Minggu, 20 Februari 2011

Menauladani Baginda Rasul

oleh Nurassajati Purnama Allam pada 20 Februari 2011 jam 6:28

 Assalamuallaikum wr wb.
Bissmillahirrahmanirrahim.
Sahabat, dalam rangka mengenang, Baginda Nabi Muhammad SAW.,tentunya banyak cara diantaranya  Catatan ringkas ini semoga menjadi perenungan buat kita. Berteladan kepada Nabi saw. Dia sejatinya uswah, pasti tidak akan membuat kita kecewa!

1) Kalau ada pakaian yang koyak, Nabi saw menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memerah susu kambing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual.

2) Setiap kali pulang ke rumah, bila belum tersaji makanan karena masih dimasak, sambil tersenyum beliau menyingsingkan lengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur. Aisyah menceritakan bahwa kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumahtangga.

3) Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula kembali sesudahnya.

4) Pernah beliau pulang menjelang pagi hari. Tentulah beliau teramat lapar waktu itu. Namun dilihatnya tiada apa pun yang tersedia untuk sarapan. Bahkan bahan mentah pun tidak ada karena ‘Aisyah belum ke pasar. Maka Nabi bertanya, “Belum ada sarapan ya Khumaira?’ Aisyah menjawab dengan agak serba salah, ‘Belum ada apa-apa wahai Rasulullah.’ Rasulullah lantas berkata, ‘Jika begitu aku puasa saja hari ini.’ tanpa sedikit tergambar rasa kesal di raut wajah beliau.

5) Sebaliknya Nabi saw sangat marah tatkala melihat seorang suami sedang memukul isterinya. Rasulullah menegur, ‘Mengapa engkau memukul isterimu?’ Lantas lelaki itu menjawab dengan gementar, “Isteriku sangat keras kepala! Sudah diberi nasihat dia tetap membangkang juga, jadi aku pukul dia.” Jelas lelaki itu.

“Aku tidak bertanya alasanmu,” sahut Nabi saw.

“Aku menanyakan mengapa engkau memukul teman tidurmu dan ibu dari anak-anakmu?”

6) Kemudian Nabi saw bersabda,”Sebaik-baik suami adalah yang paling baik, kasih dan lemah-lembut terhadap isterinya.’ Prihatin, sabar dan tawadlu’nya beliau dalam posisinya sebagai kepala keluarga langsung tidak sedikitpun merubah kedudukannya sebagai pemimpin umat.

7) Pada suatu ketika Nabi saw menjadi imam shalat. Dilihat oleh para sahabat, pergerakan Nabi antara satu rukun ke rukun yang lain agak melambat dan terlihat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi gemeretak seakan sendi-sendi di tubuh Nabi mulia itu bergeser antara satu dengan yang lain. Lalu Umar ra tidak tahan melihat keadaan Nabi yang seperti itu langsung bertanya setelah shalat.

‘Ya Rasulullah, kami melihat sepertinya engkau menanggung penderitaan yang amat berat. Sakitkah engkau ya Rasulullah?”

“Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sehat wal ‘afiat.”

“Ya Rasulullah.. .mengapa setiap kali engkau menggerakkan tubuh, kami mendengar suara gemeretak pada sendi-sendi tulangmu? Kami yakin engkau sedang sakit…” desak Umar penuh cemas.

Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Ternyata perut beliau yang kempis, kelihatan dililit sehelai kain yang berisi batu kerikil, untuk menahan rasa lapar beliau. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi gemeretak setiap kali bergeraknya tubuh beliau.

“Ya Rasulullah! Apakah saat engkau menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kemudian kami tidak akan mengusahakannya buat engkau?’

Lalu Nabi saw menjawab dengan lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di hadapan ALLAH nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?’ ‘Biarlah kelaparan ini
sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.”

8) Nabi saw pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah seorang tua yang dipenuhi kudis, miskin dan kotor.

9) Beliaupun hanya diam dan bersabar ketika kain sorbannya ditarik dengan kasar oleh seorang Arab Badawi hingga berbekas merah di lehernya. Begitupun dengan penuh rasa kehambaan beliau membersihkan tempat yang dikencingi seorang arab Badawi di dalam masjid sebelum beliau tegur dengan lembut perbuatan itu.

10) Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH swt dan rasa penghambaan yang sudah menghunjam dalam diri Rasulullah saw menolak sama sekali rasa ingin diistimewakan (dipertuan).

11) Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH langsung tidak dijadikan sebab untuknya merasa lebih dari yang lain, ketika di depan keramaian (publik) maupun saat seorang diri.

12) Pintu Syurga terbuka seluas-luasnya untuk Nabi, namun beliau masih tetap berdiri di sepinya malam, terus-menerus beribadah hingga pernah beliau terjatuh lantaran kakinya bengkak-bengkak.

13) Fisiknya sudah tidak mampu menanggung kemauan jiwanya yang tinggi. Bila ditanya oleh ‘Aisyah, ‘Ya Rasulullah, bukankah engaku telah dijamin Syurga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?’ Jawab baginda dengan lembut, ‘Ya ‘Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur.’

آللّهُمَ صَلّیۓِ ۈسَلّمْ عَلۓِ سَيّدنَآ مُحَمّدْ وَ عَلۓِ آلِ سَيّدنَآ مُحَمَّدٍ

Aamiin Wassalam.
 

    • Sang Habibah BaraQbah Assalammualaikum saudaraku
      semoga tetap terjaga iman dan keyakinan kita padaNYA hingga akan selalu mendapat Rahmat dan pertolonganNYA
      Aamiin....................Ya Robb

    • Nurassajati Purnama Allam Aamiin Aamiin Insya Allah dan semoga Allah senantiasa merahmati kita semua Aamiin...Wassalam

    • Nurassajati Purnama Allam
      • Akhlak.

      Dalam sebuah." Hadits Qudsi tentang Khasanah Tersembunyi (Kanzun Makhfiy); penggalian pengetahuan mengenai diri-sendiri; serta posisi seorang beriman diantara jama’ah kaum yang beriman yang sama-sama memandang Rasulullah Muhammad s....a.w. sebagai contoh-teladan terbaik.

      Salah satu pengajaran Al-Qur'an di dalam mengetengahkan Rasulullah s.a.w. sebagai teladan akhlak disampaikan dalam rangkaian QS Ali ‘Imran [3]: 132 – 136 berikut ini:

      • Ilmu.

      Di dalam kitab al-Hikam , tercantum dialog dua orang suci berkenaan dengan potongan ayat ini, “… bertaqwalah, Allah akan mengajarimu …” (QS Al Baqarah [2]: 282), sebagai berikut:

      Ahmad bin Hambal bertemu dengan Ahmad bin Abil-Hawari, maka berkata Ahmad bin Hambal: “Ceritakanlah kepada kami apa-apa yang pernah kau dapat dari gurumu Abu Sulaiman.” Menjawab Ibn Hawari: “Bacalah Subhanallah, tetapi tanpa rasa kekaguman. Setelah Ahmad bin Hambal membaca ‘Subhanallah’ berkatalah Ibn Hawari: “Aku mendengar Abu Sulaiman berkata: ‘Apabila jiwa manusia benar-benar berjanji akan meninggalkan semua dosa, niscaya akan terbang ia ke alam malakut, kemudian kembali membawa berbagai ilmu-hikmah tanpa berhajat kepada guru.’”

      Ahmad bin Hambal setelah mendengar keterangan itu langsung bangun berdiri dan duduk kembali ke tempatnya sampai tiga kali, lalu ia berkata: “Belum pernah aku mendengar keterangan serupa ini sejak aku masuk Islam.” Ia sungguh merasa puas dan gembira menerima keterangan itu, kemudian ia membaca hadits: “Man amila bima alima warratsahullahu ilma maa lam ya’lam.” (Barangsipa yang mengamalkan apa-apa dalam ilmunya, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum ia ketahui).

      “Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya agar kamu diberi rahmat.”

      “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan jannah yang luasnya seluas lelangit dan bumi yang disediakan bagi al-Mutaqiin.”

      “Yaitu orang-orang yang menafkahkan dalam lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan marahnya dan memaafkan manusia. Sesungguhnya Allah cinta kepada al-Muhsiniin.”

      Dengan demikian semoga kita dapat memetik hikmah dan mensuri tauladani Sang Baginda Nabi SAW. Aamiin.
      Lihat Selengkapnya
    • Nurassajati Purnama Allam
      Adapun pengertian • Amal.

      Sewaktu seorang beriman berusaha mengejawantahkan keimanannya dalam amal sesuai petunjuk yang diterimanya, pertama-tama ia akan mencermati apa-apa yang ada padanya untuk disyukurinya. Di dalam proses ini, seorang ha...mba yang belajar bersyukur akan menengok kepada mereka yang ditugasi Allah untuk menjadi panutan. Mereka itu lah para Nabi dan para Rasul Allah merupakan teladan bagi manusia—mengingat mereka lah diantara manusia yang paling mengenal-Nya—karenanya yang paling mampu mewartakan tentang Allah.

      Mereka memberikan pengajaran kepada manusia dengan menjadi teladan dalam berbagai persoalan, termasuk pula persoalan ini. Salah satunya terliput dalam satu nasihat Nabi Allah Isa a.s yang mengajari para muridnya tentang perlunya ‘menguji pikiran seperti menguji mata-uang.’ Petikan dari ajaran Beliau a.s. dikutip di sini: “Maka sudah barang tentu lebih wajib atasmu untuk tidak membiarkan syaithan itu memasuki hatimu atau meletakkan fikiran-fikiran di dalamnya.

      Karena Allah telah mengkaruniakan hatimu itu untuk kamu pelihara, dan ia tempat bersemayam-Nya. Jika demikian, maka harus kamu perhatikan bagaimana seorang penukar-uang meneliti mata-uang, apakah gambar Kaisar itu betul, apakah uang itu dari perak murni atau lancung, dan apakah ia dari ukuran yang biasa atau tidak. Dari itu ia banyak membolak-balikkan uang itu di tangannya. …

      Sesungguhnya perak yang murni di bidang pikiran hanyalah taqwa, karena tiap pikiran yang sunyi dari taqwa itu datangnya dari setan. Ada pun gambar yang benar (pada mata-uang) hanyalah suri-teladan dari orang-orang suci dan para nabi yang wajib kita mengikutinya. Dan timbangan di bidang pikiran adalah kecintaan kepada Allah, yang segala sesuatu itu harus dikerjakan sesuai dengannya.”

      Demikianlah sedikit ulasan yg dapat aku sampaikan di pagi hari ini dan taklupa akupun mengucapkan selamat menjalankan aktifitas semoga kesejahteraan senantiasa menyertai kita semua Aamiin... Wssalam.
      Lihat Selengkapnya
    • Ingsun Thorro salam saudaraku karena AMALMU itulah yg bisa membantu saja di akherat nanti ,.....................salam mulia selalu
    • Kang Usep Terimakasih pak Nur, pencerahannya..walaupun saya telat membacanya.....
    • Ajeng Naraisya emm..
      allahummasholli'ala sayyidina muhammadin wa'ala alihi washahbiri wabarik wasallim..
    • Nurassajati Purnama Allam Insya Allah Aamiin Aamiin Ya Robbal alamiin, semoga saja Allah senantiasa merahmati kita semua Aamiin...Wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar