Jumat, 23 Desember 2011

" TAUHID ADALAH LANDASAN IMAN KAUM MUSLIM" *

 Catatan Berkas kajian Semoga Jadi Renungan***






Bismillahir Rahmanir Rahim

Assalamu Allaikum Wr. Wb.

Segala Puji Bagi Allah YG Menggenggam Jiwa, YG Berkuasa Terhadap Segala Sesuatu, Yang tiadalah alam semesta ini ada kecuali atas kehendak- NYA....

Sholawat Beserta Salam Semoga Senantiasa Tetap Tercurah Kepada Sang Panutan Allam Baginda kita Nabi Besar Muhammad SAW, Beserta keluarganya dan Para Sahabatnya dan kepada kaum Muslimin dan Muslimat Sampai dengan kita yang Insya Allah Mendapat Syafaat Dari-NYA. Aamiin.

Saudaraku sebagaimana  telah kita ketahui Tauhid adalah sebuah cabang ilmu yg mempelajari tentang ke ESA an ALLAH SWT yg bertujuan untuk mengenal ALlah melalui sifat2 NYA Yg Agung hingga dapat menumbuhkan keimanan sebagai mana kalimat LAA ILAAHA ILALLAH...

 <sesungguhnya> Tidak ada Tuhan selain Allah>, yg mana Dialah Tuhan yg patut di sembah dan di ibadahi sebagaimana yg termaktub dalam al qur'an al dzariyat ayat 56,"Tidak AKU ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk menyembah KU"</sesungguhnya>

Sedangkan Allah tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata dhahir, Namun Allah dapat Melihat segalasesuatunya....

Untuk itu marilah kita bersama-sama belajar,sekaligus menjadi guru dan murid, bukan untuk saling menguji namaun untuk bersama belajar bersama dan mengkaji, sejauh mana kita tlah memahami tentang makna yg tersurat maupun yg tersirat...> dgn mengucapkan Bismilahir Rahmanir Rahim

kita awali kajian ini “ Adapun mengenai Tauhid  Pada awalnya tauhid dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : Tauhid Al Ma’rifat wal Itsbat (Pengenalan dan Penetapan) yang mengandung 2 tauhid yaitu Tauhid Rububiyah yaitu mengenal Allah melalui perbuatan-Nya.

Dan “Tauhid Asma wa Sifat yaitu mengenal Allah melalui nama dan sifat-Nya. Tauhid Al Irodi Ath Tholabi yaitu tauhid yang diinginkan dan dituntut, disebut juga tauhid uluhiyah.

Akan tetapi seiring semakin jauhnya umat Islam dari ajaran agama, sehingga banyak terjadi penyimpangan keyakinan di dalam nama dan sifat Allah, maka Tauhid Asma wa Sifat disebutkan secara khusus.

 Sehingga Tauhid dibagi menjadi 3 :
Tauhid rububiyah Yaitu mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya, seperti mencipta, menguasai, memberikan rizki, mengurusi makhluk, dll yang semuanya hanya Allah-Lah, semata yang mampu.

 Dan semua orang meyakini adanya Rabb yang menciptakan, menguasai, dll. Kecuali orang atheis yang berkeyakinan tidak adanya Rabb. Diantara penyimpangan yang lain yaitu kaum Zoroaster yang meyakini adanya Pencipta Kebaikan dan Pencipta Kejelekan, hal ini juga bertentanga dengan aqidah yang lurus.

Tauhid Uluhiyah Mentauhidkan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan hamba. Yaitu mengikhlaskan ibadah kepada Allah, yang mencakup berbagai macam ibadah seperti : tawakal, nadzar, takut, khosyah, pengharapan, dll. Tauhid inilah yang membedakan umat Islam dengan kaum musyrikin.

Jadi seseorang belum cukup untuk mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya (Tauhid Rububiyah) tanpa menyertainya dengan mengikhlaskan semua ibadah hanya kepada-Nya (Tauhid Uluhiyah). Karena orang musyrikin dulu juga meyakini bahwa Allah yang mencipta dan mengatur, tetapi hal tersebut belum cukup memasukkan mereka ke dalam Islam. ,

 “Allah dan Rasulnya yang lebih mengetahui”, Hak Allah kepada hambanya yaitu agar hamba beribadah mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan Allah.r Tauhid Asma Wa Sifat  tauhid asma wa sifat

Mengimani dan menetapkan apa yang sudah ditetapkan Allah di dalam Al Quran dan oleh Nabi-Nya di dalam hadits mengenai nama dan sifat Allah tanpa merubah makna, mengingkari, mendeskripsikan bentuk/cara, dan memisalkan.

 Untuk pembahasan yang lebih lengkap bisa merujuk ke beberapa kitab diantaranya Aqidah Washithiyah, Qowaidul Mutsla, dll. Apabila ketiga tauhid di atas ada yang tidak lengkap, maka seorang hamba bisa berkurang imannya atau bahkan telah keluar dari Islam.

 Lalu... Apakah Dasar dari Tauhid itu Syahadat??? Dan apa bedanya??

 Bagaimana hukumnya orang yg belajar Tauhid secara "Taqlidiy" ? apakah Imannya Sah atau tidak ?

Apakah caranya Jin menyembah Allah, sama seperti kita manusia menyembah Allah.?........

Dalam hal ini aku sendiri  blm punya  jawaban, yg jelas adapun yg aku tahu bahwa jin sama dgn manusia yg kehidupannya untuk  menyembah Allah, dan ada yg muslim juga ada yg kafir, mereka bersuku2 dan bernegara, mereka juga ada peperangan satu sama lain.......

Namun kalau cara sholat atau ibadahnya sama atau tidaknya dengan manusia, wallahu a'LAM BISSHOWAB.

Saudaraku...adapun pengetahuan tentang  Ilmu Tauhid ada beberapa cara. " Tafsiliy " yaitu belajar memahami dan mengetahui secara detail dan ter-urai dalil-dalilnya.
 " Ijmaliy" belajar memahami dan mengetahui secara sederhana, atau pokok-pokoknya saja. Sedangkan " Taqlidiy" hanya belajar dengan memahami dan menngetahui secara sepintas saja tanpa menyelidiki apalagi mendalami secara detail dali-dalilnya.

Nah yg jadi pertanyaan bagaimana orang yg hanya belajar Tauhid dengan cara seperti itu Katakanlah  (secaraTaqlidiy ).
Yaa ayyuha 'nnaasu' buduu robbakumull ladzi kholakokum walladziina min koblikum laallakum tattaquun. (Q.S 2:21)

 Dalam hal ini, berlaku untuk siapakh Al Qur'an dan Rasulullah itu, dan segala hukum yg didalamnya dan mahluk yg golongan Jin itu sangat mengerti keadaan/waktu saatnya shalat didunia ini. Conthnya  ada dalam surat Al Jin khususnya ayat 19....

 ‎"Dan bahwasanya tatkala hamba Allah < Muhammad> berdiri menyembah NYA<mengerjakan ibadah=""> hampir saja jin2 itu berdesakan mengerumuninya", Al Jin 19</mengerjakan>
Dalam hal ini Tuhan hanya menyangkut bidang rasional manusia. Bahwa Tuhan hanya" Penggerak Pertama" dan tidak berkaitan dengan pelbagai emosi dan perasaan manusia.

Sedangkan Tuhan para nabi. disamping memiliki dimensi logis dan rasional. pembahasan mengenai Tuhan juga menyangkut hubungan kuat dengan suara hati, sentimen, dan perasaan ynag menjadikan hubungan itu berbentuk hubungan cinta dan kerinduan;

hubungan objek yang membutuhkan dengan Zat yang Tidak Membutuhkan. Maha Mengetahui. Maha Kuasa dan Maha Penyayang, dan salah satu sifat-NYA yang pasti adalah "MAHA-ADIL "

 Disini telah terlihat tingkatan pemahaman tauhid itu sendiri, maksudnya imannya dapat dikatakan benar namun masih dalam tingkat yg paling dasar yg rentan terhadap ketqwaan <sesuai dgn="" ilmunya=""></sesuai>
 Lalu apakah itu sah atau tidak ke Imanannya, karna ada pendapat seorang Ustadz, Iman secara Taqlidiy belum sebenar-benarnya ber Iman atau belum bisa dikatakan sah.

 Adapun  masalah sah tidaknya iman tidak tergantung darimana dan bagaimana dia belajar tauhid yg penting ia tdk berbuat syirik...

 Namun.. islam adalah sebuah agama dan sifatnya adalah tauqifiyah (tidak berdasarkan pemikiran seseorang ) jadi harus mengetahui tuntunanya yaitu Al~Qur'an dan hadits karna hanya dari keduanyalah kita bisa tahu tentang islam yg lurus.... Wallahu A'lam..

Saudaraku. Pada hakikatnya menafikan ada permulaan wujud Allah SWT karena Allah SWT. menjadikan tiap-tiap suatu yang ada, yang demikian tidak dapat tidak keadaannya lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu itu.

 Jika sekiranya Allah Ta’ala tidak lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu, maka hukumnya adalah mustahil dan batil.

Maka apabila disebut Allah SWT. bersifat Qidam maka jadilah ia qadim. Di dalam Ilmu Tauhid ada satu perkataan yang sama maknanya dengan Qadim Yaitu Azali.
Dan Setengah ulama menyatakan bahwa kedua-dua perkataan ini sama maknanya Yaitu sesuatu yang tiada permulaan baginya.

Maka qadim itu khas dan azali itu am. Dan bagi tiap-tiap qadim itu azali tetapi tidak boleh sebaliknya, Yaitu tiap-tiap azali tidak boleh disebut qadim. Adalah qadim dengan nisbah kepada nama terbahagi kepada empat bagian :

 Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Ta’ala ) • Qadim Zati ( Tiada permulaan zat Allah Ta’ala ) • Qadim Idhafi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti terdahulu, nisbah bapa kepada anak ) • Qadim Zamani ( Lalu masa atas sesuatu sekurang-kurangnya satu tahun )

Dalam hal ini menurut pendapatku bahwa iman dan <keyakinan> seseorang tantunya sesuai dgn yg diketahuinya.. namun  keabsahannya  dalam tingkatan ini masih rentan daripada kesesatan <syirik>, karena jika setelahnya ia tidak berusaha mendalami tauhid untuk mempertinggi atau memperkuat imannya maka arah penyembahannya masih sangat terbatas</syirik></keyakinan>

Sedangkan setiap orang yg menyakini apa yg dibwa Rasulullah Saw. dan kandungan Al Qur'an dengan keyakinan yg kuat,maka ia adalah Mukmin seklipun tidak mengethui dalil2nya..Bahkan,iman yg kuat adalah imannya orang awam yg tertanam dlm hatinya yg jernih..

Iman ini diproleh setelah ia mendengarkan nasihat2 yg tulus dan jernih secara terus menerus,atau setelah bergaul degan orang yg memiliki ahlak yg baik atau jiwa yg tulus, yg ia tidak mungkin mengungkapknya dng kata2..

Ia hanya bisa mengekspresiknya dng menekuni ibadah dan dzikr...Barang siapa tekun beribadah sampai ia memperoleh hakikt takwa,mensucikan batin dari kotoran2 duniawi,dan menetapi dzikr secara kontinyu,maka cahaya ma'rifat akan memancar dari sanubarinya..

Dan segala persoalan agama yg tadinya diperoleh secara taklid akan menjadi jelas,terang seprti tingkatan musyahadah....

 Maka dalam hal ini menurutku asal  yg penting jangan Taqlid buta aja yg ia tidak mau tahu dengan di tunjukannya dalil yg rojih kalau gak sesuai dgn pemahamannya.....

 Adapun mengenai  syahadat itu mengandung substansi tauhid, sedangkan tauhid merupakan substansi dari semua firman Alloh,.maka setiap petunjuk yang menunjukkan jalan kebenaran tetapi tidak mengajarkan tauhid, itu bukan merupakan sabda Tuhan

Dengan kata lain syahadat adalah pembenaran terhadap adanya Tuhan <allah> yg diiringi dengan pemahaman terhadap pengetahuan tentang Allah <berupa ke="" esa="" an="" nya.="">

 Tetapi tidak hanya sampai disitu saja,.. Setiap orang harus memiliki keyakianan dan pemahaaman yg mendalam dari hati yg paling dalam atas esensi persaksian kita bahwa tiada Tuhan selain Alloh dan Muhammad Rosululloh,..

Keyakinan ini kemuduan dikuatkan dalam bentuk ucapan dan dibuktikan dalam realitas kehidupan sehari-hari,.. dalam perbuatan . Oleh karenanya..aktualisasi akidah harus dimulai dari penghayatan kalimat tauhid laa-ilaaha illalloh dalam semua senndi kehidupan, dalam muamalah, ubudiyah, dalam berfikir dan bersikap dan lainnya

 Oleh karenanya persoalan akidah tidaklah bisa diyakini secara sepekulatif atau dengan taklid,.

Namun menjadikan taklid itu merupakan suatu kejutan iman yg datang, yg bisa dikatakan ia sah dlm iman namun belum dapat dikatakan afdhal imannya karena masih sangat2 rentan.

Sebab pada dasar awal pengenalannya sebuah Tauhid juga dgn taklid..sehingga  gak mungkin seorang anak kecil di kenalkan Allah dgn dalil2 yg rumit malah bisa jadi membuatnya bingung...

baru setelahnya seiring dgn berkembangnya akal pikiran ia dikenalkan dgn ayat2 yg menunjukan ke Esaan Allah Ta'ala sepeti Qulhu Allahu ahad... dan seterusnya....

Itulah yg kumaksudkan taklid adapun  yg tidak syah dalam hal ini taklid secara harfiy,. Oleh sebab karena itu dalam bertaklid pun masih tetap dibutuhkan sikap kritis,..yg  Dalam bahasa fiqhnya  disebut ''taqlid manhajiy'' yakni bertaqlid secara metodologis dan analisis maksudnya supaya tidak  semaunya,  tapi harus dengan etika yg tidak bertantangan dengan kaidah-2 ahlut tauhiid.. kira- kira begitu namun wallohu a'lam.

Disebabkan dalam hal  mempelajari tentang  kalimat tauhid LAA ILAAHA ILALLAH.....
Sangat –sangat diperlukan ketenangan serta pemikiran yg mendalam dan untuk itu akupun mohon

Bantuan serta maaf jika dalam penyampaiannya ada kekurangan atau kekeliruan untuk itu sekali lagi aku meminta supaya dicermati dan jika ada yang salah atau kurang tepat tolong supaya di luruskan karena sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik Allah Tuhan Semesta Allam.

 ‎"Tiada Tuhan melainkan Allah, dan Allah Maha Besar. Tiada Tuhan melainkan Allah, sendiri tiada sekutu bagi-NYA. Tiada Tuhan melainkan Allah bagi-Nya Kerajaan itu dan bagi-NYA segala puji. tiada Tuhan melainkan Allah dan tiada daya dan kekuatan melainkan hanya dari pertolongan ALLAH.

Dan inilah kalimat zikir yang seyogyanya banyak-banyak diucapkan.
 LAA ILAAHA ILALLOH....” Tiada tuhan selain Alloh...
dan jangan sekali-kali kita menyebut nama tuhan selain Allah...
Namun adakalanya hati dan fikiran kita yang  pada waktu dzikir bahkan ketika sholat kadang sering...tertuju ke hal yang lain...contohnya misal, pintu belum dikunci dll...Ini juga termasuk menyekutukan Alloh...

Adapun kalimat Laailaaha illallahu ini mencakup beberapa pengertian.

a. Hanya Allah yang patut disembah ( La Ma’buda Illallah )
b. Hukum mutlak bersumber dari-Nya ( La Hukma Illallah )
c. Tiada penguasa mutlak kecuali Allah, Dia lah Rabb semesta alam, penguasa dan pengatur ( La Malika Illallah )
d. Tiada pencipta kecuali Allah ( La Kholiqo Illallah )
e. Tidak ada yang memberikan rizki selain Allah ( La Raziqo Illallah )
f. Tidak ada yang menghidupkan dan mematikan kecuali Allah
g. Tidak ada yang dapat mendatangkan kemanfaatan dan kemudharatan kecuali Allah
h. Tidak ada daya dan upaya kecuali Allah
i. Tidak bertawakal kecuali kepada Allah
j. Allah sebagai pusat orientasi dan kerinduannya.
 Melihat pengertian Laailaaha illallah ini dapat dipahami bahwa seluruh pusat orientasi kehidupan seorang muslim adalah Allah.

Namun kesaksian yang benar dalam Islam tidak hanya terhenti pada pengucapan lisan dan pembenaran dalam hati, begitu juga tidak hanya memahami maknanya secara benar, tapi harus disertai dengan mengamalkan segala ketentuannya, baik secara lahiriyah maupun bathiniyyah.

Dengan Laailaaha illallah seoarang muslim tidak hanya meniadakan sesembahan selain Allah semata. kalimat tauhid ini sekaligus mencakup loyalitas dan bersih diri ( Al wala’ wal bara’ ) serta menegasi dan afirmasi ( Al Nafy wal itsbat ).

Konsep;  Al Wala’ dalam kalimat tauhid adalah aspek kepatuhan dan kesetiaan secara tulus ( loyal ) terhadap Allah, kitab, sunnah dan nabiNya, sedangkan al bara’ adalah bersih diri dari segala kendali thagut dan hukum jahiliyyah.

 Adapun An Nafiy ( peniadaan atau negasi ) bermakna meniadakan sesuatu yang menyaingi pengesaan kepada Allah, misalnya sesembahan perantara, tuan, tandingan dan thagut. dan Itsbat (penetapan, afirmasi ) terhadap empat perkara yaitu tujuan akhir ( yang kita tuju adalah Allah ).

 Kecintaan kepada Allah, takut dan berpengharapan kepada-Nya (al Qathani, 1994:6-8 )
Wallahu a’lam,

 Adapun; Lawan tauhid adalah syirk, yaitu menjadikan sesuatu mempunyai sekutu dalam suatu urusan. Maka barang siapa yang telah syirk, maka dia telah menjadikan sekutu bagi Allah di dalam melaksanakan ibadah.

 Pembagian Syirk
Pembagian syirk menjadi 2 bagian
Syirk besar : Mengeluarkan seseorang dari Islam. Mengakibatkan sifat syirk melekat pada seseorang.

Syirk kecil : Jalan menuju syirk akbar tapi tidak mengeluarkan seseorang dari Islam. Sifat syirk tidak melekat seluruhnya pada seseorang.

Pembagian syirk menjadi 3 bagian
Syirk besar yang nyata : Melakukan amalan syirk besar yang nyata, seperti menyembah patung.
Syirk kecil yang nyata : Melakukan amalan syirk kecil yang nyata, misalkan bersumpah dengan nama selain Allah.

 Syirk yang tersembunyi : Melakukan amalan syirk yang tersembunyi
Syirk yang tersembunyi dibagi menjadi
Syirk tersembunyi yang besar (riya’nya orang munafiq) : Hal ini mengeluarkan seseorang dari Islam.

Syirk tersembunyi yang kecil (riya’nya kaum muslimin) : Hal ini tidak mengeluarkan seseorang dari Islam.

 Pembagian tauhid dan syirk menjadi 3 bagian memiliki dasar di dalam Al Quran dan As Sunnah tidak secara tersurat tapi tersirat. Misalkan dalam ayat Al Fathihah, “Alhamdu lillaahi Rabbil ‘Alamin”

Al-Hamdu = Tauhid Asma wa Sifat, sifat Al Hamid, lillaahi = Tauhid Asma wa Sifat dan Tauhid Uluhiyah, menetapkan nama Allah dan menetapkan peribadahan kepada Allah Rabbi = Tauhid Rububiyah

Firman Allah, “Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”
Jin merupakan makhluk yang diciptakan Allah dari api. Kata yang terdiri dari jim (ج) dan nun (ن) dalam bahasa arab memiliki makna umum tertutup.

 Misalkan Majnun (orang gila) tertutupi akal sadarnya, Jannatun (Surga) karena tertutupi kenikmatannya dari pandangan, pendengaran, dan pemikiran manusia, begitu juga Jin bermakna tertutup dari manusia.

 Jin juga dibebani ibadah sebagaimana manusia.
Manusia merupakan makhluk yang Allah ciptakan dari tanah. Kata Al-Ins (manusia) memiliki makna Al-Uns (jinak, saling bantu membantu), yaitu manusia harus saling tolong-menolong dalam menjalani hidupnya

 Wahai Tuhanku, hanya bagimulah segala puji, sebagaimana seyogyanya dengan kebesaran DzatMu dan keagungan kekuasaanmu" maka bersunguh sungguhlah dua malaikat namun mereka tidak tau bagaimana mencatatnya.

Lalu keduanya naik kelangit dan berkata:"wahai Tuhan kami, sesungguhnya hambaMu mengucapkan dzikir, kami tidak tau bagaimana mencatatnya.

 Allah yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman pada hal Dia lebih mengetahui terhadap apa yang dikatakan oleh hamba-Nya :

 " Apakah yang diucapkan hambaku?" kedua menjawab: bahwasanya ia mengucapkan: " Wahai Tuhanku, hanya bagimu segala puji sebagaimana seyogiyanya dengan kebesaran Dzat-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu"

 Allah yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman: Tulislah seperti apa yang diucapkan oleh hamba-Ku, sehingga ia menjumpai Aku, lalu aku membalasnya dengan apa yang diucapkan itu.
Hadis ini di takkhrijkan :Oleh An Nasa'i dlm sunannya Bab Fadhlul Hamidin. Juz-II hal.220 2

katakanlah Dia Allah Yg Maha Esa <tunggal>, Allah tempat bergantung <bersandar>>>><bagi makhluk="" alam="" semesta="">

 Catatan...
ILAAHA: SESEMBAHAN/TUHAN
ILALLOH: (KECUALI) ALLOH....
Dlm kalimat tersebut juga mencakup bahwa TIADA YANG PANTAS KITA SEMBAH KECUALI ALLOH....

Kalimat " Laa Ilaa Ha Illalloh " salah satu kalimat di dalam dua kalimat Syahadat, dinamakan Syahadat Tauhid.

Makna dari kalimat tersebut adalah " Laa Ma'buda bi Haqqin Illalloh " yaitu, tiada sesembahan yg Haq (berhak disembah) selain Alloh.

Laa ilaha illalloh memiliki 2 rukun yaitu : An-Nafyu (penafian/peniadaan) dan Al-Itsbat (penetapan).
Kedua rukun ini diambil dari 2 penggalan kalimat tauhid Laa Ilaha dan Illalloh. Rinciannya sebagai berikut: 

-Laa ilaha = "An-Nafy, yaitu meniadakan dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan serta mengingkari segala sesuatu yang disembah selain Allah Ta’ala.
-illalloh = Al-Itsbat, yaitu menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah dan diibadahi melainkan Allah serta beramal dengan landasan ini.

sebagaimana firman Allah dlm surat Al Dzariyat 56, "tidak AKU ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyenbahKU"

  LAA ILAAHA ILLAHA tiada tuhan selain Allah ...
tuhan yang tidak beranak dan tidak di peranakan

Mengenai syirk besar yang dimaksud mengeluarkan seseorang dari islam itu karena murta, .seperti yg digambarkan diatas yakni orang tersebut menjadikan selain Allah sebagai Tuhannya atau sesembahannya <kafir></kafir>

Demikianlah yang dimaksud dari kalimat Tauhid sebagaimana yang telah diulas diatas merupakan penjabaran dari pada ayat tersebut.......

Olehkarena itu maka Syarat Syarat yang harus dipenuhi oleh orang yg melafalkan kalimat Laa Ilaha Illalloh agar berfaedah bagi dirinya...”  adalah,

1- Berilmu dan memahami kandungan makna dan rukun syahadat ini sehingga hilang kebodohan terhadap kandungan makna dan rukun kalimat ini.

 Rosululloh Shollallohu ‘alahi wa sallam bersabda yang artinya:“Barangsiapa yang mati dalam keadaan ia mengetahui (kandungan makna) ‘laa ilaha illallah’ (bahwa tiada yang berhak disembah kecuali Allah), pasti masuk surga (HR. Muslim).

2- Meyakini segala yang ditunjukkan oleh kalimat ini tanpa ada keraguan sedikitpun. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya:”Sesungguhnya orang mukmin itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya kemudian mereka tidak ragu.....”. (QS. Al-Hujurat:15).

 3- Menerima konsekuensi (tuntutan) kalimat ini berupa beribadah hanya kepada Alloh semata dan meninggalkan beribadah kepada selain-Nya tanpa adanya penolakan yang didasari keengganan, pembangkangan,dan kesombongan.

Alloh Ta’ala berfirman yang artinya:”Sesungguhnya mereka (orang-orang kafir) apabila diucapkan kepada mereka “laa ilaha illalloh (Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah) maka merekapun menyombongkan diri(35).

Dan mereka berkata,“Apakah kita akan meninggalkan sesembahan-sesembahan kita karena penyair yang gila”.(QS. Ash-Shaffat:35-36).

 4- Tunduk dan berserah diri terhadap segala tuntutan kalimat ini tanpa mengabaikannya. Alloh Ta’ala dalam  firman-Nya, yang artinya:”Dan barangsiapa yang berserah diri kepada Alloh dalam keadaan berbuat kebajikan, maka sungguh dia telah berpegang dengan tali yang sangat kuat (kalimat Laa ilaha illalloh).....”(QS.Luqman:22).

5- Jujur dalam mengucapkan kalimat ini dengan disertai hati yang membenarkannya. Jika seseorang mengucapkan kalimat ini namun hatinya mengingkari dan mendustai nya, maka dia orang munafik tulen. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya:

(a8) ”Dan diantara manusia ada yang mengucapkan,”Kami beriman kepada Alloh dan hari akhir”, padahal mereka tidak beriman". (b9) "Mereka hendak menipu Alloh dan orang-orang yang beiman. Padahal tidaklah mereka menipu kecuali diri mereka sendiri sementara mereka tidak meyadari". (e10) "Dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambah penyakit mereka.

Dan mereka mendapat azab yang pedih karena kedustaan yang mereka lakukan." (QS. Al-Baqarah:8-10).

 6- Ikhlas dalam mengucapkannya dan memurnikan amal dari segala kotoran syirik, bukan karena riya, atau untuk ketenaran, maupun tujuan-tujuan duniawi. Rosululloh Shollallohu ‘alahi wa sallam bersabda yang artinya:

“Sesungguhnya Alloh mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan”laa ilaha illalloh” dengan tujuan mengharap wajah Alloh.” (HR. Bukhari dan Muslim)

7- Mencintai kalimat ini dan segala tuntutannya serta mencintai orang yang melaksanakan tuntutannya. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya:

” Dan diantara manusia ada yang menjadikan selain Alloh sebagai tandingan yang mereka mencintainya seperti mencintai Alloh. Sedangkan orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Alloh.” (QS. Al-Baqarah:165).

Orang –orang yang benar dalam imannya mencintai Alloh dengan cinta yang tulus dan murni. Adapun para pelaku kesyirikan memiliki cinta ganda. Mereka mencintai Alloh sekaligus mencintai tandingan-Nya.

mohon dikoreksi khawatir apa yg ku tuliskan ini salah, atau ada yg keliru dalam ayat maupun haditsnya. Sebab memang kalimat itu harus kita amalkan khusus utk umat Islam, selain mengamalkan juga harus diyakini, " Laa Haula Wala Quwwata Illa Billah ".

 Dan disamping itu memang tidaklah sedikit diantara Saudara kita
yang sengaja mencari-cari karomah,,,,dengan mengamalkan kalimah Laa ila haillalloh yang katanya didalam kalimah itu ada seorang Malaikat Penjaganya  yang dapat memberikan karomah.

Subhaanallah.....sebenarnya selama apapun yang kita wiridkan<ucapkan> berupa menyebut nama2 dan sifat Allah karena niat kita yang  tertuju kepada Allah insya Allah afdhal karena akan membangkitkan jiwa untuk senantiasa dekat dengan Allah <melalui dzikir="" yang="" dimaksud="">,</melalui></ucapkan>

Namun sayangnya banyak umat kita yg menjalankan itu semua untuk suatu tujuan yang keluar dari selain Allah, misalnya mengamalkan untuk memudahkan atau mendapatkan urusan dunia tanpa diiringi permohonan kepada Allah atau dgn kata lain mengamalkan itu semua namun kiblat imannya tertuju kepada amalan tersebut...<bisa dikatakan="" syirik="">, karena menuhankan ayat atau amalannya</bisa>

 Untuk itu maka perlu disadari sesungguhnya  ajaran Islam itu bukan untuk dipermainkan atau di tafsirkan dengan cara semaunya...jadi kita haruslah berhati2 dlm berkata maupun bertindak.. walaupun hanya sekedar ikut2an..

Dan janganlah mencampur-adukkan yang haq dengan yang batil,,,bisa2 nanti kita termasuk ke dlm golongan, Orang –orang munafik , dan org munafik itu tempatnya ialah di dasar neraka.. naudzu'billah..

.(Yaa Alloh, smg ini dpt mjd renungan khususnya buat  diriku pribadi)
Dan ada sedikit pertanyaan Maaf Pak saya Mo tanya saya  melihat ada teman yg diajak majikanya sembahyang menyembah agama lain (patung) sambil bakar2 dupa.lantas apa hukum seseorg yg diajak menymbah patung itu,pdhl yg saya tau dia hanya mengikuti ajakan majikan, sedangkan dia sendiri beragama islam. 

Terimakasih saya ucapkan, namun aku sebelum menjawab...ijinkan aku menunggu dari  Saudara-ku yg lain dan ini, pertanyaan yang mantab... ini sungguh sebuah pertanyaan yg sangat2 riskan...dan jawaban belum tentu bisa di yakini kebenarannya...tapi mudah2an diantara kita ada yg dapat memberi jawaban dgn penjabarannya....Insya Allah

 Yo...mari kita tunggu jwaban dr sobat2 yang lain, terimaksih sebelumnya.meskipun Alhamdulilah saya dsini tak mengalaminya,tapi hal ini memang sering kulihat menimpa teman2 yg lain.( resiko kerja di negara non muslim)

Ya memang benar nampaknya hal semacam itu banyak terjadi tapi aku sendiri masih bingung nieh apa yang sekiranya bisa tepat untuk itu... hem..minum dulu ah...biar aga segar... hahaaa...

Hanya disini aku ada Sedikit pemahamanku sekedarnya semoga saja dapat mendekatkan jawaban.. memang  terkadang situasi ekonomi memaksa kita untuk mencari nafkah dgn jalan yg kita sendiri sebenarnya tidak menginginkan, maka disini dituntut agar kita memiliki tekad yg bulat untuk menegakkan jalan yg diridhoinya....

memang ada ayat atau hadits2 tertentu yg membenarkan sesuatu yg haram dapat dibolehkan dlm keadaan terpaksa...terpaksa disini adalah jika memang tidak ada jalan lain <subhaanallah sesungguhnya="" allah="" maha="" pemberi="" jalan="" yg="" baik="">...</subhaanallah>

Dan seandainya dlm kasus teman, jika memang masih dlm keterikatan kontrak atau hal lain yg memberatkan insya ALlah, Allah Maha Pengampun, bertahanlah dan bekerjalah dgn baik dan berusaha meminta kebijakan dari juragannya untuk membiarkan ia beribadah sesuai dgn keyakinan

 Dan jangan sampai melibatkan kita sebagai bawahannya dalam hal urusan keyakinannya..

Disini tentunya kita harus tetap berjuang untuk hijrah ke jalan yg lebih baik <maaf bukan="" hanya="" berdiam="" diri="" tanpa="" mencari="" jalan="" lain="" untuk="" kebebasan="" agar="" kita="" dapat="" menjalankan="" ibadah="" yg="" sesuai="" dengan="" agama="" anut="" yaitu="" islam="" tercinta.="">
Karena Sebetulnya aku pribadi merasa prihatin melihat banyaknya teman kita yg merasa terpaksa mengikuti kemauan majikannya..

Demikianlah kiranya yang dapat aku haturkan  tentang mengenai  “ Tauhid.> dan .semoga ada manfaatnya dan dapat dijadikan  sebagai gambaran sebelum  kita mendapat jawaban yg lebih baik dan afdhal

Dan semoga Allah menjadikan kita sebagai  orang2 yg ahli Tauhid minimala untuk diri sendiri, keluarga dan asaudara2 terdekat kita, sekian dan Wassalam Wabillahi taufiq wal hidayah, wassalammu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar