Rabu, 27 Agustus 2014

Hikmah Kutipan Kitab "Sirr al-asrar fi ma yahtaju Ilahi al-abrar" Bagian ke : 8 ), ~

Atau Kitab "Rahasia Dalam Rahasia-rahasia Yang Kebenarannya Sangat Diperlukan".

8: TAUBAT DAN PENGAJARAN MELALUI KATA

Tahap-tahap dan tahap-tahap perubahan spiritual telah disebut. Namun disini perlu ditegaskan bahwa setiap tingkat dicapai terutama dengan taubat. 

Bolehlah dipelajari cara bertaubat dengan orang yang mengetahui cara melakukannya dan yang telah sendirinya bertobat. 

Taubat yang nyata dan komprehensif merupakan langkah pertama di dalam perjalanan.
"(Ingatlah) tatkala orang-orang kafir itu adakan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah. Lalu Allah turunkan ketenteraman atas rasul-Nya dan atas mukmin. 

Dan Dia wajibkan mereka (ucapkan) kata menjaga keamanan (taubat) karena mereka lebih berhak dengan itu, dan memang (mereka) ahlinya, dan adalah Allah mengetahui segala sesuatu ".(Surah Fath, ayat 26).

Kondisi takutkan Allah memiliki maksud yang sama dengan kalimat "La ilaha illa Llah" - tidak ada Tuhan, tidak ada apa-apa, kecuali Allah. Bagi orang yang mengetahui ini akan ada perasaan takut kehilangan-Nya, kehilangan perhatian-Nya, cinta-Nya, ampunan-Nya; 

Dan dia takut serta malu melakukan kesalahan sedangkan Dia melihatNya, dan takut azab-Nya. Jika seseorang itu kalau tidak demikian maka dia harus mendapatkaan orang yang takut kepada Allah dan menerima kondisi rasa ketakut akan Allah itu dari orang bersangkutan.

Sumber dari mana kata itu diterima harus bersih dan suci dari segala sesuatu kecuali Allah, dan siapa yang menerimanya harus ada kemampuan untuk membedakan antara perkataan orang yang suci hatinya dengan kata orang umum. 

Penerimanya harus menyadari cara kata itu diucapkan, karena katayang bunyinya sama mungkin memiliki maksud yang jauh berbeda. 

Tidak mungkin kata yang datangnya dari sumber yang asli sama dengan kata yang berasal dari sumber lain.

Hatinya menjadi hidup bila dia menerima benih tauhid dari hati yang hidup karena benih yang demikian sangat subur, itulah benih kehidupan. Tidak ada yang tumbuh dari benih yang kering lagi ada kehidupan.Kalimah suci "La ilaha illa Llah" disebut dua kali di dalam Quran menjadi bukti.

"(Karena) ketika dikata kepada mereka" Tidak adaTuhan melainkan Allah "mereka membual. Dan mereka berkata, 'Apakah kami harus meninggalkan tuhan-tuhan kami buat (menurut) seorang penyair dan gila?"
(Surah Shaaffaat. Ayat 35 & 36).

Ini adalah kondisi umum yang baginya penampilan luar termasuk keberadaan lahiriah adalah dewa.
"Jadi Ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah.Dan mintalah perlindungan bagi buah amal kamu, dan bagi mukmin dan mukminat,dan Allah mengetahui tempat usaha kamu (di siang hari) dan tempat kembali kamu(pada malam hari) ". (Surah Muhammad, ayat 19).

Firman Allah ini menjadi panduan kepada orang-orang beriman yang tulen yang takutkan Allah.
Ali ra meminta Rasulullah saw mengajarkan kepadanya cara yang mudah, paling bernilai, paling cepat pada keselamatan. Beliau menunggu Jibril memberikan jawabannya dari sumber Ilahi. 

Jibril datang dan mengajarkan beliau mengucapkan "La ilaha" sambil memusingkan mukanya yang diberkati ke kanan, dan mengucapkan "illa Llah" sambil memusingkan mukanya ke kiri, ke arah hati sucinya yang diberkati. Jibril mengulangi tiga kali;

Nabi saw mengulanginya tiga kali dan mengajarkan yang demikian kepada Ali ra dengan mengulanginya tiga kali juga. Kemudian beliau mengajarkan yang demikian kepada sahabat-sahabat beliau. Ali ra merupakan orang yang pertama bertanya dan menjadi orang yang pertama diajarkan.

Kemudian satu hari setelah kembali dari perang, Nabi saw berkata kepada pengikut-pengikut beliau, "Kita baru kembali dari peperangan yang kecil untuk menghadapi perang yang besar". Beliau merujuk kepada perjuangan dengan ego diri sendiri, keinginan yang rendah yang menjadi musuh kepada penyaksian kalimah tauhid. 

Beliau bersabda, "Musuh kamu yang paling besar ada di bawah rusuk kamu".

Cinta Ilahi tidak akan hidup sampai musuhnya, hawa nafsu badaniah kamu, mati dan meninggalkan kamu.
Awalnya kamu harus bebas dari ego kamu yang menyeret kamu kekejahatan. Kemudian kamu akan mulai memiliki suara hati yang belum lengkap,meskipun kamu masih belum sepenuhnya bebas dari dosa. 

Tapi kamu akan memiliki perasaan mengkritik diri sendiri dan itu belum cukup. Kamu harus melewati tahap tersebut ke tingkat di mana fakta yang sebenarnya dibukakan bagimu,kebenaran tentang benar dan salah. 

Kemudian kamu akan berhenti melakukan kesalahan dan akan hanya melakukan kebaikan. Dengan demikian diri kamu akanmenjadi bersih.

Di dalam melawan hawa nafsu dan menarik badan kamu, kamu harus melawan nafsu kehewanan - kerakusan, terlalu banyak tidur, pekerjaan yang sia-sia - dan menentang sifat-sifat hewan liar di dalam diri kamu - kekejian,marah, kasar dan berkelahi. 

Kemudian kamu harus usahakan membuang perangai-perangai ego yang jahat, takabur, sombong, dengki, dendam, serakah dan lain-lain penyakit tubuh dan hati kamu. Cuma orang yang melakukannya yang benar-benar bertobat dan menjadi bersih, suci murni dan murni.

"Sesungguhnya Allah kasih kepada orang yang bertobat dan memelihara kesuciannya". 
(Surah Baqarah, ayat 222).

Dalam melakukan taubat seseorang itu harus mengambilperhatian sehingga penyesalannya tidak ambigu dan tidak juga secara umum agar dia tidak jatuh ke dalam ancaman Allah: "Tidak peduli berapa banyak mereka bertobat mereka sebenarnya tidak menyesal. Taubat mereka tidak diterima ".

Ini ditujukan kepada mereka yang hanya mengucapkan kata-kata taubat tetapi tidak tahu sejauh mana dosa mereka, bahkan tidak mengambil tindakan perbaikan dan pencegahan. Itulah pertobatan yang biasa, taubat zahir yang tidak menusuk ke akar dosa. Ini adalah umpama orang yang mencoba menghilangkan rumput dengan memotong bagian di atas tanah tetapi tidak mencabut akarnya yang di dalam bumi. 

Tindakan yang demikian membantu rumput untuk tumbuh dengan lebih segar. Orang yang bertobat dengan mengetahui kesalahannya dan penyebab kesalahan itu bertekad tidak mengulanginya dan membebaskan dirinya dari kesalahan itu, mencabut akar pohon yang merusak itu. 

Cangkul yang digunakan untuk menggali akarnya, penyebab dosa-dosa, adalah pelajaran spiritual dari guru yang benar. Tanah harus dibersihkan sebelum ditanam pohon anggrek." Dan Kami memungkinkan perumpamaan kepada manusia supaya mereka memikirkannya". (Surah Hasyr, ayat 21).

"Dia-lah Penerima taubat hamba-hamba-Nya dan mengampuni dosa, dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Surah Syura, ayat 25).

"Kecuali orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan amal saleh, maka mereka itu Allah tukarkan kejahatan mereka dengan kebaikan karena adalah Allah itu Pengampun, Penyayang". (Surah Furqaan,ayat 70).

Ketahuilah taubat yang diterima tandanya adalah seseorang itu tidak lagi jatuh ke dalam dosa tersebut.
Ada dua jenis taubat, taubat orang dan taubat mukmin sejati. Masyarakat berharap meninggalkan kejahatan dan masuk ke kebaikan dengan cara mengingat Allah dan mengambil langkah usaha bersungguh-sungguh, meninggalkan hawa nafsunya dan kesenangan badannya dan menekankan egonya. 

Dia harusmeninggalkan ke egoannya yang ingkar terhadap aturan Allah dan masuk ke taat. Itulah taubatnya yang menyelamatkannya dari neraka dan memasukkannya ke dalam surga.

Orang mukmin sejati, hamba Allah yang asli, berada di dalam suasana yang jauh berbeda. Mereka berada pada makam makrifat yang jauh lebih tinggi dari makam orang umum yang paling baik. 

Sebenarnya bagi mereka tidak ada lagi anak tangga untuk dipanjat; mereka telah sampai ke jarak dengan Allah. Mereka telah meninggalkan kesenangan dan nikmat dunia ini dan menikmati kelezatan alam spiritual - rasa jarak dengan Allah, nikmat menyaksikan Zat-Nya dengan mata keyakinan.

Perhatian publik tertuju kepada dunia ini dan kesenangan mereka adalah merasakan nikmat materi dan eksistensi kebendaannya. Bahkan, jika keberadaan material manusia dan dunia adalah satu kesalahan begitu jugalah nikmat dan cacat yang paling baik darinya. Kata-kata yang diucapkan oleh orang arif,

"Kewujduan dirimu adalah dosa, menyebabkan segala dosa menjadi kecil jika dibandingkan dengannya". 
Orang arif selalu mengatakan bahwa kebaikan yang dilakukan oleh orang baik-baik tidak mencapai jarak dengan Allah tidak lebih dari kesalahan orang yang hampir dengan-Nya. 

Jadi, untuk mengajar kita memohon keampunan terhadap kesalahan yang tersembunyi yang kita sangkakan kebaikan, Nabi saw yang tidak pernah berdosa memohon ampunan dari Allah sebanyak seratuskali sehari. 

Allah Yang Maha Tinggi mengajarkan kepada rasul-Nya:
"Pintalah perlindungan bagi buah amal kamu dan bagi mukmin dan mukminat". (Surah Muhamamd, ayat 19).

Dia jadikan rasul-Nya yang suci murni sebagai teladan tentang cara bertaubat - dengan memohon kepada Allah agar menghilangkan ego seseorang, sifat-sifatnya dan dirinya, semuanya pada diri seseorang, mencabut keberadaan diri seseorang. Inilah taubat yang sebenarnya.

Taubat yang demikian meninggalkan segalanya kecuali Zat Allah, dan bertekad untuk kembali kepada-Nya, kembali ke jarak-Nya untuk melihat Wajah Ilahi. Nabi saw menjelaskan taubat yang demikian dengan sabda beliau, "Ada sebagian hamba-hamba Allah yang murni yang tubuh mereka berada di sini tetapi hati mereka berada di sana, di bawah arasy". 

Hati mereka berada di langit kesembilan, di bawah arasy Allah karena kesaksian suci terhadap Zat-Nya tidak mungkin terjadi pada alam bawah.

Di sini hanya pernyataan atau pengungkapan sifat suci-Nya yang dapat disaksikan, memancar ke atas cermin yang bersih milik hati yang suci. 

Umar berkata, "Hatiku melihat Tuhanku dengan cahaya Tuhanku". Hati yang suci adalah cermin di mana keindahan, kemuliaan dan kesempurnaan Allah memancar. Nama lain yang diberi kepada suasana ini adalah pembukaan (kasyaf),menyaksikan sifat-sifat Ilahi yang suci.

Untuk mendapatkan suasana tersebut, untuk membersihkan dan menyinarkan hati, perlulah kepada guru yang matang, yang di dalam keesaan dengan Allah, yang disanjung dan dimuliakan oleh semua, dahulu dan sekarang. 

Guru tersebut harus telah sampai ke makam jarak dengan Allah dan dikirim balik ke alam rendah oleh Allah untuk membimbing dan menyempurnakan mereka yang layak tetapi masih memiliki cacat.

Di dalam penurunan mereka untuk melakukan tugas tersebut wali-wali Allah harus berjalan sesuai dengan sunnah Rasulullah saw dengan mengikuti teladan beliau, tetapi tugas mereka berbeda dengan tugas rasul. 

Rasul diutus untuk menyelamatkan orang banyak dan juga orang-orang yang beriman.Guru-guru tadi pula tidak dikirim untuk mengajar semua orang tetapi hanya sejumlah yang dipilih saja. Rasul-rasul diberi kebebasan dalam menjalankan tugas mereka, sementara wali-wali yang mengambil tugas sebagai guru harus mengikuti jalan rasul-rasul dan nabi-nabi.

Guru spiritual yang mengaku diri mereka merdeka, menyamaka ndirinya dengan nabi, jatuh kepada kesesatan dan kekafiran. Bila Nabi saw mengatakan sahabat-sahabat beliau yang arif adalah umpama nabi-nabi Bani Israil, beliau memaksudkan lain dari ini - karena nabi-nabi yang datang setelah Musa as semuanya mengikuti prinsip agama yang dibawa oleh Musa as Mereka tidak membawa aturan baru. 

Mereka mengikuti hukum yang sama. Seperti mereka juga orang-orang arif dari kalangan umat Nabi Muhammad saw yang bertugas membimbing sebagian dari orang-orang suci yang dipilih, mengikuti kebijaksanaan Nabi saw, tetapi menyampaikan perintah dan larangan dengan cara baru yang berbeda, terbuka dan jelas, menunjukkan kepada murid-murid mereka dengan perbuatan yang mereka kerjakan pada waktu dan kondisi yang berbeda.

 Mereka memberikan dorongan kepada murid-murid mereka dengan menunjukkan kelebihan dan keindahan prinsip-prinsip agama. Tujuan mereka adalah membantu pengikut mereka menyucikan hati yang menjadi situs untuk membena tugu makrifat.

Dalam semua itu mereka mengikuti teladan dari pengikut Rasulullah saw yang terkenal sebagai 'orang yang memakai baju bulu' yang telah meninggalkan semua kegiatan keduniaan untuk berdiri di pintu Rasulullah saw dan mendekati beliau. 

Mereka menyampaikan kabar sebagaimana mereka menerimanya secara langsung dari mulut Rasulullah saw Dalam jarak mereka dengan Rasulullah saw mereka telah sampai ke tahap di mana mereka dapat berbicara tentang rahasia israk dan mikraj Rasulullah saw sebelum beliau membuka rahasia tersebut kepada sahabat-sahabat beliau.

Wali-wali yang menjadi guru memiliki jarak yang sama dengan Nabi saw dengan Tuhannya. Amanah dan perawatan terhadap ilmu ketuhanan yang sama diberikan kepada mereka. Mereka adalah Pemegang bagian dari kenabian, dan diri batin mereka aman di bawah perawatan Rasulullah saw

Tidak semua orang yang memiliki ilmu berada di dalam kondisi tersebut. 
Melainkan hanya mereka yang sampai ke situ adalah yang lebih dekat kepada Rasulullah saw dari anak-anak dan keluarga mereka sendiri dan mereka adalah umpama anak-anak spiritual Rasulullah saw yang perhubungannya lebih erat dari hubungan darah. 

Mereka adalah pewaris nyata kepada Nabi s.a.w. Anak yang sejati memiliki zat dan rahasia ayahnya pada penampilan lahiriah dan juga pada batinnya. Nabi saw menjelaskan rahasia ini, "Ilmu khusus adalah umpama harta rahasia yang hanya mereka yang mengenal Zat Allah bisa mendapatkannya. 

Namun bila rahasia itu dibukakan orang yang memiliki kesadaran dan ikhlas tidak menafikannya".
Ilmu tersebut dimasukkan ke Nabi saw pada malam beliau mikraj kepada Tuhannya. Rahasia itu tersembunyi di dalam diri beliau di baliktiga ribu tabir hijab. 

Beliau tidak membuka rahasianya melainkan kepada sebagian pengikut beliau yang sangat dekat dengan beliau. Dan dengan melalui penyebaran dan keberkatan rahasia inilah Islam akan terus memerintah sampai ke harikiamat.

Pengetahuan batin tentang yang tersembunyi membawa seseorang ke rahasia tersebut. Sains, kesenian dan keterampilan keduniaan adalah umpama kerangka kepada pengetahuan batin. 

Mereka yang memiliki pengetahuan kerangka itu bolehlah mengharapkan satu hari nanti mereka diberi kesempatan untuk memiliki apa yang di dalam kerangka. Sebagian dari mereka yang berilmu memiliki apa yang harus dimiliki oleh seorang manusia umumnya sementara sebagian yang lain menjadi anggota dan memelihara ilmu tersebut dari hilang. 

Ada orang yang menyeru kepada Allah dengan nasihat yang baik. 
Sebagian dari mereka mengikuti sunnah Nabi saw dan dipimpin oleh Ali ra yang menjadi pintu ke gedung ilmu yang melaluinya masuklah mereka yang menerima undangan dari Allah.

"Serulah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan nasihat dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik". (Surah Nahl, ayat 125).

Maksud dan perkataan mereka adalah sama. Perbedaan padazahirnya hanyalah pada hal-hal detail dan cara pelaksanaannya.

Sebenarnya ada tiga makna yang tampak sebagai tiga jenis ilmu yang berbeda-dilakukan secara berbeda, tetapi diarahkan untuk yang satu sesuai dengan sunnah Rasulullah saw.
 Ilmu dibagi menjadi tiga yang tidak ada seorang manusia pun dapat menanggung seluruh beban ilmu itu juga tidak berupaya mengamalkan dengan sekaliannya.

Bagian pertama ayat di atas "Serulah ke jalan Tuhan mudengan bijaksana (hikmah)",
sesuai dengan makrifat, zat dan awal ke segala sesuatu, pemiliknya harus sebagaimana Nabi saw beramal sesuai dengannya. 

Iahanya diberikan kepada pria sejati yang berani, tentara spiritual yang akan mempertahankan posisinya dan menyelamatkan ilmu tersebut.

 Nabi saw bersabda, 
"Kekuatan semangat pria sejati mampu mengguncang gunung".
Gunung disini menunjukkan keberatan hati beberapa manusia. Doa pria sejati yang menjadi tentara spiritual dimakbulkan. Bila mereka menciptakan sesuatu itu terjadi,bila mereka menginginkan sesuatu hilang maka ia pun hilang.

"Dia berikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki,dan Barangsiapa dikaruniai hikmah maka sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak". (Surah Baqarah, ayat 269).

Jenis kedua adalah ilmu zahir yang disebut Quran sebagai"seruan yang baik". Ia menjadi kulit kepada hikmah kebijaksanaan rohani. Mereka yang memilikinya menyeru kepada kebaikan, mengajarkan manusia berbuat baik dan meninggalkan larangan-Nya. 

Nabi s.a.w memuji mereka. Orang yang berilmu menyeru dengan lemah lembut dan baik hati, sementara yang jahil menyeru dengan kasar dan kemarahan.

Jenis ketiga adalah ilmu yang menyentuh kehidupan manusia didalam dunia. Ia disebut sebagai ilmu agama (syariat) yang menjadi sarang kepada hikmah kebijaksanaan (makrifat).

 Ini adalah ilmu yang dialokasikan kepada mereka yang menjadi pemerintah manusia; menjalankan keadilan atas sesama manusia; pemerintahan manusia atas sesama manusia.

 Bagian terakhir ayat Quran yang di atas tadi menceritakan tugas mereka "dan bicaralah dengan mereka dengan cara yang lebih baik". Mereka ini menjadi kenyataan kepada sifat Allah "al-Qahhar" Yang Maha Keras. Mereka berkewajiban menjaga aturandi kalangan manusia sesuai dengan hukum Tuhan, seumpama sabut melindungi tempurung dan tempurung melindungi isi.

Nabi saw menyarankan, "Biasakan dirimu berada di dalam dewan orang-orang arif, taatlah kepada pemimpin kamu yang adil. 

Allah Yang MahaTinggi menghidupkan hati dengan hikmah seperti Dia jadikan bumi yang mati hidup dengan tanaman dengan menurunkan hujan ". Beliau juga bersabda,"Hikmah adalah harta yang hilang bagi orang yang beriman, dikutipnya dimana saja ditemuinya".

Bahkan kata yang diucapkan oleh manusia biasa datangnya dari Loh Terpelihara menurut hukum Allah terhadap segala hal dari awal sampai akhir.Loh itu disimpan pada alam tinggi pada akal asbab tetapi kata diucapkan menurut makam seseorang.

Kata mereka yang telah mencapai makam makrifat adalah langsungdari alam tersebut, makam jarak dengan Allah. Di sana tidak ada perantara.

Ketahuilah bahwa semua akan kembali ke asal mereka. Hati,zat, harus dikejutkan; Dan jadikanlah hidup ini untuk mencari jalan kembali ke asalnyayang suci murni.

Dan' Ia harus mendengar seruan. 
Seseorang itu harus mencari orang-orang yang dari seruan itu muncul, melalui zahir seruan. 
Itulah guru yang sebenarnya. 

Ini adalah merupakan kewajiban bagi kita sebagai generasi penerus.

Baginda Nabi saw bersabda,
"Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi setiap orang Islam lelaki dan perempuan". 
Adapun Ilmu yang merupakan tahap terakhir dari semua ilmu, iaitu adalah ilmu makrifat, ilmu yang akan membimbing seseorang kepada asalnya, kesejatiannya yang nyata (fakta).

Sedangkan Ilmu yang lain cukuplah sekedar memenuhi kebutuhannya. 
Sebab Allah menyukai mereka yang meninggalkan ambisi dan angan-angan kepada keduniawian, dan kemuliaan serta kebesarannya,hanya kepada kepentingan duniawi semata dan ini bisa mencegah seseorang kepada Allah.

"Katakanlah:" Aku tidak meminta kepadamu upah atas (menyampaikan) nya, kecuali percintaan (kepadaku) lantaran kerabat ".(Surah Syura, ayat 23).

Bismillah Alhamdulillah Yaa Sayidi Yaa Rasulullah...
Demikianlah yang dapat kusampaikan saat ini dan Insya Allah bersambung...>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar