Umrah
Pertama
Sungguh
itu bukan pemandangan lazim. Hari itu, kaum Qurais berbondong-bondong
meninggalkan Mekah. Tua, muda dan anak-anak, laki-laki maupun perempuan, tanpa
kecuali. Orang-orang itu mendaki bukit-bukit di sekitar Mekah. Perhatian mereka
tertuju pada kepulan debu yang membubung dari arah utara.
Ya,
dari utara -dari arah Madinah-sekitar 2000 orang tengah mendekati Mekah. Mereka
adalah rombongan Rasulullah. Setahun sebelumnya, dalam jumlah yang lebih kecil,
mereka telah mencoba memasuki Mekah untuk ziarah. Perjalanan itu tertahan di
Hudaibiya -tempat kedua pihak meneken perjanjian. Dalam perjanjian itu,
Muhammad dan rombongan baru boleh datang ke Mekah setahun kemudian. Jika saat
itu tiba, kaum Qurais akan menyingkir sementara dari Mekah.
Setahun
telah berlalu. Pada bulan suci ini, Muhammad benar-benar datang bersama umat
Islam lainnya. Mereka semua larut dalam seruan "labbaika, labbaika" yang
tak putus-putusnya membahana. Sudah sekitar tujuh tahun meninggalkan kota
tempat ka'bah itu berada. Kini "rumah Allah" tersebut telah berada di
hadapannya.
Muhammad
menyelempangkan jubah ke pundak kirinya. Dibiarkannya pundak dan lengan
kanannya terbuka. Saat itu pula, ia berdoa "Allahumarham, amra-a
arahumulyauma min nafsihi quwwata." (Ya Allah, berikan rahmat kepada
orang yang hari ini telah memperlihatkan kemampuan dirinya").
Ia
lalu melangkah menyentuh hajar aswad di sudut ka'bah, lalu berlari kecil hingga
Rukun Yamani atau sudut selatan yang merupakan sudut ketiga, dan kemudian
berjalan kembali untuk menyentuh hajar aswad. Hal demikian dilakukannya tiga
kali. Selebihnya Muhammad mengelilingi ka'bah dengan arah yang berlawanan
dengan putaran jarum jam itu dengan berjalan kaki. Ribuan umat Islam mengikuti
setiap gerakan Muhammad. Sebuah pemandangan yang mempesona orang-orang Qurais
yang menyaksikan dari lereng-lereng bukit.
Abdullah
bin Rawaha tidak dapat menahan diri untuk larut dalam suasana tersebut. Ia
nyaris meneriakkan tantangan perang pada Qurais. Namun Umar bin Khattab
mencegahnya. Sebagai pelampiasannya, Umar menyarankan Abdullah untuk
meneriakkan kata yang sekarang cukup dikenal oleh masyarakat Islam: "La
ilaha illallah wahdah, wanashara abdah, wa'a'azza jundah, wakhadalal ahzaba
wahdah". ("Tiada Tuhan selain Allah Yang Esa, yang menolong
hamba-Nya, memperkuat tentara-Nya dan menghancurkan sendiri musuh yang
bersekutu.")
Abdullah
terus mengulang-ulang kalimat tersebut yang diikuti hampir seluruh umat Islam.
Kata-kata itu terus bergema, menghunjam hati-hati orang Qurais yang hanya dapat
menyaksikan dari jauh.
Usai
mengelilingi ka'bah, Muhammad yang mengendarai kendaraannya, menuju bukit
Shafa. Dari sana Rasul bergerak ke bukit Marwa, dan kembali ke bukit Shafa lagi
hingga tujuh kali perjalanan. Perjalanan yang sekarang disebut sa'i ini
diyakini sebagai upaya menapaktilasi perjuangan keluarga Nabi Ibrahim,
khususnya Siti Hadjar, saat membangun baitullah, berabad-abad sebelumnya. Usai
perjalanan tersebut, sesuai tradisi orang-orang Arab masa itu, Muhammad pun
bercukur rambut, kemudian memotong kurban.
Esok
harinya, Muhammad memasuki ka'bah dan terus berada di sana sampai tiba salat
dzuhur. Sebagaimana di Madinah, Bilal bin Rabah, kemudian naik ke atap bangunan
untuk mengumandangkan azan. Rasul pun menjadi imam salat berjamaah di sana, di
antara patung-patung yang masih banyak terdapat di sekitar ka'bah.
Muhammad
tinggal di Mekah selama tiga hari. Setelah itu, ia dan rombongan kembali ke
Madinah. Ada dua keuntungan yang diperolehnya dalam perjalanan kali ini. Ia dan
rombongan bukan saja dapat menunaikan ibadah umrah -yang sering disebut pula
sebagai Umrah Pengganti (Umratul Qadha), ia juga berhasil merebut hati
tokoh-tokoh penting Qurais.
Saat
Muhammad di perjalanan menuju Madinah itu, Khalid bin Walid mengejarnya dan
menyatakan diri masuk Islam. Khalid adalah seorang muda yang menjadi komandan
paling cerdik pasukan Qurais. Kelak ia banyak berperan dalam sejumlah ekspedisi
militer kalangan Islam. Setelah Khalid, Amr bin Ash serta Ustman anak Talha
yang menjadi penjaga ka'bah, menyusul masuk Islam. Setelah Rasul wafat, Amr
banyak menimbulkan persoalan terutama menyangkut perselisihannya dengan Ali bin
Abu Thalib.
Umrah
ditunaikan. Kota Mekah tinggal sesaat lagi untuk sepenuhnya berada dalam
kendali Rasulullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar