Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh...
Bismillahir-Rahmanir-Rahim...
Saudaraku..."
Hidayah artinya suatu pertanda yang dapat mengantarkan seseorang kepada hal yang dituju. Sebagaimana kata Sirat yang berarti jalan. Dan Mustaqim berarti lawan kata berbelok-belok (bengkok) jalan yang bengkok adalah jalan yang menyelewengkan seseorang dari cita-cita yang dituju.
Dan jalan ini harus dihindari oleh orang-orang yang menghendaki jalan yang lurus dan benar.
“Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan kebaikan dan jalan kejahatan)”.(Al-Balad. 90:10).
Maksudnya adalah jalan kebajikan dan jalan kejahatan, atau jalan menuju kebahagiaan dan jalan menuju kesengsaraan.
Sebagaimana telah digambarkan Allah dalam firman yang berbunyi:
“Dan adapun kaum Samud maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (maksudnya kesesatan)... ” (Fussilat,41:17).
Artinya, Allah telah menunjukkan kepada kaum Samud jalan kebaikan dan jalan kejahatan, tetapi mereka lebih senang memilih jalan kedua, yakni jalan kejahatan (sesat-buta).
“Dalam masalah ini terdapat jenis hidayah Ma’unah (pertolongan) dan At-Taufiq, yang artinya sebuah kekuatan yang memotivasi untuk berbuat kebaikan. Hidayah inilah yang selalu diperintahkan Allah kepada setiap manusia untuk selalu meminta yang sesuai dengan firman-Nya.
“Tunjukanlah kami jalan yang lurus”.(Al-Fatihah,1:6).
Pengertian ayat tersebut yalah : Berilah kami petunjuk dan pertolonga-Mu (Allah) yang gaib, sehingga kami terpelihara dari perbuatan salah dan sesat.
Hidayah ini hanya ada pada diri Allah SWT, dan kewenangan memberikan hidayah tidak akan diberikan kepada siapapun. Dia-Lah (Allah) yang memiliki sifat sebagai pemberi hidayah. Dan Nabi pun tidak mempunyai sifat ini, seperti di gambarkan dalam sebuah ayat:
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang di kehendaki-Nya...”(Al-Qasas,28:56).
Adapun Hidayah Allah terbentuk dari bermacam-macam hidayah.
Hidayah dalam bentuk ilham. Hal ini dapat dirasakan oleh anak kecil sejak ia dilahirkan. Seorang anak akan merasa membutuhkan makanan dan tangis sebagai pertandanya.
Hidayah kepada panca indra. Macam hidayah ini sama-sama terdapat pada manusia dan hewan. Bahkan pada hewan lebih sempurna dibanding yang ada pada manusia.
Bismillahir-Rahmanir-Rahim...
Saudaraku..."
Hidayah artinya suatu pertanda yang dapat mengantarkan seseorang kepada hal yang dituju. Sebagaimana kata Sirat yang berarti jalan. Dan Mustaqim berarti lawan kata berbelok-belok (bengkok) jalan yang bengkok adalah jalan yang menyelewengkan seseorang dari cita-cita yang dituju.
Dan jalan ini harus dihindari oleh orang-orang yang menghendaki jalan yang lurus dan benar.
“Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan kebaikan dan jalan kejahatan)”.(Al-Balad. 90:10).
Maksudnya adalah jalan kebajikan dan jalan kejahatan, atau jalan menuju kebahagiaan dan jalan menuju kesengsaraan.
Sebagaimana telah digambarkan Allah dalam firman yang berbunyi:
“Dan adapun kaum Samud maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (maksudnya kesesatan)... ” (Fussilat,41:17).
Artinya, Allah telah menunjukkan kepada kaum Samud jalan kebaikan dan jalan kejahatan, tetapi mereka lebih senang memilih jalan kedua, yakni jalan kejahatan (sesat-buta).
“Dalam masalah ini terdapat jenis hidayah Ma’unah (pertolongan) dan At-Taufiq, yang artinya sebuah kekuatan yang memotivasi untuk berbuat kebaikan. Hidayah inilah yang selalu diperintahkan Allah kepada setiap manusia untuk selalu meminta yang sesuai dengan firman-Nya.
“Tunjukanlah kami jalan yang lurus”.(Al-Fatihah,1:6).
Pengertian ayat tersebut yalah : Berilah kami petunjuk dan pertolonga-Mu (Allah) yang gaib, sehingga kami terpelihara dari perbuatan salah dan sesat.
Hidayah ini hanya ada pada diri Allah SWT, dan kewenangan memberikan hidayah tidak akan diberikan kepada siapapun. Dia-Lah (Allah) yang memiliki sifat sebagai pemberi hidayah. Dan Nabi pun tidak mempunyai sifat ini, seperti di gambarkan dalam sebuah ayat:
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang di kehendaki-Nya...”(Al-Qasas,28:56).
Adapun Hidayah Allah terbentuk dari bermacam-macam hidayah.
Hidayah dalam bentuk ilham. Hal ini dapat dirasakan oleh anak kecil sejak ia dilahirkan. Seorang anak akan merasa membutuhkan makanan dan tangis sebagai pertandanya.
Hidayah kepada panca indra. Macam hidayah ini sama-sama terdapat pada manusia dan hewan. Bahkan pada hewan lebih sempurna dibanding yang ada pada manusia.
2. Sebab ilham dan panca indra ini akan
lebih cepat tumbuh secara sempurna dalam waktu yang singkat setelah kelahiran.
Dan ini dirasakan oleh manusia secara bertahap.
Hidayah kepada akal. Hidayah ini lebih tinggi derajatnya dibandingkan hidayah ilham dan panca indra. Secara naluriah, manusia akan hidup bermasyarakat dengan yang lainnya. Sedangkan ilham dan panca indranya tidak cukup untuk menjalankan hidup bermasyarakat.
Karenanya, manusia membutuhkan akal yang akan mampu mengoreksi segala kesalahan yang dilakukan oleh panca indra. Bukanlah orang yang melihat tongkat lurus di air akan terlihat bengkok di mata? Dan orang yang belum terbiasa merasakan sesuatu yang manis akan merasa pahit di lidahnya.
Hidayah berupa agama dan syari’at, hidayah ini merupakan kebutuhan mutlak bagi orang yang menganggap remeh akal pikirannya, dan mengikuti kemauan hawa nafsyunya, menundukkan jiwa untuk menuruti kemauan syahwatnya.
Ia memilih jalan yang penuh dengan lumpur dosa dan berbagai kejahatan, berani berbuat zalim, sekalipun terhadap kawannya sendiri, sehingga tercipta suasana saling menguasai dan bersaing secara tidak wajar antar sesama.
Denagn hidayah ini seseorang akan menerima petunjuk. Jika akal pikirannya mampu mengalahkan kemauan hawa nafsyunya, maka akan tampak dimata manusia batasan-batasan dan syari’at Allah. Kemudian, ia akan berdiri di atas garis-garis batas tersebut, dan mengekang kemauannya dari batasan-batasan yang ada.
Untuk itu ada yang perlu di ingat bahwa pada diri manusia teredapat fitrah atau perasaan mengakui adanya kekuasaan gaib yang mengatur alam semesta ini.
Segala bentuk kejadian yang tidak diketahui sebab musababnya selalu dikembalikan kepada kekuatan tersebut. Manusia juga percaya bahwa dibalik kehidupan duniawi yang serba terbatas ini terdapat kehidupan lain sesudahnya.
Dengan akalnya manusia tidak akan mampu berpikir bagaimana seharusnya melayani kekuasaan ini. Alam pikiran pun tidak akan mampu sampai kepada apa yang bisa bembuat bahagia dalam kehidupan ini.
Karenanya, manusia membutuhkan hidayah agama Ad-din yang diridhai Allah lantaran hidayah tersebut memang di perlukan oleh umat manusia.
“Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan kebaikan dan jalan kejahatan)”.(Al-Balad. 90:10).
Dan “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang di kehendaki-Nya...”(Al-Qasas,28:56).
Dan” Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi)Taufiq siapa yang dikehendaki-Nya...”(Al-Baqarah,2;272).
Kemudian Allah menetapkan sifat ini kepada diri-Nya sendiri, seperti ungkapan ayat berikut ini: “ Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka”(Al-An’am,6:90).
Hidayah dalam pengertian petunjuk kepada hal-hal yang baik dan benar, Termasuk penjelasannya, mengakibatkan lahirnya kebahagiaan dan keberhasilan. Karena hidayah seperti inilah yang di anugerahkan Allah kepada para hamba-Nya.
Hidayah seperti ini juga ada pada diri Rasulullah SAW. Seperti yang di ungkapkan dalam Al-Qur’an: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”.(Asy-Syuara,42:52).
Demikianlah saudaraku yang dapat aku haturkan semoga saja sedikit ulasan ini dapat menjadikan kemanfaatan bagi kita semua Aamiin..." Wassalam,-
Hidayah kepada akal. Hidayah ini lebih tinggi derajatnya dibandingkan hidayah ilham dan panca indra. Secara naluriah, manusia akan hidup bermasyarakat dengan yang lainnya. Sedangkan ilham dan panca indranya tidak cukup untuk menjalankan hidup bermasyarakat.
Karenanya, manusia membutuhkan akal yang akan mampu mengoreksi segala kesalahan yang dilakukan oleh panca indra. Bukanlah orang yang melihat tongkat lurus di air akan terlihat bengkok di mata? Dan orang yang belum terbiasa merasakan sesuatu yang manis akan merasa pahit di lidahnya.
Hidayah berupa agama dan syari’at, hidayah ini merupakan kebutuhan mutlak bagi orang yang menganggap remeh akal pikirannya, dan mengikuti kemauan hawa nafsyunya, menundukkan jiwa untuk menuruti kemauan syahwatnya.
Ia memilih jalan yang penuh dengan lumpur dosa dan berbagai kejahatan, berani berbuat zalim, sekalipun terhadap kawannya sendiri, sehingga tercipta suasana saling menguasai dan bersaing secara tidak wajar antar sesama.
Denagn hidayah ini seseorang akan menerima petunjuk. Jika akal pikirannya mampu mengalahkan kemauan hawa nafsyunya, maka akan tampak dimata manusia batasan-batasan dan syari’at Allah. Kemudian, ia akan berdiri di atas garis-garis batas tersebut, dan mengekang kemauannya dari batasan-batasan yang ada.
Untuk itu ada yang perlu di ingat bahwa pada diri manusia teredapat fitrah atau perasaan mengakui adanya kekuasaan gaib yang mengatur alam semesta ini.
Segala bentuk kejadian yang tidak diketahui sebab musababnya selalu dikembalikan kepada kekuatan tersebut. Manusia juga percaya bahwa dibalik kehidupan duniawi yang serba terbatas ini terdapat kehidupan lain sesudahnya.
Dengan akalnya manusia tidak akan mampu berpikir bagaimana seharusnya melayani kekuasaan ini. Alam pikiran pun tidak akan mampu sampai kepada apa yang bisa bembuat bahagia dalam kehidupan ini.
Karenanya, manusia membutuhkan hidayah agama Ad-din yang diridhai Allah lantaran hidayah tersebut memang di perlukan oleh umat manusia.
“Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan kebaikan dan jalan kejahatan)”.(Al-Balad. 90:10).
Dan “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang di kehendaki-Nya...”(Al-Qasas,28:56).
Dan” Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi)Taufiq siapa yang dikehendaki-Nya...”(Al-Baqarah,2;272).
Kemudian Allah menetapkan sifat ini kepada diri-Nya sendiri, seperti ungkapan ayat berikut ini: “ Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka”(Al-An’am,6:90).
Hidayah dalam pengertian petunjuk kepada hal-hal yang baik dan benar, Termasuk penjelasannya, mengakibatkan lahirnya kebahagiaan dan keberhasilan. Karena hidayah seperti inilah yang di anugerahkan Allah kepada para hamba-Nya.
Hidayah seperti ini juga ada pada diri Rasulullah SAW. Seperti yang di ungkapkan dalam Al-Qur’an: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”.(Asy-Syuara,42:52).
Demikianlah saudaraku yang dapat aku haturkan semoga saja sedikit ulasan ini dapat menjadikan kemanfaatan bagi kita semua Aamiin..." Wassalam,-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar