat jenis. 
Pertama adalah kenyataan di dalam rupa, bentuk, warna, seumpama gubahan-Nya. 
Kedua adalah kenyataan perbuatan dan respon dalam hal yang terjadi. 
Ketiga adalah pernyataan dalam sifat, bakat, perangai-perangai sesuatu. Akhirnya kenyataan bagi zat-Nya.

Akal atau daya menimbang juga ada empat jenis: akal yang mengatur soal-soal kehidupan duniawi, akal yang menimbang dan memikirkan soal-soal akhirat, akal bagi roh yang bertugas dalam bidang makrifat dan akhirnya akal yang meliputi.

Hal yang dibahas juga ada empat jenis. Empat jenis ilmu,empat jenis roh, empat jenis pengungkapan (pernyataan) dan empat jenis akal. 

Ada orang yang berada pada tingkat pertama ilmu, roh, kenyataan dan akal.Mereka adalah penghuni surga pertama yang disebut surga yang menjadi tempat kembali yang mensejahterakan, yaitu surga duniawi. 

Mereka yang berada pada tingkat kedua ilmu, roh, kenyataan dan akal tergolong ke dalam surga yang lebih tinggi, taman kesukaan dan kesenangan karunia Allah kepada makhluk-Nya, surga di dalam alam malaikat .. 

Sebagian manusia yang mencapai tingkat ketiga ilmu,roh, kenyataan dan akal (makrifat) berada di dalam surga tingkat ketiga, surga langit-langit, surga nama-nama dan sifat-sifat Ilahi dalam alam ke esaan.

Namun, mereka yang mencari dan terikat dengan imbalan Allah, bahkan surga, tidak dapat melihat fakta nyata dalam diri mereka dan dalam benda-benda di sekeliling mereka. 

Mereka yang arif, yang menemukan fakta,mereka yang mencapai suasana nyata sufi, suasana keinginan menyeluruh - tidak inginkan sesuatu apa pun kecuali Allah, berhajat kepada Allah saja -meninggalkan segalanya dan tidak menemukan apa-apa kecuali yang hak. 

Mereka temui apa yang mereka cari dan masuk ke dalam alam yang hak, dan jarak dengan Allah, dan hidup semata-mata karena Zat Allah, tidak karena yang lain.

Ini sesuai dengan perintah Allah, "Carilah keamanan dengan Allah" dan ikut nasihat Nabi saw, "Kedua dunia dan akhirat terlarang bagi orang yang mencintai Allah". Nabi saw tidak memaksudkan kedua dunia dan akhirat dihukumi haram. 

Apa yang beliau maksudkan ialah orang yang berkehendak menemui Allah membatasi keinginan hawa nafsunya, seyogianya, kasih sayang dan cita-citanya kepada dunia dan akhirat.

Pencari yang hak memberi alasan: 
Dunia ini adalah ciptaan dan kita juga ciptaan. Semua yang diciptakan berhajat kepada Pencipta.Bagaimana mungkin yang berhajat meminta kepada yang berhajat juga. Apa lagi jalan bagi yang diciptakan kecuali mencari Pencipta.

Allah berfirman melalui Rasul-Nya,
"Kecintaan-Ku,Wujud-Ku, adalah kecintaan mereka kepada-Ku".

Nabi saw bersabda,
"Keadaanku yang sangat berhajat,kemiskinanku, adalah kemegahanku". Kondisi yang sangat berhajat dan kecintaan kepada Allah menjadi dasar untuk pencarian sufi. 

Kondisi kemiskinan yang menjadi kebanggaan Nabi saw bukanlah kekurangan sesuatu berbentuk keduniaan atau materi.

 Ini adalah rilis segalanya kecuali keinginan kepada Zat Allah. Ini adalah segala sesuatu- tidak hanya yang di dalam dunia ini, bahkan yang dijanjikan di akhirat juga - dan karenanya suasana berhajat sepenuhnya untuk dipersembahkan kepada Allah.

Inilah kondisi yang menyebabkan seseorang kepada kekosongan atau ketiadaan diri, lenyap di dalam zat Allah. Ini adalah mengosongkan diri seseorang dari apa saja kecuali cinta Allah. Kemudian hati menjadi bernilai atau layak untuk menerima janji Allah, "Aku tidak dapat ditanggung oleh langit dan bumi tetapi layak ditanggung oleh hati hamba-hamba-Ku yang beriman".

Hamba yang beriman adalah yang melepaskan apa saja kecuali Yang Esa dari hatinya. Bila hati sudah disucikan, Allah melapangkannya dan memuat Diri-Nya ke dalamnya.

Sebagaimana " Bayazid Bustami menggambarkan luas hatinya dengan mengatakan, "Jika segala yang maujud di dalam dan di sekeliling takhta,luas semua ciptaan Allah, ditempatkan di penjuru hati manusia sempurna dia tidak akan merasakan beratnya".

Begitulah kondisi kekasih Allah. 
Kasihilah mereka dan sentiasalah bersama mereka karena yang mencintai akan bersama-sama yang dicintai pada hari akhirat nanti. 

Tanda kecintaan itu adalah mencari keberadaan bersama-sama mereka, berkehendak mendengar perkataan mereka, dan dengan pandangan serta kata mereka, dapat merasakan kerinduan terhadap Allah Yang MahaTinggi.

Allah berfirman melalui Nabi-Nya, 
"Aku merasakan kerinduan para hamba-Ku yang beriman, yang baik-baik, hamba yang sejati, terhadap diri-Ku dan Aku juga merindukan mereka".

Kekasih Allah terlihat berbeda dari orang lain, perilaku dan tindakan mereka juga berbeda. 
Pada tahap awal, ketika masih baru, tindakan mereka terlihat seimbang antara baik dengan buruk. 

Namun apabila mereka maju lagi dan sampai ke tingkat pertengahan, perbuatan mereka penuh dengan manfaat. Dalam semua hal kebaikan yang keluar melalui mereka bukan saja dalam ketaatan mereka mematuhi perintah Allah dan aturan agama, tetapi juga dalam perbuatan yang mengandung puncak kebahagiaan dan bersinar dengan cahaya kepada maksud bagi yang lahir.

Mereka tampaknya dipakaikan dengan pakaian dari cahaya yang berwarna warni yang memancar dari mereka menurut makom mereka.

Bila mereka dapat mengalahkan ego mereka dan kejahatan nafsu yang rendah dengan berkat kalimah tauhid 
"La ilaha illa Llah" dan sampai ke eksistensi yang bisa membedakan antara yang hak dengan yang batil,yang benar dengan yang salah, cahaya biru langit memancar keluar dari mereka.

Bila dalam tahap tersebut, dengan pertolongan dan ilham dari Allah, mereka pindah sepenuhnya ke dalam kebaikan dan meninggalkan kejahatan keseluruhan, cahaya merah membungkus atau membaluti mereka.

Dengan mengatakan nama Allah - HU - nama itu tidak ada yang lain kecuali yang hak dapat menceritakannya, mereka sampai ke tingkat dipersucikan dari segala sifat-sifat keji dan perbuatan jahat dan menemukan suasana tenang dan aman, kemudian cahaya hijau keluar dari mereka.

Bila semua ego dan keinginan, bila semua kehendak diri sendiri dihapus melalui berkat HAQ, yang sebenarnya, dan bila mereka menyerahkan kehendak mereka kepada kehendak Allah dan ridha dengan apa juga yang datang dari-Nya, warna mereka berubah menjadi cahaya putih.

Inilah gambaran orang-orang sufi dari tingkat awal mereka didalam perjalanan sampailah ke tingkat menengah. Tetapi seseorang yang sampai keperbatasan tingkat ini tidak memiliki bentuk atau warna. Dia menjadi seolah-olah sinar matahari. 

Cahaya matahari tidak berwarna. Sufi yang sampai kemakom yang paling tinggi tidak memiliki eksistensi untuk membalikkan cahaya atau warna. Jika ada, warnanya adalah hitam, yang menyerap semua warna. Inilah tanda kondisi fana

Orang yang melihat dia, kondisi yang tidak warna ini,terlihat gelap, menjadi tabir menutupi cahaya makrifat yang dia miliki, seperti malam menutupi sinar matahari. 

Allah berfirman:
"Dan Kami jadikan malam itu (sebagai) pakaian. Dan Kami jadikan siang itu tempat penghidupan". 
(Surah Nabaa, ayat 10 & 11).

Bagi mereka yang sampai kepada hakikat atau esensi akal dan ilmu, ada tanda dalam ayat di atas.
Mereka yang sampai kepada kebenaran (fakta) ketika di dalam dunia ini merasakan seolah-olah di penjarakan di sini di dalam kamar kurungan di bawah tanah yang gelap. 

Mereka menghabiskan hidup mereka di dalam kesusahan dan kesengsaraan. 
Mereka menanggung kesusahan yang besar, tekanan-tekanan situasi, di dalam dunia yang gelap sepenuhnya. 

Nabi saw bersabda, 
"Dunia ini adalah penjara bagi orang beriman". Seperti yang beliau kabarkan percobaan yang paling besar menimpa para nabi, kemudian yang hampir dengan Allah, kemudian dengan harga menurun berdasarkan harga seseorang ingin mendekati Allah. 

Jadi, adalah sesuai bagi sufi memakai pakaian hitam dan mengikat serban hitam di kepalanya, karena itu adalah pakaian orang yang siap menempuh kesusahan dan kesakitan di dalam perjalanan ini.

Di dalam kenyataan, hitam adalah pakaian paling sesuai bagi mereka yang berkabung karena kehilangan kemanusiaan dan keberadaan diri mereka. Banyak manusia yang kehilangan penghargaan yang berharga karena kelalaian,sesuai hanya untuk kemanusiaan, bagi mereka yang sadar, bagi yang bisa melihat kebenaran, menolak itu membunuh kehidupan abadi dengan tangan mereka sendiri. 

Membuang kasih Ilahi yang kerinduan di dalam hati mereka, memisahkan diri mereka menolak roh suci, mereka hilang kesempatan untuk kembali ke asal mereka,kepada penyebab. Meskipun mereka tidak mengetahuinya, merekalah yang menderita bala yang paling besar. 

Jika mereka sadar yang mereka sudah kehilangan segala nikmat akhirat, kehidupan abadi, mereka tentunya memakai pakaian hitam, pakaian berkabung. Janda yang kematian suami berkabung selama empat bulan sepuluh hari. 

Ini adalah berkabung karena kehilangan sesuatu di dalam dunia. Orang yang kehilangan kebaikan hidup yang abadi seharusnya berkabung secara abadi juga.

Nabi saw bersabda, 
"Mereka yang ikhlas selalu berada ditepi bahaya besar". Betapa tepat gambaran ini tentang orang yang terpaksa berjalan berjingkat dengan penuh kewaspadaan! Tapi inilah suasana sufi yang meninggalkan eksistensi dirinya dan berada di dalam alam fana.

 Kefakirannya terhadap dunia ini yang ditinggalkannya dan hajatnya yang penuh kepada Allah sangat besar, dan dia melewati kemanusiaan sebagai keindahan yang bersangatan.

Mereka yang memperoleh kesaksian kepada yang hak, setelah menyaksikan keindahan kebenaran itu, tidak ingin melihat yang lain lagi. 

Mereka tidak bisa melihat kecintaan dan kerinduan kepada apa saja. Bagi mereka,Allah-lah yang menjadi yang dikasihi, hanya Dia yang ada. Begitulah kondisi mereka di dalam kedua alam. 

Itulah satu-satunya tujuan mereka. Akhirnya mereka menjadi insan, dan Allah ciptakan insan supaya mengenali-Nya, supaya mencapai Zat-Nya.

Menjadi kewajiban bagi setiap orang untuk menemukan dan mengenali atau mengetahui tujuan dia diciptakan dan menghayati maksud tujuan tersebut, kewajiban yang mereka tanggung di dalam dunia ini dan di akhirat, sehingga mereka tidak menghabiskan usia mereka di dalam kerugian, agar mereka tidak menyesal selamanya di akhirat - dikemas, tenggelam di dalam kerinduan yang akan mereka sadari akhirnya di dalam penyesalan yang abadi.

Demikianlah Untuk kali ini dan Insya Allah bersambung...>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar