Rabu, 27 Agustus 2014

Hikmah Kutipan Bagian ke 9), ~ Kitab "Sirr al-asrar fi ma yahtaju Ilahi al-abrar"

Atau Kitab "Rahasia Dalam Rahasia. Yang Rahasia Kebenarannya Sangat Diperlukan".


9: KEROHANIAN ISLAM DAN AHLI SUFI

Sufi adalah kata Arab - saf, yang berarti murni. Alam batin sufi dipersucikan, menjadi murni dan diterangi oleh cahaya makrifat, penyatuan dan kesatuan.

Istilah sufi dikaitkan juga dengan bidang kerohanian mereka yang selalu terhubung dengan sahabat-sahabat Rasulullah saw yang dikenal sebagai 'faksi yang memakai baju bulu'.

Saf, adalah pakaian bulu yang kasar dan menggambarkan keadaan mereka yang miskin lagi hina.

Di dalam kesempatan kehidupan dunia ini.
Mereka selalu menghemat di dalam makanan, minuman dan lain-lain.

Dalam buku 'al-Majm' ada dikatakan,
"Apa yang terjadi kepada anggota suluk yang suci adalah pakaian dan kehidupan mereka sangat sederhana dan hina".

Meskipun mereka terlihat tidak menarik secara keduniaan tetapi hikmah kebijaksanaan (makrifat) mereka ternyata pada sifat mereka yang lemah lembut dan halus, adapun yang membuat mereka menarik kepada siapapun yang mengenali mereka.

Mereka menjadi contoh kepada alam manusia.
Mereka dipandu ilmu Ilahi. Pada pandangan Tuhan mereka berada pada martabat pertama kemanusiaan.

Dalam pandangan mereka yang mencari Tuhan faksi sufi ini terlihat cantik meskipun pada zahirnya tampak buruk.

Mereka harus dikenal dan mampu mengenali, dan mereka harus dengan cara itu ya mereka harus sama satu sama yang lainnya, karena mereka semua berada pada makam keesaan dan harus nyata sebagai satu.

Dalam bahasa Arab kata tasawwuf, kerohanian Islam, terdiri dari empat huruf - 'ta', 'sin', 'wau' dan 'pa' (t, s, w, f). Huruf pertama, t, berarti taubat.

Langkah pertama yang harus diambil pada jalan ini terdiri dari dua hal, pertama syariat zahir dan kedua batin.

Taubat zahir dalam perkataan, perbuatan dan perasaan, menjaga kehidupan agar bebas dari dosa dan kesalahan dan cenderung untuk berbuat kebaikan dan ketaatan;

Selanjutnya meninggalkan keburukan dan sifat-sifat yang sekiranya akan menjadikan pertentangan, untuk mencari kesejahteraan dan kedamaian.

Taubat batin dilakukan oleh hati.
Penyucian hati dari hawa nafsu duniawi yang penuh denan huru hara dan bertekad ingin bulatkan hati untuk mencapai alam ketuhanan.

Taubat - mengawasi kesalahan dan meninggalkannya, serta menyadari kebenaran dan berjuang ke arahnya - sehingga dapat membawa seseorang itu ke langkah kedua.

Langkah kedua adalah damai dan sejahtera, safa. Huruf 's' adalah simbolnya.

Dalam tahap ini juga ada dua langkah yang perlu diambil. Pertama adalah menuju kesucian di dalam hati dan kedua menuju pusat hati.

Hati yang tenang datang dari hati yang bebas dari kesusahan, keresahan yang disebabkan oleh masalah materi semua masalah ini, diantaranya makan, minum, tidur, dan dari berkata yang sia-sia.

Dunia ini seumpama energi yang menarik bumi, menarik hati ke bawah, dan untuk membebaskan hati dari masalah tersebut hingga menyebabkan terjadi tekankan kepada hati.

Karena di sana adanya ikatan-ikatan - hawa nafsu dan keinginan, kepemilikan,tuk mencintai keluarga dan anak-anak - yang mengikat hati seni ke bumi dan mencegahnya terbang tinggi.

Adapun cara membebaskan hati, untuk menyucikannya, adalah dengan mengingat Allah.
Pada awal tingkatan ini ingatan yang terjadi secara eksternal, dengan mengulangi nama-nama Tuhan, serta selalu menyebut-menyebutnya dengan kuat-kuat sehingga kamu dan orang lain bisa mendengarnya.

Dan apabiila ingatan kepada-Nya sudah mulai tertanam maka teruslah tanamkan hingga masukan kedalam hati dan apapun yang terjadi yang ada dalam ingatanmu hanyalah ingat kepadaNya.

Dan teruslah ingatkan hal tersebut hingga benar-benar masuk ke dalam hatimu yang terdalam hingga tertanam dan diam di dalam Qolbumu apapun yang terjadi baik dalam gerak maupun diam.

Allah berfirman:
"Sesungguhnya orang mukmin itu adalah mereka yang apabila disebut (nama) Allah, takutlah hati-hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah menambah keimanan mereka, dan kepada Tuhan merekalah mereka kembali". (Surah Anfaal, ayat 2).

Takut kan Allah dalam ayat tersebut berarti (Khauf ) takut dan harap,hormat dan mencintai Allah.

Dengan ingatan dan mengucapkan nama-nama Allah hingga hatimu menjadi tenang dan terjaga dari ketiduran dan kelalaian, serta menjadi suci bersih dan bersinar.

Sehingga kemudian bentuk dan rupa dari alam gaib pun menyata di dalam hati.

Nabi sawbersabda,
"Ahli ilmu zahir mendatangi dan menerkam sesuatu dengan akal pikirannya sementara ahli ilmu batin sibuk membersihkan dan memoles hati mereka".

Kesejahteraan pada pusat rahasia bagi hati diperoleh dengan membersihkan hati dari segala sesuatu dan menyiapkannya untuk menerima Zat Allah semata-mata yang memenuhi ruang hatinya bila hati sudah diperindahkan dengan kecintaan kepada Allah.

Maka alat pembersinya adalah dengan mengingat dan terus menyebut asma namaNya didalam hatimu, dengan lidah dan rahasia kalimat tauhid "La ilaha illaLlah". Dan apabila pusat hati mu sudah berada dalam suasana tenang dan damai maka tingkat kedua yang disimbolkan sebagai huruf 's' selesai.

Huruf ketiga 'w' berarti wilayah, suasana kemurnian dan keaslian pecinta-pecinta Allah dan sahabat-sahabat-Nya. Namun kondisi ini tergantung pada kesucian batin seseorang itu.

Allah menggambarkan sahabat-sahabat-Nya dengan firman-Nya:
"Ketahuilah, sesungguhnya pembantu-pembantu Allah tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak mereka bersedih hati.

Bagi merekalah kegembiraan di penghidupan dunia dan akhirat ... ". (Surah Yunus, ayat 62- 64).

Seseorang yang di dalam kesucian menyadari sepenuhnya tentang Allah, mencintai-Nya fan berhubungan dengan-Nya. Maka akibatnya dia diperelokkan dengan pribadi, akhlak dan perangai yang terbaik.

Ini adalah hadiah suci yang dikaruniakan Allah kepada mereka.

Nabi saw bersabda,
"Perhatikanlah akhlak yang mulia dan berbuatlah sesuai dengannya". Dalam tahap ini orang yang di dalam kesadarannya tersebut meninggalkan atribut keduniaannya yang sementara dan kelihatanlah dia diliputi oleh sifat-sifat Ilahi yang suci.

Dalam hadis Qudsi Allah berfirman:
"Bila Aku mencintai hamba-Ku, Aku menjadi pendengarannya, penglihatannya, percakapannya, pegangan dan perjalanannya".

Maka dari itu hapuskanlah segalanya hal dari hati kamu dan biarkan Allah saja yang berada di sana.

"Dan katakanlah telah datang kebenaran dan telah lenyap kepalsuan karena sesungguhnya kepalsuan itu akan lenyap". (Surah BaniIsrail, ayat 81).

Bila kebenaran telah datang dan kepalsuan telah lenyap maka selesailah tingkat provinsi.

Huruf ke empat 'f' berarti fana, lenyap diri sendiri ke dalam ketiadaan. Diri yang palsu akan hancur dan hilang ketika sifat-sifat yang suci telah memasuki hati seseorang, dan apabila sifat-sifat serta kepribadian yang banyak menghambat tempatnya akan digantikan oleh satu saja iaitu sifat keesaan.

Dalam pernyataan fakta selalu hadir. Ia tidak hilang dan tidak juga berkurang. Apa yang terjadi adalah orang yang beriman menyadari dan menjadi satu dengan yang menciptakannya.

Dalam suasana yang demikian seseorang akan berada bersama dengan-Nya. Dan orang yang beriman akan memperoleh karunia-Nya;sementara manusia yang menemukan keberadaanNya dengan nyata dan menyadari akan adanya rahasiaNya yang abadi. "Semua akan binasa kecuali Wajah-Nya". (Surah Qasas, ayat 88).

Sedangkan cara untuk menyadari fakta ini adalah melalui anugerah-Nya, dan dengan kehendak-Nya. Bila kamu berbuat kebaikan semata-mata karena-Nya dan sesuai dengan kehendak-Nya maka kamu akan menjadi hampir dengan fakta-Nya, Zat-Nya.

Kemudian semua akan lenyap kecuali Yang Esa yang meridhai dan yang Dia diridhainya, sehingga bersatunya. dalam segala perbuatan yang baik laksana seorang ibu yang melahirkan bayi kebenaran;

Sehingga melakhirkan kehidupan dalam kesadaran bagi manusia yang sebenarnya.

"Kata yang baik dan perbuatan yang baik naik kepadaAllah". (Surah Fatir, ayat 10).

Jika seseorang telah berbuat sesuatu dan jika keberadaannya bukan untuk Allah saja maka dia mengadakan sekutu bagi Allah, dan dia menempatkan yang lain pada tempat Allah maka berdosalah dia dan tidak akan diampuni dan hal yang demikian itu akan merusak serta memusnahkannya, baik cepat atau lambat. Tapi apabila diri dan kepentingan dirinya fana, maka pencapaian seseorang itu akan menghantarkannya kepada peringkat bersatunya dengan Allah.

Allah menggambarkan makam tersebut:
"Sesungguhnya orang-orang yang berbakti (adalah) dikebun-kebun dan (dekat) sungai-sungai. Di tempat duduk kebenaran, di sisi Raja Agung yang sangat kuat ". (Surah Qamar, ayat 54 & 55).

Tempat itu adalah tempat bagi fakta yang penting, fakta-fakta, tempat konsolidasi dan keesaan. Ini adalah tempat yang di sediakan untuk nabi-nabi, dan untuk mereka yang dikasihi oleh Allah, untuk para sahabat-Nya. Allah beserta dengan orang-orang yang benar.

Bila keberadaan telah bersatu dengan wujud yang abadi itu maka tidak lagi dapat dipandang sebagai keberadaan yang terpisah.

Bila semuai katan keduniaan ditanggalkan dan seseorang itu dalam suasana kesatuan dengan Allah, dengan izin (hakikat) IlahiNya, maka dia menerima kesucian yang abadi, dan tidak akan tercemar lagi, hingga termasuk ke dalam golongan yang telah disebutkanNya iaitu :
"Mereka itu ahli surga yang kekal di dalamnya".(Surah A'raaf, ayat 42).

Mereka adalah: "Orang-orang yang beriman dan beramal saleh".(Surah A'raaf, ayat 42).

Pokoknya: "Kami tidak memberatkan satu diri melainkan sekadar kuasanya". (Surah A'raaf, ayat 42).

Tetapi seseorang membutuhkan kesabaran yang kuat:
"Dan Allah beserta orang yang sabar". (Surah Anfaal, ayat 66).

Demikianlah untuk kali ini semoga saja bermanfaat dan Insya Allah Bersambung...>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar