Senin, 28 November 2011

Sejarah Tahun Hijriyah=


Saudaraku...
Memaknai Tahun Baru Hijriyah

Khusus buat saudaraku yg belum tahu tentang sejarahnya tahun Hijriyah silahkan dibaca mudah2an bisa buat tambahan ilmu..... bagi yg sudah tahu malah harus baca karna siapa tahu ada yg salah jadi tolong dikoreksi tapi jangan koment dulu yeah sebelum selesai ha ha ha...

...
بسم الله الرحمن ال
رحيم
Allah Ta'ala telah menjadikan dalam 1 th itu ada 12 bln sebagaimana FirmanNYA: "Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah 12bln, dalam ketetapan Allah di waktu DIA menciptakan langit dan bumi diantaranya 4 bln Haram.

 Itulah (ketetapan) agama yg lurus, maka janganlah menganiaya diri dlm bln yg 4 itu, dan perangilah Musyrikin itu semua sebagaimana mereka memerangi semuanya, dan ketahuilah bahwasannya Allah beserta orang2 yg bertakwa" (At-Taubah : 36)

4 bln Haram (yg dimuliakan) 3bn berurutan: Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharam, sedang yg ke 4 menyendiri yaitu bulan Rajab.

Termasuk kemudahan dari Allah Ta'ala ketika menjadikan "Hisab syar'i Arabi dgn bln2 Qomariyah (mulai dari munculnya hilal/ bln sabit). Karena hal itu mudah diketahui dan di pahami oleh manusia secara umum yaitu dgn melihat hilal di ufuk Barat setelah terbenamnya matahari.

 Kapan hilal itu terlihat maka masuk kebulan berikutnya dan usailah hitungan bulan yg lalu.. dari sini kita mengetahui bahwa awal waktu dimulai dengan terbenamnya Matahari, bukan dari bergesernya matahari ke barat (Waktu Ashar) seperti yg umum diketahui terutama oleh orang2 jawa.

Sejarah Penentuan Bulan Hijriyah.

Telah dimulai penggunaan kalender Hijriyah semenjak masa Kholifah Umar bin Khotob. ketika itu beliau mengumpulkan para sahabat pada th ke 16/17 Hijriyah

 Dan bermusyawarah dgn mereka kapan akan dimulainya th baru Islam, maka bebagai pendapat muncul, sebagian mengatakan dimulai sejak "lahirnya Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam", ada yg mengatakan, "Dimulai dari diutusnya beliau" ada yg "dari Hijrahnya beliau," ada juga yg mengusulkan "dari wafatnya beliau"


Namun pada akhirnya Umar Rodhiallahu 'anhu memilih untuk di mulai tahun baru islam hijrahnya Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam. dgn pertimbangan sbb:
*Hijrah membedakan antara yg Haq dgn yg Batil
*Hijrah merupakan awal membangun kekuatan Islam.
*Hijrah merupakan pembentukan negri Islam dgn kekuasaan yg berdiri sendiri.

Kemudian merekapun bermusyawarah lagi mengenai bulan apa dimulainya th baru Hijriyah sebagian berpendapat dimulai dari Robi'ul Awal karena bulan itu Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam hijrah ke Madinah, sebagian mengatakan untuk di mulai bulan Romadhon karena bulan tsb diturunkannya Al-Qur'an...

Akhirnya terjafdi kesepakatan pendapat antara Umar, Utsman, dan Ali Rodhiallahu 'anhum untuk mengawali tahun baru hijriyah dgn bulan Muharom karena termasuk bulan yg di muliakan, yg sebelumnya adalah bulan Dzulhijjah dimana kaum muslimin menunaikan rukun islam ke 5 yaitu pergi haji ke Baitullah yg merupakan penyempurna dari rukun Islam.

 kemudian bulan berikutnya adalah bulan dimana Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam membai'at org Anshor untuk persiapan hijrah. Dan bai'at ini merupakan pembukaan dari hijrahnya Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka paling sesuai untuk mengawali th baru Islam) (Hijriyah) adalah bulan Muharom.....

 Maka dari itu sdh selayaknya kita bersyukur dalam segala urusan sudah ada aturan dan tuntunannya dari Islam termasuk sampai kalender, maka cukupkanlah hati kita berbangga dgn apa yg kita miliki dan jangan kita mengadopsi apa yg dimiliki pihak asing...

 Tambahan

Doa Akhir Tahun
Bacalah doa ini tiga kali saat menjelang akhir tahun baru Islam, bisa dilakukan sesudah ashar atau sebelum maghrib pada tanggal 29 atau 30 Dzulhijah. Dengan doa ini kita memohon ketika kita akan mengakhiri perjalanan tahun yang akan ditinggalkan ini akan mendapatkan ampunan dari Allah Swt. atas perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh-Nya, dan apabila dalam tahun yang akan ditinggalkannya itu ada perbuatan-perbuatan yang diridhai oleh Allah Swt yang kita kerjakan, maka mohonlah agar amal shaleh tersebut diterima oleh Allah Swt.

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim
Wa shallallaahu 'ala sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa aalihi wa shahbihii wa sallam.
Allaahumma maa 'amiltu fi haadzihis-sanati mimmaa nahaitani 'anhu falam atub minhu wa lam tardhahu wa lam tansahu wa halamta 'alayya ba'da qudratika 'alaa uquubati wa da'autani ilattaubati minhu ba'da jur'ati alaa ma'siyatika fa inni astaghfiruka fagfirlii wa maa 'amiltu fiihaa mimma tardhaahu wa wa'adtani 'alaihits-tsawaaba fas'alukallahumma yaa kariimu yaa dzal-jalaali wal ikram an tataqabbalahuu minni wa laa taqtha' rajaai minka yaa karim, wa sallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadin Nabiyyil ummiyyi wa 'alaa 'aalihii wa sahbihii wa sallam

Artinya:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya.

 Ya Allah, segala yang telah ku kerjakan selama tahun ini dari apa yang menjadi larangan-Mu, sedang kami belum bertaubat, padahal Engkau tidak melupakannya dan Engkau bersabar (dengan kasih sayang-Mu), yang sesungguhnya Engkau berkuasa memberikan siksa untuk saya, dan Engkau telah mengajak saya untuk bertaubat sesudah melakukan maksiat.

Karena itu ya Allah, saya mohon ampunan-Mu dan berilah ampunan kepada saya dengan kemurahan-Mu.


Segala apa yang telah saya kerjakan, selama tahun ini, berupa amal perbuatan yang Engkau ridhai dan Engkau janjikan akan membalasnya dengan pahala, saya mohon kepada-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pemurah, wahai Dzat Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan, semoga berkenan menerima amal kami dan semoga Engkau tidak memutuskan harapan kami kepada-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pemurah.

Dan semoga Allah memberikan rahmat dan kesejahteraan atas penghulu kami Muhammad, Nabi yang Ummi dan ke atas keluarga dan sahabatnya.


Doa Awal Tahun
Bacalah doa ini tiga kali saat kita memasuki tanggal 1 Muharam. Bisa dilakukan selepas maghrib atau pun sesudahnya. Dengan doa ini kita sebagai Mu'min memohon kepada Allah Swt. agar dalam memasuki tahun baru ini kita dapat meningkatkan amal kebajikan dan ketaqwaan.

 Bismillaahir-rahmaanir-rahiim
Wa shallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa 'aalihi wa shahbihii wa sallam.
Allaahumma antal-abadiyyul-qadiimul-awwal
u, wa 'alaa fadhlikal-'azhimi wujuudikal-mu'awwali, wa haadza 'aamun jadidun qad aqbala ilaina nas'alukal 'ishmata fiihi minasy-syaithaani wa auliyaa'ihi wa junuudihi wal'auna 'alaa haadzihin-nafsil-ammaarati bis-suu'i wal-isytighaala bimaa yuqarribuni
ilaika zulfa yaa dzal-jalaali wal-ikram yaa arhamar-raahimin, wa sallallaahu 'alaa sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alaa 'aalihi wa shahbihii wa sallam

Artinya:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.

Ya Allah Engkaulah Yang Abadi, Dahulu, lagi Awal. Dan hanya kepada anugerah-Mu yang Agung dan Kedermawanan-Mu tempat bergantung.

Dan ini tahun baru benar-benar telah datang. Kami memohon kepada-Mu perlindungan dalam tahun ini dari (godaan) setan, kekasih-kekasihnya dan bala tentaranya.

Dan kami memohon pertolongan untuk mengalahkan hawa nafsu amarah yang mengajak pada kejahatan, agar kami sibuk melakukan amal yang dapat mendekatkan diri kami kepada-Mu wahai Dzat yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan.

 Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, Nabi yang ummi dan ke atas para keluarga dan sahabatnya. Jazzakallah khoiron katsiron demikianlah dan semoga bermanfaat bagi kita Aamiin wassam
 

Indahnya Menjaga Lisan,

Assalamu Allaikum Wr. Wb.

Saudaraku...
Berkatalah yang Baik atau DIAM

“Dari Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Rasululloh bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata baik atau diam…” (HR Mutafaqun ‘alih).

Lidah tak bertulang, namun ketajamanannya dapat menembus hingga lubuk hati yang paling dalam. Luka yang diakibatkannya pun seringkali sulit untuk bisa dilupakan dalam waktu yang singkat.

Lidah atau lisan, adalah salah satu nikmat yang diberikan kepada kita oleh Allah swt. Selain sebagai salah satu indera perasa (indera pengecap). Lidah atau lisan juga sebagai salah satu bagian dari ‘alat’ komunikasi kita.

Dibandingkan dengan alat komunikasi yang lain seperti telinga kita cenderung lebih sering menggunakan lidah.

Artinya dibandingkan mendengar kita lebih menyukai berbicara. Dari hadis di atas, Rasululloh mensinyalir bahwasanya lisan dapat membawa ‘kerusakan’ yang besar kalau kita tidak dapat menjaganya.

Untuk itu Rasululloh mendahulukannya dengan kata-kata, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir…”. Dengan kata lain menjaga lisan itu adalah hal yang harus benar-benar kita perhatikan.

Sehingga dimasukan dalam salah satu ciri atau tanda berimannya seseorang. Dalam realitanya pun kita dapat melihat seberapa besar bahaya yang diakibatkan oleh ‘kejahatan lisan’.

Persaudaraaan, kekerabatan, pertemanan, perceraian, bahkan pertumpahan darah pun bisa terjadi karena bahaya yang dihasilkan oleh lisan. Bahaya tersebut antara lain adalah berupa hasud, fitnah, celaan, dan yang lainnya.

Terlebih bagi kaum wanita yang sangat rentan sekali dengan kebohongan berita atau ‘gosip’. Sudah menjadi rahasia umum ‘ngegosip’ adalah ‘hobi’ para wanita, baik itu ibu-ibu maupun yang masih lajang.

Seringkali kita tidak pernah sadar akan kemadhorotan yang besar dan merugikan bagi orang lain juga diri kita sebagai akibat dari tidak bisanya kita menjaga lisan.

Dalam kitab-Nya yang suci Al-Qur’anul Karim Allah swt berfirman, “Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) di sisi Allah…” (QS Al-Baqoroh [2]:217).

Ini memperkuat betapa pentingnya memperhatikan lisan kita agar tidak melukai perasaan orang lain, terlebih sampai menimbulkan kemadhorotan yang lebih besar. Kita juga tak asing dengan sebuah pepatah bijak yang mengatakan,
“Diam itu emas’. Dan itu memang sejalan dengan apa yang diajarkan oleh Islam.

Pada zaman sekarang menjaga lisan sudah sering tidak kita perhatikan lagi. Bahkan parahnya hal tersebut dijadikan sebagai barang komoditi. Seperti infotainment yang menyajikan acara ‘ghibah’ atau gosip. Membicarakan hal pribadi atau kejelakan orang lain, terlepas dari siapa dan apa yang dibicarakannya.

Dengan tidak melihat kemadhorotannya yang lebih besar sebagai akibat dari tidak menjaga lisan mereka. Di sisi lain, lagi-lagi Islam menuniukkan kesempurnaannya sebagai agama yang diridhoi di sisi-Nya. Sampai hal yang kecil dan sering dianggap remeh ternyata Islam sangat begitu memperhatikannya.

Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti berkata dalam kitabnya Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala hal. 45, “Orang yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara. Hal itu karena betapa banyak orang yang menyesal karena bicara, dan sedikit yang menyesal karena diam.

Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak mau jalan”.

Beliau berkata pula di hal. 47, “Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara.

Seringkali orang menyesal di kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah membawa penyesalan. Dan menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah dari pada menarik perkataan yang telah terlanjur diucapkan.

Hal itu karena biasanya apabila seseorang tengah berbicara maka perkataan-perkataannya akan menguasai dirinya. Sebaliknya, bila tidak sedang berbicara maka dia akan mampu mengontrol perkataan-perkataannya.

Beliau menambahkan di hal. 49, “Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak berbicara, maka dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya.

Apabila perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya, maka dia akan bebicara, tetapi apabila tidak bermanfaat, maka dia akan diam. Adapun orang yang bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap agamanya”.

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak meninpakan sesuatu musibah kepada sesuatu kaum tampa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu ( QS al- Hujuraat ayat 6)
Maha Benar Allah dengan segala Firman-NYA..

Lidah merupakan salah satu nikmat besar Allah subhanahu wa ta'ala dan Maha Karya-Nya yg menakjubkan. Lidah adalah bagian anggota tubuh manusia yang sulit dikendalikan, karena tak butuh tenaga dan biaya untuk menggunakannya.

Kekufuran & keimanan, misalnya, hanya dapat tampak dengan kesaksian lidah.

Dan memang bukan hal mudah tuk mengetahui kapan harus menggunakan lidah, & pengamalannyapun tak kalah sulitnya. Kebanyakan manusia meremehkan keharusan mewaspadai bahaya lidah (termasuk saya), karna itu, lidah adalah sarana paling utama bagi setan dalam menyesatkan manusia.

Diantara Beberapa Bahaya Lidah :

1. Alkalaamu fimaa laa ya'nihi.
2. Fudhulul Kalaam.
3. Al khoudh fil baathil.
4. Al Miraa wal jadaal.
5. Al Khushumah a Istifa-ulhaq.
6. Al Mizaah.
7. Bidza'atul lisan wal qoulul faahisy was-sab.
8. Al La'nu.
9. Al Ghina wasy-syi'r.
10. Attaqo'ur fil kalaam.
11. Insyaa'ussirri.
12. Alkadzabu.
13. Al Ghiibah.
14. Al-madzhu.
15. Assukhriyah wal istihza.
16. An-namiimah.
17. Al khotho' fi daqo-iqul kalaam.

Wallahu 'alam Bisshawab.

Demikianlah Yang dapat aku haturkan dengan harapan semoga ada manfaatnya bagi kita semua dan taklupa akupun mohon maaf jika seandainya ada salah kata sekian Dan wassalam

Seolah-olah Melihat Allah


Bismillahir Rahmanir Rahim.
Assalamu Allaikum Wr. Wb.

Saudaraku...
Kata melihat disebut dg berbagai versi dlm bhs Arab & Al Qura'an. Melihat berarti dng mata kita. Sdgkan mata qt ada tigo. Mata kepala, mata analisa fikiran, mata hati.

... Dlm konteks hub dng ''melihat Allah'' dan ''seakan2 melihat Allah'' maka ada sejmlh ayat,misalnya saat nabi Musa as,berhasrat melihat Allah.'' Musa as berkata: Ya Tuhan,tampakanlah diri-Mu pdku, aku ingin memandangMu.'' Allah menjwb,''kamu tdk bs melihatKu...''(al a'raf:143)

Ayat lain menyebutkan:
''sesungguhnya Akulah Tuhanmu,maka lepaskanlah sandalmu,sesungguhnya kamu berada di lembah yg suci.'' (thoha:12)

Dan dia berkata,''sesungguhnya aku akan menyaksikan Allah dan saksikanlah bahwa sesungguhnya Aku bebas dr kemusyrikan kamu padaku,melalui Dia...''

Ayat lain menyebutkan,''kemanapun engkau menghadap, disanalah wajah Allah...''(Al-An'aam:79)

Nabi Musa as,gagal ketika hasratnya menggebu ingin melihat Allah,lalu Allah menjwb,''kamu tdk bisa melihatku...'' Dgn kata lain ''Kamu-mu'' atau ''Aku-mu'' tdk bs melihatKu.
Krn itu Abu bakar ash-shiddiq ra berkata,''Aku melihat Tuhanku dg Mata Tuhanku..'' yg berarti bahwa hanya dg Mata Ilahi saja qt bs melihatNya.

Dimaksud dg ''Mata Ilahi'' adlh mata hati qt yg diberi hidayah & inayah oleh Allah swt untuk terbuka & senantiasa disana hanya Wajah Allah yg tampak.

Oleh krn itu soal ''menyaksikan Allah'' hubunganya erat dg tersingkapnya tirai hijab,yg menghalangi diri hamba dg Allah,walaupun Allah sesungguhnya tdk bs dihijabi oleh apapun.krn jk ada hijab yg bs menutupiNya,berarti hijab itu lbh hebat & lbh besar dibanding Allah.

Maka,dlm mengilustrasikan musyahadah ini nabi saw menggunakan kata''seakan-akan'',krn mata kpl qt & mata nafsu qt,keakuan qt pasti takan mampu. Tetapi ktika nabi saw bersabda,''jika kamu tdk melihatNya,kamu hrs yakin bahwa Dia melihatmu...'' nabi saw tdk menyabdakan,'' seakan-akan melihatmu..''

Hal ini menunjukan bahwa sebuah kedekatan/taqorrub sampai-sampai seakan-akan melihatNya,adlh akibat dr kesadaran kuat bahwa''Dialah yg melihat qt.

Kesadran jiwa bahwa Allah swt melihat qt terus menerus,menimbulkan pantulan pd diri qt,yg membukakan mata hati & sirr qt untuk memandangNya...

Demikianlah sedikit tentang pemahaman bagaina agar kita dapat meyakini akan adanya Allah dan semoga saja sajian ini dapat bermanfaat bilahitaufiq walhidayyah Wassalamu allaikum Wr.Wb.

*MARI KITA BERJUANG.*

Assalamu Allaikum Wr. Wb.

Saudaraku...
Berjuanglah dengan kesabaran yg tiada terbatas
Maka jika kamu ingin mencintai Allah
Cintailah pula aturan aturan NYA
Sungguh, dalam perjuangan yg dibutuhkan adalah kejujuran bukan pengingkaran
 
... Bagaimana mungkin kita mencintai Allah jika kita tiada memakmurkan jiwa raga kita dengan menjalankan yg di perintahkan

Bagaimana mungkin kita mencintai Allah sementara kita tiada menyenangi penderitaan yg diturunkan Allah sebagai ujian

Tidak Saudaraku...
Sungguh hanyalah kedustaan jikalau cinta itu tanpa adanya pembuktian
hanyalah dusta jikalau cinta itu hanya sebatas rasa senang terhadap pemberian
sementara hati kita menolak sisi lain dari kesenangan.....


Saudaraku, yg insya ALLAH dimulyakan NYA,
Sungguh perjalanan ini sangatlah sulit lagi terjal
Kebulatan tekadmu lah yg menentukan
Pertahankanlah cinta itu secara utuh
istiqomah dalam ketqwaan

Dengan cara memperindahnya dengan suka cita
Walaupun pedih dan perih senantiasa menjadi sahabat sejati
Yakinlah bahwasanya janji janji Allah adalah benar
Sauadaraku...

Hadirkanlah pertolongan Allah itu adalah dekat
Paksakan hati untuk senantiasa pasrah
Dan menantilah dgn segenap kerinduannya.

 Bahwasanya
SETELAH KESULITAN AKAN DATANG KEMUDAHAN
Berjalanlah berlahan......Mendekat dan senantiasa mendekatlah
Bermunajatlah
Bemunajatlah
Bermunajatlah dengan segala butuhmu...
 
Dan serahkanlah segala munajat kepada kebaikan Allah semata
Karena ALLAH Maha Baik dalam pengabulan doa
Jangan pernah bertanya kapan dan di mana doa kita terkabul
Karena Allah lebih mengetahui doa kita yg mana yg baik untuk dikabulkan
Maka pasrahkanlah seluruh jiwa raga kepada-Nya
DAN ISTIQOMAH DALAM PENGHAMBAAN

Saudaraku...
Takkan mampu bercerita tentang dashyatnya rasa tenggelam ditengah lautan jika tiada ia mengalaminya.

Maka manfaatkanlah segala apa yg telah kita ketahui dengan mengamalkan sebaik mungkin,sebelum apa yg kita telah ketahui menjadi usang dan sirna ditelan waktu,
Sabda Rasulullah ; Barang siapa mengamalkan ilmu yg telah diketahui niscaya Allah akan mewariskan ilmu2 yg belum diketahui.......

Yaa Allah.....Tambahkanlah kedewasaan akal serta kefahaman kepada kami, dan berikanlah kami kebulatan tekad hingga kami dapat merealisasikan ilmu2 yg telah Engkau berikan dalam kehidupan kami.....

Yaa Robbi....Jangan biarkan kami terjerumus dalam kesesatan setelah Engkau karuniakan nikmat pengetahuan kepada kami, maka cukupkanlah kami dengan segala kebutuhan kami yg telah Engkau cukupkan kepada kami

Ya a Hasbunallah wa ni'mal Wakil ni'mal maula wa ni'man Nashiir,Laa Haula Walaa Quwwata Illa Billahil 'Aliyyil 'Adziim.......Allahumma sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aliihi wassalim,amiin...amiin YAA ROBBAL 'ALAMIIN...Wassalam.

Selasa, 22 November 2011

Bersegeralah Wahai Saudara/ri-ku

Bismillahir Rahmanir Rahim.

Assalamu allaikum wr wb.

Saudara-saudari-ku
Bersegeralah lakukan langkah untuk MEMPERBAIKI HUBUNGAN DENGAN ALLAH.

LANGKAH 1 : MOHON AMPUN ATAS KESALAHAN & KEBURUKAN, dasar ayat QS.66:8: Hai orang2 yang beriman Bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya. Mudah2an Allah akan menutup kesalahan2 kamu.

Untuk tahap awal dan sekaligus riyadhah (membiasakan), ucapkanlah KALIMAT ISTIGHFAR (ASTAGHFIRULLAH) minimal 70-100 sehari semalam dasar al hadits : Barangsiapa yang biasa beristighfar Allah akan carikan jalan Keluar Bagi Kesulitannya, kelapangan bagi kesempitannya & memberi rizki dari arah yang tidak terduga INGET JODOH JUGA RIZKI loh. QS 71:10-12 :

Maka Aku katakan kepada mereka Mohon Ampunlah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak2mu dan mengadakan untukmu kebun2 dan mengadakan pula didalamnya untukmu sungai2.

LANGKAH ke 2 .

TINGKATKAN IBADAH, PERBAIKI IBADAH.
Sekali lagi yakinkan diri akan kuasa Allah. Insya Allah ada saja jalan bagi kita termasuk JALAN HADIRNYA PASANGAN HIDUP KITA -dasar ayat QS 65:3-4:
Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap2 sesuatu.

Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. Cobalah melakukan hal2 berikut ini :

PERBAIKI/LAZIMKAN WUDHU, BIASAKAN SHOLAT AWAL WAKTU DAN SHOLAT BERJAMAAH, BERDOA/BERDZIKIR SELEPAS SHOLAT, PELIHARA SHOLAT SUNAH SEBELUM & SESUDAH SHOLAT FARDHU KECUALI SETELAH SHOLAT SHUBUH DAN ASHAR, BIASAKAN SHOLAT MALAM :

TAHAJUD,HAJAT,ISTIKHOROH, TAUBAT, TASBIH, WITIR. Lakukanlah semampu anda, dasar ayat QS 22:77 : Hai orang2 yang beriman, ruku dan sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuat kebaikan supaya kamu mendapatkan keberuntungan dunia dan akhirat.
LANGKAH ke 3

PASRAHKAN KEPADA ALLAH minta hanya kepada Allah-dasar ayat QS 65:3
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.

Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya.

LANGKAH ke 4. LURUSKAN NIAT. Percayalah dengan niat, sucikan hati bahwa anda menikah karena ingin mengikuti sunah rasul dan mengharap ridho Allah (al hadits) Pernikahan itu menyempurnakan separuh dari agama.

LANGKAH ke 5.

HILANGKAN EGO Target/pilah pilih boleh2 aja sih, tapi yang wajar sajalah serahkan pilihan yang terbaik hanya pada Allah melalui shalat istikhoroh dan musyawarah dengan keluarga, dasar ayat QS 2:221 :

Dan janganlah kamu menikahkan orang2 musyrik, sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu, mereka mengajak keneraka,

sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya dan menerangkan ayat2-Nya (perintah2-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran

LANGKAH ke 6

PERBANYAK SILATURAHIM , terutama kepada orang2 yang pernah anda sakiti & minta ridho orang tua. Barangsiapa yang ingin diluaskan rejekinya temasuk jodoh, sambunglah tali silaturahim dasar al hadits untuk Ridho orangtua Raihlah cinta orangtua supaya Allah menghadirkan cinta buat anda.

LANGKAH ke 7 :

MENUTUP AURAT , supaya anda tidak sesat (menjauh dari jodoh anda) dasar ayat QS 20:121 :Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat2nya dan mulailah keduanya menutupnya dengan daun2 (yang ada di)surga dan durhakalah adam kepada Tuhan dan Sesatlah ia.

RAHASIA JODOH TERBAIK :
Jodoh itu tergantung pada diri kita sendiri, bila kita berperilaku baik, maka jodoh kitapun baik, jika perilaku kita buruk, maka jangan dipersalahkan jika jodoh kitapun berperilaku buruk.

Wanita yang keji adalah untuk pria yang keji dan pria yang keji adalah buat wanita yang keji pula dan wanita yang baik adalah untuk pria yang baik dan sebaliknya. Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).

LANGKAH ISTIMEWA :
MENOLONG YANG SEDANG KESUSAHAN misal bantulah saudara/kawan yang mau menikah tapi kekurangan/kesulitan dasar Al Hadits : wawloohu fii awnii abdi ma kanal abdu fii awni akhiihi, Allah selalu berkenan membantu hamba-Nya selama hambaNya berkenan membantu saudaranya.

SYARAT LANGKAH ISTIMEWA :
LAKUKAN DENGAN IKHLAS DAN JANGAN HAPUS DENGAN DOSA2 ,
Hai orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebut dan menyakiti perasaan si penerima .

Doa bagi laki2 yang berharap jodoh :

ROBBI HABLII MIILANDUNKA ZAUJATAN THOYYIBAH AKHTUBUHA WA ATAZAWWAJ BIHA WATAKUNA SHOIHIBATAN LII FIDDIINI WADDUNYAA WAL AAKHIROH,

artinya : Ya Robb berikanlah kepadaku istri yang terbaik dari sisi-Mu, istri yang aku lamar dan nikahi dan istri yang menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia dan akhirat.

Doa bagi wanita yang berharap jodoh :

ROBBI HABLII MIN LADUNKA ZAUJAN THOYYIBAN WAYAKUUNA SHOHIBAN LII FIDDIINI WADDUNYAA WAL AAKHIROH,

artinya : Ya Robb berikanlah kepadaku suami yang terbaik dari sisi-Mu, suami yang juga menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia & akhirat.

Doa tambahan :
HASBUNAWLOOH WANI-MAL WAKIIL NI’MAL MAWLA WANI’MAN NASHIIR, dasar ayat QS 9:129 :

Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah : Cukuplah Allah bagiku tidak ada Tuhan selain DIA.
Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki Arsy yang agung

Doa untuk dapat jodoh dari hadits :

ALLAAHUMMAFTAHLII HIKMATAKA WANSYUR ALAYYA MIN KHOZAA INI ROHMATIKA YAA ARHAMAR-ROOHIMIN, artinya :

Ya Allah bukakanlah bagiku hikmah-Mu dan limpahkanlah padaku keberkahanMu, wahai Pengasih dan Penyayaang

LANGKAH ISTIMEWA, puasa sunnah, puasa hari senin dan hari kamis .

Dari Abu Hurairah r.a dari Rasulullah SAW , bersabda : “ Pada hari Senin dan Kamis amal perbuatan ( manusia ) disampaikan kepada Allah, maka aku senang bila perbuatanku disampaikan dalam keadaan aku berpuasa “ ( H.R Tirmidzi )

Dari Aisyah r.a berkata : “ Rasulullah SAW senantiasa bersungguh-sungguh untuk berpuasa pada hari Senin dan Kamis “ ( H.R Tirmidzi )

Ini isyaratnya bagi umatnya betapa penting dan banyak manfaatnya bagi yang mengamalkan puasa sunnah setiap hari senin dan kamis .

Orang yang membiasakan puasa doanya cepat terkabul.

DOA TAMBAHAN2 : ROBBANAA HABLANAA MIN AZWAJINAA WADZURRIYAATINAA QURROTA A’YUN WAJ ALNAA LIL MUTTAQIINA IMAAMAA QS ; 25:74 :

Dan orang2 yang berkata :
Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri2 kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami imam bagi orang2 yang bertakwa . QS 65:3

Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.

Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya

QS 65:3-4 : Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap2 sesuatu. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.

Demikianlah yang dapat aku haturkan semoga bermanfaat

Bok; * TIJAN=Titian-Jannah.*

Minggu, 20 November 2011

Rahasia Do'a Pernikahan

 Bismillahir Rahmanir Rahim.

Assallamu allaikum wr. wb

Rahasia Do'a Pernikahan
Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara hukum agama, hukum negara, dan hukum adat

Karena begitu sakralnya upacara ini, maka ketika kita menghadiri suatu upacara pernikahan, entah itu pernikahan sahabat, rekan, handai tolan, sudah lazimnya kita memberikan ucapan atau do'a kepada mereka.

Dan mungkin di antara kita ada yang masih mengucapkan do'a "Selamat berbagia, semoga murah rizki dan banyak anak." Atau mungkin ucapan-ucapan selamat lainnya.  

Tahukah kawan, hukum dari pengucapan ini adalah “makruh”. Hal ini diceritakan dalam sebuah hadist sebagai berikut : Dari Al-Hasan, pada waktu pernikahan ‘Aqil bin Abi Thalib nikah dengan seorang wanita dari Jasyam, para tamu mengucapkan selamat dengan ucapan jahiliyah yaitu, "Birafa’ Wal Banin" (semoga mempelai murah rezeki dan banyak anak).

Kemudian Aqil bin Abi Thalib melarang mereka seraya berkata : “Janganlah kalian ucapkan demikian . Karena Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam melarang ucapan demikian”. Para tamu bertanya :”Lalu apa yang harus kami ucapkan?”. Aqil menjelaskan :  

“Ucapkanlah : Barakallahu lakum wa Baraka ‘Alaiykum”. Demikianlah ucapan yang diperintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”. [Hadits Shahih Riwayat Ibnu Abi Syaibah, Darimi 2:134, Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad 3:451, dan lain-lain].  

Atau lebih lengkapnya seperti ini :  
باَرَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِيْ خَيْرٍ  

“Semoga Allah memberi berkah padamu, semoga Allah memberi berkah atasmu, dan semoga Ia mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan” (HR. Abu Dawud (1819), Tirmidzi (1011), dan yang lainnya, dishohihkan oleh Albani)  

Dalam hadits tersebut terdapat 2 preposisi yaitu للام dan على . Preposisi اللام /laam/ secara harfiyah artinya memang bisa diterjemahkan ‘pada’. Adapun على /’alaa/ dapat diterjemahkan ‘di atas’. Akan tetapi, jika kedua preposisi tersebut terdapat dalam satu kalimat secara bersamaan, makna preposisi tersebut tidak bisa lagi diterjemahkan secara harfiyah 'pada’ atau ‘di atas’ lagi.

Dari perbedaan ini, maka muncul berbagai versi terjemahan, antara lain :
• Terjemahan Pertama
“Semoga Allah memberikan berkah (yang bermanfaat) untukmu, semoga Dia (juga) memberikan berkah (yang turun) atasmu, dan semoga Dia mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan”.

Menurut As-Sindi dalam kitab syarahnya untuk Sunan Ibnu Majah, ia mengatakan :  

الْبَرَكَة لِكَوْنِهَا نَافِعَة تَتَعَدَّى بِاللَّامِ وَلِكَوْنِهَا نَازِلَة مِنْ السَّمَاء تَتَعَدَّى بِعَلَى فَجَاءَتْ فِي الْحَدِيث بِالْوَجْهَيْنِ لِلتَّأْكِيدِ وَالتَّفَنُّن وَالدُّعَاء مَحَلّ لِلتَّأْكِيدِ وَاَللَّه تَعَالَى اِعْلَمْ

“Berkah itu, karena bermanfaat (untuk hamba) maka dipakailah preposisi “Laam”, dan karena berkah (juga) turunnya dari langit, maka dipakailah preposisi “Alaa”.  

Oleh karenanya dalam hadits ini dipakai dua-duanya untuk lebih memperkuat makna, dan lebih memvariasikan kata. (Yang demikian itu), karena doa itu momen (yang tepat) untuk memperkuat (makna), wallahu a’lam”. (lihat di syarah As-Sindi untuk Sunan Ibnu Majah, hadits no: 1895, lihat juga di Mirqotul Mafatih 8/377)

* Rahasia Do’a pertikahan Terjemahan Kedua.*
 “Semoga Allah memberkahimu (dalam urusan duniamu), semoga Dia (juga) memberkahimu (dalam urusan akhiratmu), dan semoga Dia mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan”.
 Terjemahan ini didasarkan pada adanya beberapa nash yang menghubungkan manfaat duniawi dengan preposisi “Laam”, di sisi lain ada beberapa nash yang menghubungkan urusan akhirat dengan preposisi “Alaa”.  

Adapun nash-nash tersebut antara lain :
Sabda Nabi -shollallahu alaihi wasallam-:  

الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا  

Dua pelaku teransaksi itu masih dalam khiyar selama belum pisah, lalu jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya diberkahi dalam transaksinya. (HR. Bukhori:1937 dan Muslim: 2825).

* Rahasia Do’a pertikahan. Terjemahan Ketiga.*

“Semoga Allah memberkahimu (di saat rumah tanggamu harmonis), semoga Dia (tetap) memberkahimu (di saat rumah tanggamu lagi renggang), dan semoga Dia mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan”
 Preposisi “Laam” dan “Alaa” disandingkan dalam doa ini, berarti keduanya memiliki arti yang berbeda, dan sesuai kaidah bahasa arab, biasanya preposisi “Laam” itu dipakai untuk menunjukkan makna yang baik, sedangkan preposisi “Alaa” digunakan untuk menunjukkan makna yang buruk.  

Dan keadaan baik ketika berkeluarga adalah ketika terwujud suasana yang harmonis antara keduanya, sedang keadaan yang buruk dalam berkeluarga adalah ketika hubungan keduanya sedang renggang dan banyak masalah.

* Rahasia Do’a pertikahan. Terjemahan Keempat*
 “Semoga Allah memberkahi (istrimu) untukmu,
semoga Allah menurunkan berkah atasmu (dalam menafkahi dan memudahkan rizkinya), dan semoga Allah mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan”.  

Makna “Alaa” itu identik untuk menerangkan sesuatu yang datang dari atas, maka ditentukanlah makna rizki dan nafkah dalam doa itu.  

Allah berfirman: “Dan di langit itu, terdapat rizki dan apa yang dijanjikan untuk kalian” (Surat Adz-Dzariyat: 22).  

Dan karena preposisi “Alaa” dipakai untuk menerangkan datangnya sesuatu dari atas yang berupa rizki dan nafkah, berarti preposisi “Laa” bermakna sebaliknya, yakni untuk menerangkan sesuatu yang dari sesama manusia, dan karena momen doa ini adalah ketika baru mendapat nikmat istri yang halal, maka ditentukanlah kata istri dalam memaknainya. (kitab Faidhul Qodir, karya Al-Munawi 1/406).

* Rahasia Do’a pertikahan. Terjemahan Kelima*
 “Semoga Allah memberkahi dirimu (dalam pernikahan ini), semoga Allah juga memberikan berkah atas (anak dan keturunan)-mu, dan semoga Allah mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan”.
 Karena keberkahan dari pernikahan itu bergantung dari masing-masing mempelai, maka dipakailah preposisi “Laam” yang menunjukkan makna kepemilikan.  

Sedang alasan ditentukannya preposisi “Alaa” untuk makna “anak dan keturunan” adalah, karena tujuan utama pernikahan itu “berputar” pada anak dan keturunan. (Kitab Mirqotul Mafatih 8/377 dan Faidhul Qodir 1/176)

Penjelasan Rahasia Do’a pertikahan penutup. (akhir).

Begitu pula sabda beliau berikut ini:

*Rahasia Do’a pertikahan.Terjemahan Keenam.*

“Semoga Allah memberikan berkah pada (hak)-mu (dari pernikahan ini), semoga Allah juga memberikan berkah atas (kewajiban)-mu (karena pernikahan ini), dan semoga Allah mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan”.  

Karena biasanya dalam bahasa arab, preposisi “laam” itu digunakan untuk menyebutkan sesuatu yang menjadi hak dan kepunyaannya, sedang preposisi “alaa” digunakan untuk menyebutkan sesuatu yang menjadi kewajiban seseorang.  

Dari berbagai versi terjemahan tersebut, maka makna do'a tersebut bisa dijabarkan sebagai berikut :  

“Semoga Allah memberikan berkah (yang bermanfaat) untukmu”, baik berkah itu dalam urusan dunia maupun akhirat, baik berkah itu disaat rumah tanggamu sedang harmonis atau tidak, baik berkah itu pada rizki dan nafkah yang kau berikan kepada istri atau pada yang lainnya, baik berkah itu dari istrimu atau dari yang lain, baik berkah itu dalam hakmu atau kewajibanmu.  

“Semoga Dia (juga) memberikan berkah (yang turun) atasmu”, baik berkah itu dalam urusan dunia maupun akhirat, baik berkah itu disaat rumah tanggamu sedang harmonis atau tidak, baik berkah itu pada rizki dan nafkah yang kau berikan kepada istri atau pada yang lainnya, dan baik berkah itu dari istrimu atau dari keturunanmu, atau dari yang lain, baik berkah itu dalam hakmu atau kewajibanmu.  

“Dan semoga Dia mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan”  
Cakupan do'a ini begitu luas dari sekedar "semoga berbagia, murah rizki dan banyak anak" yang biasa kita ucapkan pada suatu pernikahan. Inilah diantara mukjizat kenabian Beliau yang biasa disebut dengan mukjizat “Jawami’ul Kalim” (Kata yang singkat, tapi maknanya padat).  

Dan dari do'a di atas, kalau kita cermati, semua kuncinya terletak pada kata "keberkahan".  

Sebagaimana kita ketahui bahwa keberkahan sendiri berasal dari kata “Berkah” atau “al-barakah” yang secara bahasa bisa diartikan “berkembang, bertambah dan kebahagiaan.” (Al-Misbah al-Munir oleh al-Faiyyumy 1/45, al-Qamus al-Muhith oleh al-Fairuz Abadi 2/1236, dan Lisanul Arab oleh Ibnu Manzhur 10/395).  

Sementara Imam an-Nawawi mengatakan “asal makna keberkahan ialah kebaikan yang banyak dan abadi.” (Syarah Shahih Muslim oleh an-Nawawi, 1/225).  

Dengan do'a yang penuh keberkahan ini, diharapkan kebahagiaan, keharmonisan, limpahan rizki serta faktor penunjang keharmonisan suatu keluarga itu sendiri akan terus bertambah dan abadi. InsyaAllah . . . Aamiin.

* dari berbagai sumber  
Demikianlah yang dapat aku haturkan semoga saja ada manfaatnya bagi kita semua Aamiin...Wassalam.

Bok; * TIJAN = Titian - Jannah.*

Kamis, 17 November 2011

*AKHLAK DALAM BERTANYA *

Bismillahir Rahmanir Rahim.


Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh….


Ketika seseorang memahami masalah-masalah agamanya, berarti dia menghendaki kebaikan atas dirinya dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberinya pemahaman tentang agamanya.


Maka, carilah ilmu, karena ilmu adalah cahaya dan petunjuk, sedangkan kebodohan adalah kegelapan, dan kesesatan.


Marilah kita menuntut ilmu, karena ulama yang merupakan pewaris para Nabi, sedang para Nabi tidak mewariskan harta atau uang atau emas. Mereka hanya mewariskan ilmu, sehingga siapapun yang mau mengambilnya berarti ia telah memperoleh bagian yang sempurna dari warisan para Nabi.


Marilah kita menekuni ilmu, karena ilmu syari’at adalah derajat di dunia dan akherat yang merupakan pahala yang terus menerus berlanjut bagi pemiliknya.


Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bila seorang hamba telah meninggal, maka putuslah segala amalnya, kecuali tiga yaitu, shadaqoh jariyah atau ilmu yang bermanfaat (sepeninggalnya), atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya”. (HR Muslim).


Belajarlah ilmu untuk ilmu, agar memperoleh berkah dan memetik buahnya, dan belajarlah ilmu untuk amal agar supaya kita beramal yang disertai dengan ilmu.


Bukan untuk berdebat dan bukan pula untuk berbantah-bantahan, karena orang yang menuntut ilmu untuk berdebat dengan orang-orang yang bodoh atau agar dia bisa berjalan sejajar dengan ulama, sesungguhnya dia telah menyerahkan dirinya untuk menerima sika Allah dan memberhentikan dirinya pada tujuan yang hina.


Janganlah menuntut ilmu karena harta. Ilmu lebih mulia daripada keberadaannya menjadi sarana untuk meraih harta. Harta lebih pantas digunakan sebagai sarana untuk mencapai ilmu, karena harta akan semakin berkurang bahkan bisa punah, sedangkan ilmu tetap bercahaya dan semakin bertambah jika mendapat pengamalan sebagai mestinya. 

Ketidakpedulian terhadap menuntut atau belajar ilmu agama merupakan ketersia-siaan dan kezaliman pada diri sendiri serta akan menyesal di kemudian hari. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, 

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang sholeh dan berkata : Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (Fushshilat ayat 33). 

Islam adalah agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Hal ini bisa dijelaskan dengan perintah membaca “iqra” menjadi wahyu pertama yang diterima oleh Rosululullah. 

Kemudian ilmu yang pertama kali diajarkan kepada manusia yakni Nabi Adam adalah ilmu tentang bahasa, berupa pengenalan nama-nama benda (Tolong lihat. Al Baqarah ayat 31-34). 

Jadi membaca kemudian bahasa, dua perpaduan sempurna untuk sebuah ilmu. Dan selanjutnya adalah proses penyimpanannya berupa menuliskannya dengan pena, laksana mengikat hewan buruan dengan tali, demikian Imam Syafi’i menganalogikan. 

Maka ilmu adalah sangat penting untuk dimiliki, dan dengan ilmu, Allah akan mengangkat derajat hambanya seperti yang tertulis surah Al Mujadalah ayat 11. 

Salah satu cara memperoleh ilmu dengan bertanya dan salah satu ciri orang yang berilmu itu adalah kritis. Malu bertanya sesat dij alan. Banyaklah bertanya agar bertambah ilmunya. Islam mengajarkan dalam bertanya agar dapat memperoleh manfaat dari pertanyaan hendaknya : 

• Ikhlash dalam bertanya. Maksudnya bertanya untuk menghilangkan kebodohan dari diri kita sendiri atau diri orang lain, bukan berdebat kusir atau sombong di hadapan para ulama atau riya (supaya dikatakan orang yang bersemangat menuntut ilmu). Rasulullah bersabda : 

"Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk menyombongkan diri di hadapan para ulama atau untuk berdebat dengan orang-orang bodoh atau untuk menarik perhatian manusia maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka" (HR. At-Tirmidzi). 

Ibnul Qayyim berkata, "Jika anda duduk bersama seorang 'alim (ahli ilmu), maka bertanyalah untuk menuntut ilmu bukan untuk melawan"


• Bertanya karena tidak tahu, wajib hukumnya.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Bertanyalah kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (An Nahl ayat 43).


Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Jabir berkata, “Ada sekolompok orang yang dalam perjalanan, tiba-tiba salah seorang dari kami tertimpa batu hingga mengalami luka pada kepalanya.


Di malam harinya dia mimpi basah, lalu dia bertanya kepada temannya,


“Apakah kalian membolehkan aku bertayammum?”. Teman-temannya serombongan tersebut menjawab, “Kami tidak menemukan keringanan bagimu untuk bertayammum. Sebab kamu bisa mendapatkan air”.


Lalu mandilah orang itu dan kemudian mati. Akhirnya berita ini sampai kepada Rasulullah, dan bersabdalah beliau, “Mereka (rombongan tersebut) telah membunuhnya, semoga Allah memerangi mereka.


Mengapa tidak bertanya bila tidak tahu? Sesungguhnya obat kebodohan itu adalah bertanya. Cukuplah baginya untuk tayammum… .”.


• Hindari bertanya bukan untuk membatah atau mendebat, apalagi sehingga mengadu domba.


Dalam bertanya hendaknya supaya dapat mengambil manfaat dari jawaban yang diberikan dari pertanyaan tersebut. Bukan untuk berbantah-bantahan. Rasulullah bersabda : “Dijaminkan sebuah rumah di syurga barangsiapa menghindari perdebatan, meski padanya ada kebenaran”.(HR.Abu Dawud). 

Bagaimana bila kita ingin meluruskan pemahaman orang yang kita tanya, tanpa bermaksud membantahnya atau mendebatnya?. 

Dalam hal ini contohlah Hasan ibnu Ali dan Husain Ibn Ali (cucu Rosulullah) yang berlomba berwudhu. Cara ini mereka gunakan untuk memberitahukan tata laksana berwudhu yang shahih kepada seorang kakek. 

Jadi tidak perlu bertanya dan mendebat karena debat hanya akan menimbulkan luka hati dan syahwat untuk memenangi serta dengki ketika argumentasi terbantahi. 

Seorang penanya bukanlah seorang pendebat, maka tidak diperkenankan mengadu domba di antara ahli ilmu seperti mengatakan, “Tapi ustadz, si fulan (dengan menyebut namanya) mengatakan demikian, dan yang demikian termasuk kurang beradab”. 

Yang sebaiknya mengatakan, “Apa pendapatmu tentang ucapan ini?” (tanpa menyebut nama orang yang mengucapkan). 

• Haram hukumnya bertanya, yang kemudian berakibat haramnya sesuatu yang sebelumnya tidak diharamkan sebelum kita menanyakannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu al-Qur’an sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. 

Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun”. ( Al-Maidah ayat 101). Rosulullah bersabda, “Orang yang paling besar dosanya adalah orang yang menanyakan sesuatu yang sebelumnya tidak diharamkan. 

Kemudian, hal itu diharamkan karena adanya pertanyaan tersebut” (Mutafaqun alaihi). Islam adalah rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam), maka syariatnya adalah didesain untuk memudahkan bukan untuk mempersulit. 

Tradisi memudahkan dan tidak menyulitkan ini telah dilakukan semenjak jaman Rasulullah dan para sahabat. Begitu pula para tabi’in. Rosulullah bersabda, "Biarkanlah (jangan tanyakan) yang aku diamkan bagi kalian (yang tidak dijelaskan hukumnya). 

Sessungguhnya, umat sebelum kalian binasa karena terlalu sering bertanya dan mereka berselisih dengan nabi-nabinya" (Mutafaq alaihi) 

• Dianjurkan memperbagus kalimat pertanyaan dan cara bertanya. Di antara kebaikan dalam bertanya adalah mencari situasi dan kondisi atau konteks yang tepat untuk bertanya. 

Kemudian memperbagus konteks pertanyaannya dengan pilihan diksi yang indah disertai dengan kelembutan ketika bertanya. Ibnul Qayyim berkata, 

“Ilmu itu memiliki enam tingkatan,
yang pertama adalah bagusnya pertanyaan dan sebagian orang ada yang tidak mendapatkan ilmu karena jeleknya pertanyaan,
mungkin karena dia tidak bertanya sama sekali, atau bertanya tentang sesuatu padahal disana ada sesuatu yang lebih penting yang patut ditanyakan seperti bertanya tentang sesuatu yang sebenarnya tidak mengapa kita tidak mengetahuinya dan meninggalkan pertanyaan yang harus kita ketahui, dan ini adalah keadaan kebanyakan dari para penuntut ilmu yang bodoh”. 

Di antara cara memperbagus pertanyaan dengan berlemah lembut dalam bertanya, ingat rambu-rambu bertanya bahwa bertanya bukan untuk mendebat atau membantahnya. 

Diriwayatkan Abdullah bin Ahmad bin Hambal berkata, “Dahulu Ubaidullah (yakni bin Abdullah bin ‘Utbah, seorang tabi’in) berlemah lembut ketika bertanya kepada Ibnu Abbas, maka beliau (Ibnu ‘Abbas) memberinya ilmu yang banyak” 

Selain itu perlu dicermati bahwa "Barangsiapa bersikap meremehkan,akan mudah baginya melakukan tindakan yg meremehkan. Ketahuilah bahwa luka itu tidak dapat menyakiti orang yang telah mati" (Al-Mutanabbi). 

"Tuntutlah ilmu dengan tujuan mengamalkannya. Bertanyalah kepada yang tahu apa yang engkau tidak tahu. Namun jangan bertanya untuk menguji. Hindarilah dari berfatwa sebagaimana engkau menghindar dari singa. Apakah engkau ingin batang lehermu menjadi jembatan yang akan dilalui orang menuju neraka?” (Ja'far Ash-Shadiq). 

Jadi kesimpulannya adalah janganlah engkau bertanya untuk menguji seseorang padahal kamu sudah lebih mengetahui tentang ilmu tersebut, kecuali jika tujuannya adalah untuk saling nasehat-menasehati itulah yang benar dan dianjurkan. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sesuatu kaum menghina kepada kaum yang lain, karena barangkali yang dihinakan itu bahkan lebih baik dari yang menghinakan. 

Jangan pula golongan wanita menghina kepada golongan wanita yang lain, karena barangkali yang dihinakan itu bahkan lebih baik dari yang menghinakan” (Al-Hujurat ayat 11). 

Yang dimaksud “penghinaan” itu adalah menganggap rendah derajat orang lain, meremehkannya atau mengingatkan cela-cela dan kekurangan-kekurangannya dengan cara yang dapat menyebabkan ketawa. 

Cara ini sering dilakukan, dengan cara meniru-nirukan percakapan atau perbuatan orang itu dan ada kalanya dengan jalan berisyarat (bahasa tubuh) dengan apa-apa yang menunjukkan ke arah tersebut. Intinya adalah ditujukan untuk merendahkan kedudukan orang lain dan menertawakannya serta menghinakan dan menganggapnya kecil. 

Dalam ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memperingatkan, “Barangkali yang dihinakan itu bahkan lebih baik dari yang menghinakan”, artinya janganlah kamu menghinakan orang lain karena hendak menganggapnya ia kecil dan rendah.
Masalah kecil atau rendah itu belum dapat ditentukan, mungkin justru orang itu sebenarnya yang lebih baik, lebih mulia, lebih tinggi derajatnya dari padamu sendiri. 

Pelarangan ini tentu terhadap seseorang yang merasa tidak enak atau tersinggung jika dihinakan, sedangkan terhadap seseorang yang sengaja dirinya untuk direndahkan karena telah menjadi watak dan tabiatnya dan bahkan bila diperbuat penghinaan, ia semakin gembira, maka kepadanya tidaklah termasuk sebagai penghinaan. 

Ini termasuk dalam senda gurau yang diperkenankan (lawakan), asalkan tidak melampaui batas dan tidak pula melanggar kehormatannya.


Yang diharamkan dalam “penghinaan dan pengejekan”
adalah apabila dengan cara menganggap kecil seseorang yang menyebabkan orang itu merasa dihinakan, diremehkan atau dianggap sepi dan tidak ada harganya sama sekali.


Misalnya, meneertawakan kata-katanya di waktu ia salah mengucapkan atau tidak sistematis uraiannya atau menertawakan perbuatannya di waktu ia keliru, juga seperti menertawakan hafalannya, ciptaannya, gambar tubuhnya ataupun yang ditertawakan itu adalah bentuk tuhnya karena terdapat cela yang terlihat jelas.


Tertawa dalam segala hal sebagaimana yang diuraikan di atas termasuk hal-hal yang benar-benar dilarang.


Dalam hal cara menangkal pertanyaan yang keras dan kasar, ada sebuah kisah Khalifah Harun ar-Rasyid mengajarkan kepada Al-Ashma'i tentang prinsip-prinsip dan kaidah nahi mungkar terhadap penguasa (pejabat).


Suatu ketika seorang penanya yang tidak mengetahui sedikitpun tentang prinsip-prinsip itu mendatangi Khalifah, dan menasehatinya dengan kata-kata keras dan kasar.


Meskipun Harun Ar-Rasyid menyenangi para ulama dan sering duduk-duduk bersama sambil mendengarkan nasehat mereka, lain halnya dengan seorang yg satu ini. Harun ar-Rasyid berkata kepadanya :


"Cobalah engkau berbicara dengan baik dan obyektif kepadaku". Penanya itu menjawab : "Itu adalah yang paling minimal bagimu". Ar-Rasyid :"Cobalah beritahu kepadaku siapa yang lebih jahat, aku atau Fir'aun?". 

Sang Penanya : "Fir'aun". Ar-Rasyid : "Sipakah yang lebih baik, engkau atau Musa bin Imran?". Sang Penanya : "Musa". Ar-Rasyid : "Apakah engkau tidak tahu, ketika Allah mengutus Musa dan saudaranya Harun kepada Fir’aun? 

Allah berpesan kepada keduanya : 'Maka bicaralah kamu berdua padanya dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut'". 

Sang Penanya, “Ya, aku tahu". Ar-Rasyid, "Itu adalah Fir’aun yang penuh dengan kesombongan dan kezhaliman, sementara engkau datang kepadaku dengan keadaan begitu. 

Aku melaksanakan kewajiban-kewajibanku terhadap Allah, aku hanya menyembah kepada Allah. Aku mentaati hukum-hukum, perintah dan larangan-Nya, sedangkan engkau menasehatiku dengan nada yang keras dan kata-kata yang kasar tanpa tata krama dan akhlak. 

Engkau tidak akan aman dan selamat jika aku menangkapmu. Dan jika engkau telah menawarkan jiwamu, berarti engkau sudah tidak memerlukannya lagi". Sang Penanya, "Aku telah bersalah, wahai Amirul Mukminin, dan aku minta maaf". Ar-Rasyid, "Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampunimu". 

Dari dialog antara Khalifah Harun ar-Rasyid dengan seorang penanya yang beraliran keras menunjukkan bahwa ajaran islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dan dilanjutkan oleh sahabatnya 

khusus untuk menangani hal-hal yang menyimpang, menyatakan kritik-kritik keras terhadap ajaran islam dilakukan secara persuasif dengan membina agar yang bersangkutan memahami, mengerti dan mengakui kebenaran ajaran islam. 

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rosulullah mengumpamakan sahabat yang baik itu seperti membawa minyak wangi (terserah bau harumnya, harum seperti bunga melati, bunga mawar, buah melon dan sebagainya). 

Sahabat yang baik itu adakalanya kamu diberi dan ada kalanya pula kamu memberi. Dan yang pasti kamu akan merasakan bau harum dari minyak wangi yang dibawanya. 

Sedangkan sahabat yang buruk diumpamakan sebagai peniup api. Kalau tidak terbakar pakaianmu, tentulah engkau akan mencium bau busuk darinya". 

Perlu diketahui juga, bahwa dalam bergaul dengan orang bodoh tetapi tidak suka mengumbar hawa nafsunya itu lebih baik daripada bergaul dengan orang alim (berilmu) namun suka mengumbar hawa nafsunya. 

Selanjutnya, kita perlu memperhatikan kata mutiara yang pernah diucapkan oleh Khalifah Ali bin Abi Tholib sebagai pedoman dalam memilih salahabat : 

"Jangan bersahabat, kecuali dengan orang yang takwa, terdidik, terhormat, cerdik, cerdas, cendikiawan, tepat dengan janji-janjinya. Teguhkan keyakinanmu kepada Allah dalam setiap peristiwa, niscaya Allah akan menolongmu di setiap saat dari kejahatan, dengki dan tukang hasut". 

Dalam hal berolok-olok, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Katakanlah : ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rosul-sorul-Nya kamu selalu berolok-olok?. 

Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman” (At-Taubah ayat 65-66).
Ayat ini menunjukkan bahwa mengolok-olok Allah adalah kekufuran, mengolok-olok rosul adalah kekufuran dan mengolok-olok ayat-ayat Allah adalah kekufuran. 

Karena itu, barangsiapa mengolok-olok salah satu dari perkara tersebut berarti ia telah mengolok-olok semuanya. 

Apa yang terjadi pada orang-orang munafik adalah mereka mengolok-olok rosul dan para sahabatnya, lalu turunlah ayat ini. 

Jadi mengolok-olok agama hukumnya adalah murtad dan keluar dari agama secara keseluruhan. 

Mengolok-olok ada dua macam, yaitu secara terus terang dan secara tidak terus terang.
• Secara terus terang. Mengolok-olok secara nyata atau terus terang seperti yang karenanya ayat di atas turun, yaitu ucapam mereka, “Belum pernah kami melihat seperti para ahli baca Al-Qur’an ini, orang yang lebih buncit perutnya, lebih dusta lisannya dan lebih pengecut dalam peperangan atau ucapan-ucapan lain yang bersifat olok-olok. 

Seperti ucapan sebagian dari mereka, “Agama kalian ini adalah agama kelima”. Atau ucapan mereka yang lain, “Agama kalian adalah agama kuno”. Atau ucapan sebagian lain jika melihat orang-orang yang memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran, 

“Telah datang kepada kalian ahli agama”. Semuanya dalam nada mengejek mereka atau ucapan-ucapan lain yang tidak terhitung kecuali dengan susah payah, yang lebih besar dari ucapan yang karena ayat di atas turun kepada mereka. 

• Tidak terus terang. Mengolok-olok secara tidak terus terang dan contohnya banyak tidak terhitung. Seperti dengan mengedipkan mata, menjulurkan lidah, memonyongkan bibir, meremehkan dengan isyarat tangan ketika membaca Kitabullah atau Sunah Rosul-Nya, atau ketika melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. 

Termasuk di dalamnya adalah apa yang diucapkan oleh sebagian mereka bahwa Islam tidak sesuai untuk abad 20, tapi hanya cocok dan sesuai untuk abad-abad pertengahan. 

Islam adalah terbelakang dan kuno, di dalamnya terdapat kekerasan dan kebengisan, kekejaman dalam memberikan hukuman had dan sangsi, Islam menganiaya wanita dan hak-haknya karena membolehkan menceraikannya dan berpoligami. 

Juga termasuk ucapan mereka, memutuskan hukum dengan undang-undang buatan mereka lebih baik daripada berhukum dengan Islam. Mereka juga memberikan kepada orang yang menyeru kepada tauhid dan mengingkari ibadah kepada kuburan-kuburan dengan julukan ekstrimis, atau ingin memecah belah jama’ah umat Islam dengan julukan teroris. 

Atau mengatakan, ini adalah wahabi atau madzab kelima, serta ucapan-ucapan lain yang semuanya merupakan pelecehan terhadap agama dan pemeluknya, serta olok-olok terhadap aqidah yang benar, laa haula walaa quwwata illaa billaah. 

Termasuk diantaranya adalah olok-olok mereka terhadap orang yang berpegang teguh dengan sunnah Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya mengatakan, agama itu tidaklah disambut, sebagai olok-olok terhadap orang yang memanjangkan jenggotnya, serta ucapan-ucapan buruk lainnya.


Berbantah-bantahan pun dilarang dalam ajaran Islam yaitu semua sanggahan kepada pembicaraan orang lain dengan tujuan hendak memperlihatkan kesalahan, kekurangan atau ketidaktahuan orang itu menganggapnya seolah-olah bodoh dan ia lebih tahu atau pintar.


Hal ini adakalanya berhubungan dengan ucapannya, adakalanya dengan isi yang dibicaarakan dan mengenai tujuan pembicaraan dimaksud.


Menghindarkan diri dari berbantah-bantahan lebih baik dengan jalan tidak menyanggah atau melawannya, dimana semua perkataan yang anda dengar (sekiranya memang benar menurut perasaan anda).


Sebaiknya dipercaya, dan sebaliknya (sekiranya anda anggap salah, bathil atau berdusta), sebaiknya anda berdiam diri saja, asalkan tidak ada hubungannya dengan kehormatan agama.


Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah engkau mengucapkan bantahan kepada saudaramu, jangan pula mengajaknya bersenda gurau dan jangan pula engkau berjanji memenuhi suatu perjanjian, kemudian engkau menyalahinya” (HR Tirmidzi).


Dalam hadits lain, Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah sesuatu kaum itu menjadi sesat setelah diberi petunjuk oleh Allah, melainkan sebab mereka itu suka berbantah-bantahan” (HR Tirmidzi).


Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Tidaklah seseorang hamba itu mendapatkan kesempurnaan hakekat keimanan, sehingga suka meninggalkan berbantah-bantahan, sekalipun ia merasa dalam fihak yang benar” (HR Ibnu Abiddunya).


Sedangkan Bilal bin Sa’ad berkata, “Jika pada suatu ketika anda melihat seseorang yang banyak berbicara, suka berbantah dan merasa bangga dengan pendapatnya sendiri, maka sudah sempurnalah kerugiannya”. 

Lain halnya Ibnu Abi Laila berkata, “Saya ini tidak suka membantah sahabatku, adakalanya saya seharusnya mendustakannya dan adakalanya saya perlu memarahinya”. 

Bagaimana mensikapi terjadinya berbantahan tersebut?
Bila ada suatu perbantahan terjadi dan yang dibicarakan masalah ilmiah, sebaiknya saat itu berdiam diri saja sambil merenungkan atau mendengarkan alasan masing-masing fihak. 

Sebaiknya janganlah mencampuri, namun sementara anda dapat menyaring dan meneliti mana yang benar dan mana yang salah. Bila diperlukan bertanya dalam suatu hal yang tidak dimengerti, lakukanlah, namun sifatnya jangan bersifat membantah, menyanggah atau lebih-lebih menyalahkannya. 

Sebaiknya, hal tersebut dilakukan (bertanya) dengan sikap lemah lembut dan sopan agar mengeahui duduk permasalahannya, sehingga bukan bermaksud menjatuhkan dengan mengemukakan pertanyaan tersebut. 

Bila suatu pertanyaan atau ucapan untuk tujuan mematahkan atau melumpuhkan pembicaraan orang lain sehingga tidak dapat menjawabnya atau mengurangi nilai ucapannya, maka bentuk perbantahan yang paling dilarang sekalai dalam ajaran agama Islam dan sangat tercela di pandangan masyarakat sebaiknya menghindari dengan cara berdiam diri saja agar selamat dari dosa dan akibatnya. 

Kenapa seseorang suka berbantahan?
Seseorang suka berbantah, timbul karena perasaan yang salah yaitu semata-mata hendak menonjolkan kelebihan diri sendiri, lebih pandai, lebih benar pendapatnya. 

Selain itu berkehendak menyerang orang yang dianggap lawannya dengan menunjukkan kekurangan ilmu serta ketololannya. Jadi dua sifat inilah benar-benar merusakkan jiwa seseorang. 

Berbantah-bantahan itu tidak akan lepas dari sikap menyakiti hati orang lain, menyalakan api kemarahan dan membawa si penentang untuk mengulangi perbuatannya kepada siapapun juga. 

Sebaiknya sifat yang demikian dijauhi sedapat mungkin, baik yang benar maupun yang salah pendapatnya. Orang yang suka berbantah-bantahan itu akhirnya tidak memperdulikan lagi ucapan-ucapannya, apakah benar atau salah. 

Yang difikirkan hanyalah kemenangan dan menganggap lebih pintar dan cerdik. Ia tertipu dengan ucapannya sendiri, dengan mengungkapkan gambaran yang tidak semestinya, hanya semata-mata menginginkan keunggulan kehebatan berbantah atau berdebat. 

Jika ini terjadi maka pastilah akan timbul perselisihan dan pertarungan lidah (tulisan) yang sangat tajam dan putuslah silaturahmi diantara keduanya. 

Obat atau penawar dari sikap tersebut di atas adalah agar supaya seseorang senang melenyapkan sifat yang menimbulkan suka berbantah dimaksud, yaitu watak sombong dan takabbur yang hanya memperlihatkan bahwa dirinya lebih dipentingkan, juga sifat berbantah itu dimbul karena sifat kebinatangan yang senantiasa menganggap rendah dan kurang pada diri orang lain. 

Banyak orang dalam bertanya membohongi atau dusta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dimana berbohong dan nifak hanya akan menggambarkan seseorang memperoleh keninaan dan kesengsaraan, baik di dunia maupun di akherat. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan dalam firman-Nya,
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang yang pendusta” (An-Nahl ayat 105). 

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta. ‘Ini halal dan haram’ untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. 

Manfaat mengada-adakan itu adalah kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka adzab yang pedih” (An-Nahl ayat 116-117). “Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar” (Az-Zumar ayat 3). 

Rosulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-haditsnya memberikan larangan kepada umatnya untuk melakukan kebohongan dan bersikap nifak dalam pergaulan hidup bermasyarakat, apalagi berpuasa yang langsung berhubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

Diantara sabda Rosulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam yang menerangkan mengenai larangan berbuat bohong dan nifak adalah : Dari Abu Hurairah bahwasanya sesungguhnya Rosulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, 

“Tanda-tanda munafik itu ada tiga. Apabila berbicara berdusta, apabila berjanji mengingkari dan apabila dipercaya berkhianat” (HR Bukhari dan Muslim). 

“Khianat yang paling besar adalah apabila engkau menceriterakan suatu ceritera kepada saudaramu, kemudian dia membenarkan apa yang kamu ceritrakan, sedangkan kamu berdusta kepadanya” (HR Ahmad dan Abu Dawud). 

Dari Ibnu Umar berkata bahwasanya Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Membuat-buat (membual) yang paling dibuat-buat adalah ketika seseorang mengatakan bahwa matanya melihat sesuatu yang sebenarnya tidak pernah dia lihat” (HR Bukhari). 

Berbicara dusta, mengingkari janji dan berkhianat adalah bagian dari akhlak yang tercela, yang harus dijauhi oleh setiap muslim (apalagi di bulan Ramadhan), karena ketiga akhlak ini merupakan bagian dari tanda-tanda kemunafikan seseorang. 

Demikian pula ceritera dusta yang kemudian dipercaya oleh orang lain termasuk akhlak yang tercela dan merupakan pengkhianat yang sangat besar. 

Dari Abu Hurairah berkata bahwasanya sesungguhnya Rosulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Takutlah kamu terhadap prasangka, sebab sesungnguhnya prasangka adalah sejelek-jelek pembicaraan dusta” (HR Bukhari dan Muslim). 

Perbuatan dusta pada mulanya hanyalah bersifat coba-coba, namun akhirnya menjadi kebiasaan. Bila kedustaan dilakukan terus menerus akan membuat hati seseorang hitam kelam, tidak lagi mau menerima petunjuk, yang akhirnya mengantarkan seseorang menjadi pendusta yang sebenarnya. 

Bila hal ini terjadi, berarti dia termasuk dalam golongan penghuni neraka. Stop berdusta mulai hari ini dan perbaiki dengan kejujuran, buang jauh-jauh cobat-coba yang menjadikan kebiasaan berdusta. 

Dari Jabir bin Zaid, bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Hudzaifah, “Wahai Abu Abdillah, apakah nifak itu?”. Jawab Hudzaifah, “Kamu mengatakan Islam, namun tidak mengamalkannya” (HR Imam Empat). 

Dari Jabir bin Zaid dari Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau telah bersabda, “Sesungguhnya La ilaaha ilallaah adalah kalimah yang dengannya bersatu hati orang-orang mukmin. 

Barangsiapa mengucapkannya, kemudian mengikuti ucapan itu dengan amal sholeh, maka dia termasuk mukmin paripurna. Dan barangsiapa mengucapkannya, kemudian mengikuti ucapan itu dengan amal kejelekan, maka dia termasuk munafik” (HR Imam Empat).
Bilahit taufik wal hidayah, wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh (Nurassajati Purnama Allam, 

Demikianlah yang dapat aku haturkan semoga saja sajian ini menjadikan kemanpaatan bagi kita semua Aamiin Wassalam.


Bok: * TIJAN = Titian-Jannah.*