Sabtu, 05 Februari 2011

~ Bukti Cinta Allah Atas Hamba-Nya ~

oleh Nurassajati Purnama Allam pada 06 Februari 2011 jam 6:13

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bissmillahirrahmanirrahim.

عَنْ عَبْدِ اللهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: " إِنَّ اللهَ قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَخْلَاقَكُمْ كَمَا قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَرْزَاقَكُمْ، وَإِنَّ اللهَ يُعْطِي الْمَالَ مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ، وَلَا يُعْطِي الْإِيمَانَ إِلَّا مَنْ يُحِبُّ.”

Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah membagi-bagi akhlak itu diantara kalian seperti Ia membagikan rejeki kalian. Dan bahwasanya Allah Ta’ala memberikan harta itu kepada orang yang Ia cintai dan yang tidak Ia cintai. Dan Ia tidak memberikan iman melainkan hanya kepada orang yang ia cintai”. (HR. al-Tabarani )

Mutiara Hadits:

1. .Akhlak, tabiat dan perangai yang baik merupakan salah satu karunia yang diberikan Allah Ta’ala pada hambaNya. Akhlak terpuji yang ada pada diri manusia terbagi dua, (1). Akhlak terpuji yang diperoleh sejak lahir (jibillah). (2). Akhlak terpuji yang didapat melalui proses latihan dan pembiasaan diri (muktasabah). Jenis kedua ini yang paling utama dan tinggi kedudukannya, sebab ia dicapai melalui mujahadah dan perjuangan diri.

2. Bahwasanya Allah Ta’ala Maha Kuasa dan Berkehendak mengaruniakan seorang hamba itu akhlak terpuji dan iman, yang karenanya ia selamat di dunia dan akhirat. Tentunya, pemberian tersebut untuk satu tujuan ilahiyah, sedang hikmah dan rahasianya hanya diketahui olehNya semata. Allah Ta’ala berfirman: “Katakanlah: "Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Luas karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui"; Allah menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (Qs. Ali Imran : 73-74).

3. Rejeki merupakan perkara yang pasti. Setiap hamba yang lahir di muka bumi ini telah ditentukan baginya kadar rejeki hingga akhir umurnya kelak. Sungguh, seorang hamba itu tidak akan meninggal dunia melainkan jika telah sempurna rejekinya.

4. Harta bukan merupakan ukuran tanda cinta Allah Ta’ala terhadap seorang hamba. Sebab ia diberikan kepada siapa saja yang bersungguh-sungguh di atas muka bumi ini, kendati ia seorang yang tidak dicintai olehNya. Makanya tidak boleh seorang hamba tertipu terhadap nikmat yang banyak diberikan atas seseorang atas maksiat yang ia kerjakan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jika engkau menyaksikan Allah Azza Wajalla memberikan seorang hamba berupa (kenikmatan) dunia atas maksiat yang ia lakukan, maka ketahuilah bahwa ia adalah istidraj (pancingan)”, kemudian beliau membaca ayat: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”. (Qs. al-An’am : 44)

5. . Hadits ini memberi isyarat akan rendahnya kedudukan harta benda itu di sisi Allah ta’ala. Namun perlu diingat, bahwa kedudukan harta benda itu pada hakikatnya tergantung bagaimana ia disikapi oleh sang empunya harta. Bisa jadi harta itu dapat mengantarkan pemilikinya ke dalam surga yang paling tinggi, dan dapat pula –dan ini banyak terjadi- harta dapat melempar tuannya ke dalam jurang neraka yang paling dalam.

6. Keutamaan iman, bahwasanya ia merupakan bukti kecintaan Allah atas hambaNya.
Olehnya, pada kelanjutan hadits ini di sebutkan: “Jika Allah Ta’ala mencintai seorang hamba, maka Ia akan memberinya iman”. Demikianlah, karena Allah ta’ala mencintai segala kebaikan dan amal shalih. Dan sebesar-besar amal salih dan kebaikan itu adalah iman yang kokoh terhadap uluhiyah, rububiyah dan asma wa shifat-Nya.

7. Hidayah dan iman merupakan karunia dan rahmat dari Allah Ta’ala. Dan bahwasanya, seseorang tidak dapat memberikan hidayah dan iman itu kepada siapa saja yang ia cintai, sebab sekali lagi ia merupakan hak bagi Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (Qs. al-Qashash : 56)

Moga bermanfaat ... aamiin

Wa'alaikum salam Warahmatullahi Wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar