Atau Kitab "Rahasia Dalam Rahasia-rahasia yang KebenarannyaSangat Diperlukan".
18: PENYUCIAN INSAN SEMPURNA, YANG TELAH memisahkan dirinya dan membebaskan diri dari segala urusan dunia.
Tujuan penyucian itu ada dua jenis:
Pertama untuk memungkinkannya masuk ke alam sifat Ilahi dan kedua untuk mencapai makam Zat.
Penyucian untuk memasuki alam sifat Ilahi membutuhkan pelajaran yang membimbing seseorang di dalam proses penyucian cermin hati dari gambaran hewan manusia dengan cara banding, ucapan atau memikirkan dan mendoakan pada nama-nama Ilahi.
Ucapan itu menjadi kunci, kata rahasia yang membuka hati. Hanya bila mata itu terbuka barulah dia bisa melihat sifat-sifat Allah yang nyata. Kemudian mata itu melihat gambaran kemurahan Allah, nikmat, rahmat dan kebaikan-Nya di atas cermin hati yang murni itu.
Nabi saw bersabda,
"Mukmin adalah cermin bagi samanya mukmin". Juga sabda beliau,"Orang berilmu membuat gambaran sementara orang arif kuku". Juga sabda beliau, "Orang berilmu membuat gambaran sementara orang arif memoles cermin hati yang menangkap kebenaran." Bila cermin hati sudah dicuci sepenuhnya dengan dipoles terus menerus secara menzikirkan nama-nama Allah,seseorang mendapat jalan kepada pengetahuan dan sifat Ilahi.
Penyaksian terhadap pemandangan ini hanya mungkin terjadi di dalam hati.
Penyucian yang bertujuan mencapai Zat Ilahi adalah melalui terus menerus mentafakurkan kalimah tauhid. Yang mana ada tiga nama keesaan, iaitu tiga yang terakhir dari dua belas nama-nama Ilahi.
Nama-nama tersebut adalah:
La ilaha illa llah: Tidak ada yang ada kecuali Allah
ALLAH: Nama khusus bagi Tuhan
HU: Allah yang bersifat melampaui sesuatu
HAQ: Yang sebenarnya (Fakta)
Hayyun: Hidup Ilahi yang kekal abadi
QAYYUM: Berdiri dengan sendiri yang segala keberadaantergantung pada-Nya
Qahhar: Yang Maha Memaksa, meliputi segala sesuatu
WAHHAB: Pemberi tanpa batas
WAHID: Yang Esa
AHAD: Esa
SAMAD: Sumber untuk segala sesuatu
Nama-nama ini harus diseru bukan hanya dengan lidah biasa tetapi harus dengan hati dan lidah rahasia hati bagi hati. Dan hanya dengan itu mata hati melihat cahaya keesaan. Bila cahaya suci Zat menjadi nyata maka semua nilai-nilai materi lenyap, semua menjadi tidak ada.
Ini adalah suasana menghabiskan sepenuhnya segala hal,kekosongan yang melampaui semua kekosongan. Pernyataan cahaya Ilahi memadamkan semua cahaya:
"Tiap-tiap sesuatu akan binasa kecuali Dzat-Nya".(Surah Qasas, ayat 88).
"Allah menghapus apa yang Dia kehendaki dan Dia menetapkan apa yang Dia kehendaki, karena pada sisi-Nya ibu kitab". (Surahar-Ra'd, ayat 39).
Bila semuanya lenyap apa yang tinggal selamanya adalah roh suci. Ia melihat dengan cahaya Allah. Ia melihat-Nya, Dia melihatnya. Disana tidak ada tampilan, tidak ada persamaan di dalam melihat-Nya:
"Tidak ada sesuatu yang serupa dengan-Nya. Dia mendengar dan melihat ". (Surah Asy-Syura, ayat 11).
Apa yang ada hanyalah cahaya murni yang mutlak. Tidak ada apa untuk diketahui lebih dari itu. Itu adalah alam fana diri. Tidak ada lagi pikiran untuk memberi kabar. Tidak ada lagi siapa melainkan Allah yang memberi kabar berita.
Nabi saw bersabda,
"Ada saat aku sangat hampir dengan Allah, tidak ada, malaikat yang hampir atau nabi yang diutus, bisa masuk antara aku dengan-Nya". Ini adalah suasana pemisahan di mana seseorang telah membuang semua hal kecuali Zat Allah. Itu adalah suasana keesaan. Allah memerintahkan melalui Rasul-Nya, "Maka Pisahkanlah dirimu dari segala hal dan carilah keesaan".
Pemisahan itu bergerak dari semua yang duniawi kepada kekosongan dan ketiadaan. Hanya dengan itu kamu memperoleh sifat-sifat Ilahi. Itulah yang dimaksudkan oleh Nabi saw saat bersabda, adalah " Sucikan diri kamu, benamkan dirimu dalam sifat-sifat yang suci (sifat Ilahi)".
Demikianlah untk kali ini dan semoga saja bermanfaat dan InsyaAllah bersambung...>
Tujuan penyucian itu ada dua jenis:
Pertama untuk memungkinkannya masuk ke alam sifat Ilahi dan kedua untuk mencapai makam Zat.
Penyucian untuk memasuki alam sifat Ilahi membutuhkan pelajaran yang membimbing seseorang di dalam proses penyucian cermin hati dari gambaran hewan manusia dengan cara banding, ucapan atau memikirkan dan mendoakan pada nama-nama Ilahi.
Ucapan itu menjadi kunci, kata rahasia yang membuka hati. Hanya bila mata itu terbuka barulah dia bisa melihat sifat-sifat Allah yang nyata. Kemudian mata itu melihat gambaran kemurahan Allah, nikmat, rahmat dan kebaikan-Nya di atas cermin hati yang murni itu.
Nabi saw bersabda,
"Mukmin adalah cermin bagi samanya mukmin". Juga sabda beliau,"Orang berilmu membuat gambaran sementara orang arif kuku". Juga sabda beliau, "Orang berilmu membuat gambaran sementara orang arif memoles cermin hati yang menangkap kebenaran." Bila cermin hati sudah dicuci sepenuhnya dengan dipoles terus menerus secara menzikirkan nama-nama Allah,seseorang mendapat jalan kepada pengetahuan dan sifat Ilahi.
Penyaksian terhadap pemandangan ini hanya mungkin terjadi di dalam hati.
Penyucian yang bertujuan mencapai Zat Ilahi adalah melalui terus menerus mentafakurkan kalimah tauhid. Yang mana ada tiga nama keesaan, iaitu tiga yang terakhir dari dua belas nama-nama Ilahi.
Nama-nama tersebut adalah:
La ilaha illa llah: Tidak ada yang ada kecuali Allah
ALLAH: Nama khusus bagi Tuhan
HU: Allah yang bersifat melampaui sesuatu
HAQ: Yang sebenarnya (Fakta)
Hayyun: Hidup Ilahi yang kekal abadi
QAYYUM: Berdiri dengan sendiri yang segala keberadaantergantung pada-Nya
Qahhar: Yang Maha Memaksa, meliputi segala sesuatu
WAHHAB: Pemberi tanpa batas
WAHID: Yang Esa
AHAD: Esa
SAMAD: Sumber untuk segala sesuatu
Nama-nama ini harus diseru bukan hanya dengan lidah biasa tetapi harus dengan hati dan lidah rahasia hati bagi hati. Dan hanya dengan itu mata hati melihat cahaya keesaan. Bila cahaya suci Zat menjadi nyata maka semua nilai-nilai materi lenyap, semua menjadi tidak ada.
Ini adalah suasana menghabiskan sepenuhnya segala hal,kekosongan yang melampaui semua kekosongan. Pernyataan cahaya Ilahi memadamkan semua cahaya:
"Tiap-tiap sesuatu akan binasa kecuali Dzat-Nya".(Surah Qasas, ayat 88).
"Allah menghapus apa yang Dia kehendaki dan Dia menetapkan apa yang Dia kehendaki, karena pada sisi-Nya ibu kitab". (Surahar-Ra'd, ayat 39).
Bila semuanya lenyap apa yang tinggal selamanya adalah roh suci. Ia melihat dengan cahaya Allah. Ia melihat-Nya, Dia melihatnya. Disana tidak ada tampilan, tidak ada persamaan di dalam melihat-Nya:
"Tidak ada sesuatu yang serupa dengan-Nya. Dia mendengar dan melihat ". (Surah Asy-Syura, ayat 11).
Apa yang ada hanyalah cahaya murni yang mutlak. Tidak ada apa untuk diketahui lebih dari itu. Itu adalah alam fana diri. Tidak ada lagi pikiran untuk memberi kabar. Tidak ada lagi siapa melainkan Allah yang memberi kabar berita.
Nabi saw bersabda,
"Ada saat aku sangat hampir dengan Allah, tidak ada, malaikat yang hampir atau nabi yang diutus, bisa masuk antara aku dengan-Nya". Ini adalah suasana pemisahan di mana seseorang telah membuang semua hal kecuali Zat Allah. Itu adalah suasana keesaan. Allah memerintahkan melalui Rasul-Nya, "Maka Pisahkanlah dirimu dari segala hal dan carilah keesaan".
Pemisahan itu bergerak dari semua yang duniawi kepada kekosongan dan ketiadaan. Hanya dengan itu kamu memperoleh sifat-sifat Ilahi. Itulah yang dimaksudkan oleh Nabi saw saat bersabda, adalah " Sucikan diri kamu, benamkan dirimu dalam sifat-sifat yang suci (sifat Ilahi)".
Demikianlah untk kali ini dan semoga saja bermanfaat dan InsyaAllah bersambung...>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar