Sabtu, 23 Agustus 2014

Hikmah Kutipan Bagian ke 20), ~ Kitab "Sirr al-asrar fi ma yahtaju Ilahi al-abrar"

Atau Kitab "Rahasia Dalam Rahasia-rahasia yangKebenarannya Sangat Diperlukan".

20: PUASA SYARIAT DAN PUASA KEROHANIAN
Puasa syariat adalah menahan diri dari makan, minum dan bersetubuh dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari.

Sedangkan' Puasa spiritual selain yang demikian ditambah lagi dengan memelihara indra dan pikiran dari hal-hal yang keji. Ini adalah melepaskan segala yang tidak sesuai, lahir dan batin.Rusak sedikit saja niat tentangnya maka rusaklah puasa rohani. 

Adapun' Puasa syariat terikat dengan waktu sementara puasa rohani adalah abadi di dalam kehidupan yang sementara ini dan kehidupan abadi di akhirat. Dan' Inilah puasa yang sebenarnya.

Nabi saw bersabda, 

"Banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan dahaga". Sedangkan' Puasa syariat ada waktu berbuka tetapi puasa rohani berjalan terus meskipun matahari sudah terbenam, hingga ajal menjemput meskipun mulut sudah merasakan makanan dan tanah di dalam pekuburan. 

Karena mereka adalah yang menjaga indra dan pemikirannya hingga bebas dari kejahatan dan yang menyakitkan baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Untuk itu Allah telah berjanji, "Puasa adalah praktek untuk-Ku dan Aku yang membalasnya". 


Adapun 'Tentang dua jenis puasa itu Nabi saw bersabda,

"Orang yang berpuasa mendapat dua kesukaan. Pertama bila dia berbuka dan kedua bila dia melihat ".
 Orang yang mengenali zahir agama mengatakan kesukaan yang pertama itu adalah kesukaan ketika berbuka puasa dan 'kesukaan ketika mereka melihat' itu adalah melihat anak bulan Syawal menandai hari raya.

 Orang yang mengetahui makna batin bagi puasa mengatakan kesukaan berbuka puasa adalah ketika seseorang yang beriman itu masuk surga dan menikmati balasan didalamnya, dan kesukaan yang lebih lagi adalah 'ketika Ia melihat TuhanNya', yang berarti ketika orang yang beriman melihat Allah dengan mata lakhirnya dan tidak hanya melalui rahasia bagi hatinya.


Jadi yang lebih berharga dari dua jenis puasa itu adalah puasa yang sebenarnya (yakni puasa hakikat), yaitu menghindari hati dari menyembah sesuatu yang lain dari Zat Allah. Dan Ini dilakukan dengan mata hati buta terhadap semua eksistensi, bahkan di dalam alam rahasia di luar dari alam dunia ini, melainkan kecintaan kepada Allah, karena meskipun Allah menjadikan segalanya untuk manusia, 


Dia jadikan manusia untuk-Nya, dan Dia berfirman:


"Insan adalah rahasia-Ku dan Aku rahasianya".


Rahasia itu adalah cahaya dari cahaya Allah Yang Maha Suci. 

Ini adalah pusat atau jantung hati, dijadikan dari sejenis massa yang sangat seni. Ini adalah roh yang mengetahui rahasia-rahasia yang hak. 

Ini adalah hubungan rahasia diantara yang diciptakan dengan Pencipta. Rahasia itu tidak cenderung dan tidak mencintai sesuatu yang lain dari Allah.


Sebab tidak ada yang berharga untuk diingini, dan tiada yang dikasihi di dalam dunia ini dan di akhirat, nanti melainkan Allah. 


Jika satu partikel saja dari sesuatu memasuki hati selain kecintaan kepada Allah, maka batallah puasa faktanya. Seseorang harus memperbaharuinya, hingga menghadapkan segala dari yang kehendak dan niatkan kembali kepada kecintaan-Nya, di sini dan di akhirat. 


Sebagaimana 'Firman Allah, "


Puasaadalah untuk-Ku dan hanya Aku yang membalasnya".


Demikianlah untk kali ini semoga saja bermanfaat dan Insya Allah bersambung...>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar