Surat
Buat Para Raja
Semakin
hari, keutamaan Islam semakin terlihat dengan nyata. Ajaran untuk menyembah
Allah Sang Pencipta secara total -tidak dengan menduakannya pada yang
lain-bukan sekadar mengharuskan manusia untuk bersujud sebagai ibadah ritual
kepadanya. Lebih dari itu juga mendorong setiap pribadi untuk berperilaku baik.
Islam juga merumuskan tatanan sosial yang sangat komplet dan menyeluruh.
Praktek
orang-orang Arab "jahiliyah" telah ditinggalkan sama sekali pemeluk
Islam. Berbohong, menipu, mencuri, merampok, membunuh (kecuali dalam perang),
berjudi, "mengundi nasib", berzina, dan banyak praktek lain telah
sepenuhnya dijauhi. Minum 'khamr' atau alkohol kemudian juga diharamkan. Selain
dengan menumbuhkan kesadaran masing-masing, Islam mengancam hukuman neraka bagi
setiap pelaku dosa. Kecuali bila pelaku dosa itu bertaubat dengan
sungguh-sungguh.
Umat
Islam diwajibkan untuk berkata benar, jujur, rendah hati serta santun pada
sesama. Perilaku sabar, bersahaja, serta tekun selalu diharapkan dari setiap
muslim. Bermegah-megahan diri, baik dalam bentuk kekayaan maupun kebanggaan
keluarga, dilarang. Interaksi sosial, masalah lingkungan, pendidikan, ekonomi
hingga politik dirumuskan secara rinci. Semua merupakan jalan untuk mewujudkan
keadilan sosial, kecukupan serta pemerataan ekonomi, hingga keamanan dan
ketertiban masyarakat.
Muhammad
Rasulullah merasa bahwa pondasi tatanan keislaman tersebut telah cukup tertanam
di masyarakat Madinah. Kini saatnya untuk menyebarkan ajaran tersebut keluar.
Untuk itu, Muhammad berniat mengirim surat bagi para penguasa berisi ajakan
memeluk Islam. Tak teriwayatkan siapa penulis surat itu. Besar kemungkinan
diantara mereka adalah sekretaris Rasul, Zaid bin Tsabit. Zaid, yang juga salah
satu pencatat wahyu Allah, diangkat menjadi sekretaris Rasul setelah ia diminta
belajar bahasa Ibrani dan Syria. Ia menggantikan sekretaris terdahulu, seorang
Yahudi yang bersama kabilahnya telah diusir keluar dari Madinah.
Surat
pun disiapkan untuk dua raja besar yang tengah bermusuhan, yakni Kaisar Romawi
Heraklius serta Raja Persia Kisra. Selain itu, Muhammad juga mengirim surat
pada Raja Negus di Abisina atau Ethiophia sekarang; pada Gubernur Muqauqis di
Mesir dan Gubernur Harith Al-Ghassani yang menguasai wilayah Palestina dan
Syria; juga pada Gubernur Harith Al-Himyari di Yaman. Mesir, Palestina dan
Syria saat itu tunduk di bawah kekuasaan Romawi, sedangkan Yaman di bawah
kendali kerajaan Persia. Surat juga ditujukan untuk penguasa Yamama, Oman serta
Bahrain.
Surat-surat
itu dibuka dengan tulisan "Bismillahir-Rahmanir-Rahim" (Dengan nama
Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang", lalu dilanjutkan dengan kalimat
"Dari Muhammad hamba Allah kepada ....." Surat kemudian ditutup
dengan stempel dari cincin perak bertuliskan: "Muhammad Rasulullah."
Duta-duta
pengirim surat pun ditunjuk. Dihya bin Khalifa mendapat tugas untuk ke Romawi,
Abdullah bin Hudhafa ke Persia, Amr bin Ummaya untuk Abisina, Hatib bin Abi
Balta'a untuk Mesir, Amr bin Ash untuk Oman, Salit bin Amr untuk Yamama, Ala
bin Hadrami untuk Bahrain, Syuja' bin Wahab untuk Ghassan, serta Muhajir bin
Ummaya untuk Yaman. Serentak mereka pun berangkat ke tujuan masing-masing.
Heraklius
kabarnya menyambut baik utusan Muhammad tersebut. Ia bahkan membalas surat
tersebut dengan kata-kata yang baik. Gubernur Ghassan sempat minta izin
Heraklius untuk menghukum Muhammad yang dinilainya lancang. Namun Heraklius
melarang. Melihat sikap baik tersebut, sebagian kalangan malah menyangka
Heraklius telah menerima ajakan Muhammad untuk masuk Islam.
Sikap
sebaliknya ditunjukkan oleh Kisra yang baru kalah perang melawan Romawi. Ia
dikabarkan merobek-robek surat Muhammad. Ia bahkan mengirim surat pada Gubernur
Yaman agar membunuh Muhammad dan mengirimkan kepalanya ke Persia. Namun
Gubernur Yaman justru memenuhi seruan Muhammad untuk masuk Islam, dan
membebaskan diri dari kekuasaan Persia.
Raja
Negus di Abisina juga menyambut surat Muhammad. Banyak yang menyebut Negus
telah menerima ajaran Islam. Penulis sejarah Muhammad Haekal meragukan itu.
Sejak lama, raja ini melindungi orang-orang Islam dari kejaran Qurais. Kini ia
memenuhi permintaan Muhammad agar membantu orang-orang muslim di Abisina untuk
kembali ke jazirah Arab, dan menetap di Madinah. Negus menyiapkan dua buah
kapal untuk mengangkut rombongan yang dipimpin Ja'far bin Abu Thalib
menyeberangi Laut Merah.
Sikap
sangat baik juga ditunjukkan oleh Muqauqis. Ia mengaku sangat percaya bahwa
akan ada Rasul setelah Isa. Namun ia menduga bahwa rasul itu akan muncul di
Syam. Muqauqis kemudian mengirim berbagai barang dari Mesir sebagai hadiah.
Juga seekor bagal serta seekor keledai dengan corak warna yang sangat unik.
Ikut serta dalam rombongan dari Mesir ini adalah dua orang putri, yakni Maria
dan Sirin. Maria kemudian dinikahi Rasulullah dan memberinya putra yang diberi
nama Ibrahim. Sebagaimana dua anak laki-laki Muhammad lainnya, Ibrahim juga
meninggal sewaktu kecil.
Surat-surat
Rasulullah tersebut semakin memperkuat posisi politik umat Islam yang berpusat
di Madinah. Lebih penting lagi, Islam semakin luas berkumandang. Bukan semata
di jazirah Arab, namun juga mulai terdengar di benua Afrika, Eropa serta Asia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar