Sabtu, 11 Juni 2016

Benarkah,” Iblis Sang Pencinta Sejati,” Untuk Lebih Jelasnya Yuk Kita Simak Berikut Ini...


Bismillahir-Rahmanir-Rahim
Anugerah tertinggi Sang kekasih bagi sang pencinta rasa damai tidak bisa diperoleh oleh hati yang masih membenci, kendati ditujukan kepada iblis atau syetan, demikianlah seorang sufi wanita Rabi’ah Al Adawiyah ia tidak menyisakan ruang di dalam hatinya walau hanya untuk membenci setan sekalipun.,

Ketahuilah, Bahwa hakikat segala sesuatu adalah Allah Azzawajallahu, demikian juga dengan hakikat iblis…
Iblis bukanlah makhluk yang patut dibenci, bahkan,” Al-Hallaj mengakui bahwa iblis adalah figur sang pencinta sejati, seorang yang teguh, ia adalah sang mursyid bagi para malaikat-Nya..

Iblis adalah sosok “ figur sempurna ” bagi para pencinta Kebenaran , kecintaan mutlaknya kepada yang Maha pencipta alam semesta, tidak diragukan lagi.. ujian penderitaan dari sang kekasih diterimanya tanpa bertanya dan menentang .

Hazrat Sarmad menganjurkan manusia agar berguru Tauhid Murni kepada iblis. Ahmad al-Ghazali (adik Imam Ghazali) menilai bahwa manusia yang tidak tahu hakikat iblis, masih belum beriman, cenderung terperosok menduakan Allah.

Dialog antara Allah dan iblis ,di dalam Alquran sangat simbolik. Sebetulnya Allah sedang mengajari kaum Adam dan para malaikat tentang ” Mahabbah ” adalah suatu sikap bakti yang berupa penyerahan tertinggi kepada-Nya.

Melalui tindakan iblis di dalam Al Qur’an dikatakan iblis termasuk golongan jin, menurut makna jin disini dalam pengertian “ asing ” bagi komunitas malaikat, yang artinya berasal dari ras yang lain.

Ia bernama Azazil dan selanjutnya hidup di kalangan malaikat, Ia berbakti kepada Allah ribuan tahun lamanya hingga derajat kerohaniannya mencapai derajat malaikat agung, dalam khazanah Sufi, sesungguhnya malaikat merupakan makhluk yang memiliki kesadaran rohani yang tinggi dan berwujud cahaya,

Ketika Allah memerintahkan para malaikat bersungkur sujud di hadapan Adam mereka semua bersujud, kecuali Azazil..

Maka terjadi dialog antara Allah dengan Azazil seperti diterangkan dalam kitab at-Tawasin karya besar Mansur al-Hallaj:

Allah bertanya pada Azazil, ” Mengapa kau enggan bersujud pada Adam ? ”,
Azazil menjawab, ” Tiada yang patut kuagungkan selain Diri-Mu ”.
Allah bertanya balik, ” Meskipun kau akan menerima kutukan-Ku ? ”.

Azazil menjawab, ” Tidak mengapa, karena hasrat hatiku tak sudi condong pada yang lain selain Diri-Mu …
Kemudian Azazil bersyair: “ Kendati Kau membakarku dengan Api Suci-Mu yang menyala-nyala untuk selamanya , aku tak akan pernah sudi tunduk pada kesadaran ego (manusiawi) pernyataanku berasal dari hati yang tulus dalam Cinta aku memiliki kemenangan, bagaimana tidak ?”

Azazil melanjutkan syairnya:
“Sesungguhnya tiada jarak yang memisahkan Dikau denganku ketika tujuan tercapai kedekatan dan jarak adalah satu, kendati aku ditinggal derita keadaan itu akan menjadi karibku jika Kasih itu satu, bagaimana kita bisa berpisah?

Dalam kemurnian yang mutlak, Diri-Mu kuagungkan bagi seorang hamba dengan hati yang benar bagaimana dia menyembah sesuatu selain Dikau ?”
Ribuan kali, Yang Maha Mengetahui memerintahkan Azazil bersujud, tetapi dia tetap enggan,..
lalu ia bersyair:

“Ya Allah, segala sesuatu termasuk diriku ini adalah milik-Mu Kau telah memberikan ku pilihan, namun Kau telah menentukan pilihan-Mu bagiku, jika Engkau melarangku dari bersujud, Kau adalah Pelarang, Jika aku salah paham, jangan Kau tinggalkan daku, jika Kau menginginkanku bersujud dihadapannya, hamba patuh namun tak seorangpun lebih mengetahui tentang Maksud-Mu selain Nuraniku ini”..

Atas penolakannya, Yang Maha Pengasih menganugerahkan “Kafir” pada Azazil berupa kutukan dan penderitaan.. dengan pasrah, tanpa bertanya lagi, tanpa mengeluh, ia menerima Anugerah-Nya yang tertinggi, sekaligus terberat.

Catatan :
Kenapa Iblis menerima begitu saja tanpa menolak kutukan Allah? Tidak protes sedikitpun? Namun Sekiranya Allah menganugerahkan Murtadin kepada Azazil, niscaya dia akan menolak, iblis tahu, kekafiran adalah menyembah selain Allah, dan iblis tidak pernah meNuhankan selain Allah, sangat jauh berbeda jika dikatakan Murtad, Murtad berarti meninggalkan Allah dan menyembah kepada sembahan lain, dan Azazil tidak akan pernah melakukan itu.

Mulai dari sinilah Rencana Allah untuk membuat Surga dan Neraka berfungsi sebagai tempat kembali bagi manusia, dan Dunia ini sebagai ciptaan bagi manusia mengarungi kehidupan dan cobaan dari Allah.

Sekiranya Allah memberi pengetahuan kepada Iblis akan keutamaan Adam, dan mengetahui bahwa sujud kepada Adam adalah sujud perhormatan kepada Hakikat Muhammad pada diri Adam, dan bukan sujud penyembahan, niscaya Iblis ( Azazil ) akan bersujud.

Tapi tidak demikian adanya, karena Iblis sendiri akan diberi Tugas Oleh Allah, sebagai bahan cobaan dan ujian (penguji) bagi hamba-hamba Allah yang beriman.

Sekiranya Iblis bersujud kepada Adam, maka Dunia ini tidak akan di huni oleh manusia, dan firman Allah “ Aku jadikan Manusia untuk menjadi Khalifah dimuka Bumi “ menjadi tidak terlaksana, Maha Suci Allah dari kekurangan dan kesalahan, Maha sempurna Allah Atas segala RencanaNya.

Jika Bumi ini tidak dihuni Oleh manusia sesuai dengan rencana Allah tadi, maka Surga dan Nerakapun akan menjadi ciptaan yang sia-sia adanya, Maha Suci Allah dari segala kekurangan dan Rencana Allah itu Sempurna.

Maka Jadilah Sang Iblis sebagai Penguji, Para Nabi dan Rasul sebagai Guru pembimbing bagi manusia, Alquran sebagai Mata Pelajaran dan Al Hadist sebagai pedoman didalam memahami Mata Pelajaran tersebut.

Kembali kepembahasan awal kita.
Sang kekasih bertanya, ” Tidakkah kau menolak Anugerah-Ku ? ”
Azazil, sang pencinta sejati menjawab,

 ” Dalam Cinta di sana ada penderitaan di sana pula ada kesetiaan dengan begitu, seorang pencinta menjadi sepenuhnya matang berkat kelembutan dan keadilan sang kekasih ”

Claim Azazil yang mengatakan bahwa ia terbuat dari api dan Adam dari tanah, sehingga ia enggan bersujud, sangat simbolik. seorang Azazil dengan “Kesadaran Ilahi”-nya mustahil mempermasalahkan hal-hal fisik jasadi semacam itu melalui cermin Azazil,

Sebenarnya ” Yang Maha Mengetahui sedang mengajarkan manusia tentang bahaya ego dan kesombongan akibat kesadaran rendah “, di sisi lain Dia mengajari para malaikat tentang kecintaan murni model Azazil, di sisi lain lagi, melalui para malaikat, Dia mengajarkan kesalehan pada manusia.

Alhasil, sesungguhnya iblis merupakan Guru yang mengajarkan kesalehan pada para malaikat dan para malaikat mengajarkan kesalehan itu pada manusia.

Pada saat yang sama, Iblis mempertunjuk kan jalan keburukan pada manusia, agar manusia menghindarinya, tampak bertentangan.. ibarat kain bagus yang ditenun di atas bahan kasar , dengan kata lain, “ barang siapa tidak mengenal keburukan maka tidak mengenal kebajikan .”

Rencana Ilahi ini penuh makna, ibarat penyamaran, bersujud kepada Adam bukanlah perintah melainkan ujian.
Iblis mengetahui hal ini melalui bisikan-Nya lewat Nuraninya.iblis sebagai pencinta sejati, begitu pula “ Muhammad ”, simbolik bagi para Nabi, Rasul dan Para Wali, mereka adalah perangkat Ilahi, sebagaimana iblis.

Catatan :
Sekali Lagi, Jika Iblis sujud kepada Adam, maka manusia tidak akan menjadi khalifah diatas bumi, tidak akan diturunkan 4 Kitab Suci.

Tidak akan diturukan Para Nabi dan Rasul, dan yang terakhir, Surga dan Nerakapun akan menjadi ciptaan yang sia-sia.

Pernyataan Allah didalam Alquran : “ Iblis adalah musuh yang nyata bagimu “ ini adalah secara syar’i, yakni secara lahiriyah, bukan secara hakikat. ( Kenalilah Musuhmu, maka kamu akan mengalahkannya)

Lalu," Sang kekasih bertanya, Pada Azazil,” Tidakkah kau menolak Anugerah-Ku ? ”

Azazil, sang pencinta sejati menjawab, ” Dalam Cinta di sana ada penderitaan di sana pula ada kesetiaan dengan begitu, seorang pencinta menjadi sepenuhnya matang berkat kelembutan dan keadilan sang kekasih ”
Claim Azazil yang mengatakan bahwa ia terbuat dari api dan Adam terbuat dari tanah, sehingga ia enggan bersujud, itu sangat simbolik.

Sedangkan seorang Azazil yang dengan “Kesadaran Ilahi”-nya mustahil ia mempermasalahkan hal-hal fisik jasadi semacam itu melainkan karena melalui cermin Azazil, yang sebenarnya ia, dia mengetahui bahwa ”
Yang Maha kuasa dan Maha Mengetahui sedang mengajarkan manusia tentang bahaya ego dan kesombongan akibat kesadarannya yang rendah“, di sisi lain Dia juga mengajari para malaikat tentang kecintaan murni yang dilakukan dengan model Azazil, di sisi lain lagi, melalui para malaikat,

" Dia mengajarkan kesalehan pada manusia. Alhasil, sesungguhnya iblis adalah merupakan Guru yang dijadikan metode model untuk mengajarkan kesalehan pada para malaikat dan para malaikat mengajarkan kesalehan itu pada manusia.

Pada saat yang sama, Iblis mempertunjuk kan jalan keburukan pada manusia, agar manusia menghindarinya, sehingga yang tampak bertentangan.. ibarat kain bagus yang ditenun di atas bahan kasar, dengan kata lain, “ barang siapa tidak mengenal keburukan maka dia tidak mengenal kebajikan .”

Rencana Ilahi ini penuh dengan makna, ibarat penyamaran, bersujud kepada Adam bukanlah perintah melainkan ujian.

Iblis mengetahui hal ini melalui bisikan-Nya lewat Nuraninya.
iblis sebagai pencinta sejati, begitu pula “ Muhammad ”, simbolik bagi para Nabi, Rasul dan Para Wali, mereka adalah perangkat Ilahi, sebagaimana iblis.


( Maka berbahagilah kita yang menganut Addinul Islam ) karna kita termasuk mereka yang dibimbing Allah kedalam cahaya-Nya.

Sebenarnya kedua Ayat tersebut memiliki makna yang sama, ayat pertama memiliki kandungan yang harus ditafsirkan dulu menurut tatabahasa dan bentuk kalimat serta Hurufnya.
Kita lihat Kalimatnya “ Wa Ma Khalaktul …… )

Allah memakai kalimat MA untuk mengatakan TIDAK, bukan dengan kalimat LA, menurut pengertian kalimat MA itu bukan berarti TIDAK yang benar-benar TIDAK pada hakikatnya, Tetapi TIDAK yang memiliki makna ada yang selainnya.

Sebagai Contoh : ketika malaikat Jibril menemui Rasullah dan membawa Ayat Pertama Ikra :
’ Ikra’ Bismirabbika…..
“ Bacalah dengan Nama Tuhanmu “

Rasulullah menjawab :
“ Wa Ma ana biqori “
, Saya tidak bisa membaca, Rasulullah menjawab seperti itu bukan berarti Rasulullah benar- benar tidak bisa membaca, hanya saja Malaikat Jibril menyerukan kepada Rasulullah untuk membaca, tapi tidak membawa sesuatu yang bertulis untuk dibaca, jelas saja akan ada jawaban “ saya tidak bisa membaca “ karna tidak ada yang sesuatu yang bertuliskan yang bisa dibaca.

Kita lanjutkan lagi, sekiranya Allah Memakai Kalimat La pada ayat tersebut diatas, menjadi
” Wa La Khalaktul Jinna Wal Insa Illah liya’ budun “

Niscaya semua Manusia diatas bumi ini akan berada dalam satu Addin, yakni Islam.
Jika demikian Maka Neraka akan menjadi ciptaan yang sia-sia pula, jadi semua hal ini saling terkait, mulai dari penciptaan Nasf ( nafsu), ke engganan Azazil ( Iblis) untuk sujud kepada Adam, Penciptaan Bumi dan Kekhalifaan Manusia diatas Bumi ini.

Nabi Muhammad pernah mengalami test serupa, Beliau diperintahkan-Nya, ” Lihatlah ” Beliau tidak bergeming, tidak berputar ke kanan, tidak pula ke kiri ( beliau tahu bahwa Dia bersemayam di Dalam Diri ).

Maka dari itu,” Jangan mengkambing hitamkan iblis atas perilaku buruk kita, sebagai manusia benar-benar mandiri dan bertanggung jawab pada diri sendiri untuk memilih jalan yang baik atau buruk dengan Ijin Allah“.
Selanjutnya mari kita melihat sedikit percakapan antara Rasulullah dengan Azazil ( Iblis ) : yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a.

Azazil berkata : “Wahai Muhammad, sebenarnya saya tidak bisa menyesatkan sedikit pun. Akan tetapi saya hanya akan mengganggu dan menghiasi.

Andaikan saya memiliki hak dan kemampuan untuk menyesatkan, tentu saya tidak akan membiarkan segelintir manusia pun di muka bumi ini yang masih sempat mengucapkan dua kalimat Syahadat, ‘Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan-Nya’.

Tidak akan ada lagi orang yang shalat dan berpuasa. Sebagaimana engkau wahai Muhammad, tidak berhak untuk memberikan hidayah sedikit pun kepada siapa saja.

Akan tetapi engkau adalah seorang utusan dan penyampai amanat dari Allah.
Andaikan engkau memiliki hak dan kemampuan untuk memberi hidayah, tentu engkau tidak akan membiarkan segelintir orang kafir pun di muka bumi ini.

Sebab Engkau hanyalah sebagai argumentasi (Hujjah) Allah SWT terhadap mahluk-Nya.
Sementara saya hanyalah menjadi sebab celakanya orang yang sebelumnya sudah dicap oleh Allah sebagai orang celaka.

Orang yang bahagia dan beruntung adalah orang yang dijadikan bahagia oleh Allah sejak dalam perut ibunya,
Sedangkan orang yang celaka adalah orang yang dijadikan celaka oleh Allah sejak dalam perut ibunya”.
Baik dan buruk hanyalah refleksi Kebenaran. Dan Allah di atas baik dan buruk, di atas cahaya dan kegelapan.. Nur ‘ala Nur, Allah itu Nur di atas Nur

Renungkan syair Azazil berikut:
“Ya Allah, Engkau membebaskanku karena selubungku terbuka, Engkau membuka selubungku karena Keesaan-Mu membuatku satu dengan-Mu, dari perpisahan demi Keberadaan-Mu Yang Nyata.
Aku tak bersalah telah bersekongkol dalam kejahatan, tidak pula menolak nasibku tidak pula gelisah dengan perubahan yang kualami, dan aku bukanlah orang yang membentang-kan di hadapan manusia jalan kesesatan !”

Berikut Dalam Kisah Nabi Adam


Segala kesenangan ada di dalam syurga. Apa saja yang diinginkan, dapat diperolehi tanpa bersusah payah. Sesungguhnya ia adalah suatu tempat yang amat indah, permai dan penuh nikmat, menjadi idaman setiap insan.

Demikian menurut riwayat, Allah Subhanahu-wa-Ta’ala menciptakan Adam Alaihi-Salam sebagai manusia pertama.

Hamba-Nya yang dimuliakan itu ditempatkan di dalam syurga.
Adam Alaihi-Salam hidup sendirian, tiada seorang kawan pun, baginda berjalan ke kiri dan ke kanan, menghadap langit yang tinggi, dan bumi yang terhampar jauh di seberang

Maka tiadalah sesuatu yang dilihatnya dari makhluk sejenisnya kecuali burung-burung yang berterbangan ke sana ke mari, sambil berkejaran di angkasa bebas, menyanyi, dan bersiul, seolah-olah mempamerkan kemesraan.

Adam Alaihi-Salam terpikat melihatnya, hingga ter'ingin menjadi sepertinya, tetapi sungguh malang, siapalah gerangan kawan hendak diajak.

Hingga Baginda merasa kesepian, sudah lama ia tinggal di syurga seperti orang kebingungan, tiada pasangan yang untuk diajak bermesra sepertimana burung-burung yang dilihatnya.

Tiada apa yang dilakukan sehari-hariannya kecuali bermalas-malas dan bersantai, mengambil angin di dalam taman syurga yang indah permai, yang ditumbuhi berbagai jenis bunga-bungaan yang semerbak mewangi, di bawahnya mengalir anak-anak sungai yang bercabang-cabang dan desiran airnya laksana pembangkit rindu.
Apa saja yang ada di dalam syurga adalah nikmat! Tetapi apalah arti segalanya jika hati resah gelisah dan kesepian seorang diri?

Itulah satu-satunya kekurangan yang dirasakan Adam Alaihi-Salam di dalam syurga.
Baginda perlu kepada sesuatu, iaitu kepada kawan sejenis yang akan berdamping dengannya dalam kesenangan yang tidak terhingga.

Kadangkala tatkala rindunya datang, turunlah ia ke bawah pohon-pohon rendang mencari hiburan, mendengar burung bernyanyian, bersahut-sahutan, tetapi bukannya hati menjadi tenteram, malah menjadi lebih tertekan.

Bila angin bertiup sepoi-sepoi bahasa, daun-daun melambai gemalai dan mendesirkan sayup-sayup suara, maka meninggalkan kesan sedih dan terharu yang sangat mendalam di hatinya. Dirasakannya derita batin di sebalik nikmat yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.

Tapi walau demikian, Adam Alaihi-Salam mungkin malu untuk mengadukan halnya kepada Allah Subhanahu-wa-Ta’ala.

Namun, Al-Alim Azza wa Jalla melihat apa yang tersembunyi di hati hamba-Nya. Oleh itu Allah Ta’ala ingin mengusir rasa kesepian Adam Alaihi-Salam.

Apabila Baginda Adam Alaihi-Salam sudah berada dipuncak kerinduan dan keinginan untuk mendapatkan kawan, dia termenung di atas tempat duduknya yang berlapiskan tilam permaidani serba mewah, maka tiba-tiba rasa mengantuk pun datang dan membawanya hanyut ke alam tidur.

Adam Alaihi-Salam tidur nyenyak tanpa mempedulikan apa-apa yang ada di sekelilingnya. Di saat itulah Allah Subhanahu-wa-Ta’ala menyampaikan perintah kepada malaikat Jibrail Alaihi-Salam untuk mencabut tulang rusuk Adam Alaihi-Salam dari sisi sebelah kiri.

Bagai orang yang dibius, Adam Alaihi-Salam pun tidak merasa apa-apa ketika tulang rusuknya dicabut oleh malaikat Jibrail Alaihi-Salam.

Dan dengan kuasa qudrat Ilahi, hanya dengan berfirman “Kun” maka terjadilah apa yang Dia kehendaki-Nya.

Itulah Hawa yang dijadikan dari tulang rusuk Adam Alaihi-Salam, sebagai penghuni syurga yang kedua dan sebagai pelengkap kurnia yang di anugerahkan kepada Adam Alaihi-Salam yang inginkan seorang kawan untuk bermesra dan bersenda gurau.

Sesaat," Hawa pun sudah duduk bersandar di atas tempat duduk yang megah bertatahkan emas dan permata manikam, sambil terpesona memperhatikan kecerahan wajah seorang lelaki yang sedang terbaring, tidak jauh di hadapannya.

Sedangkan pemikiran yang bergelombang dalam sanubari Hawa seolah-olah serasa arus elektrik yang mengetuk kedalam hati Adam Alaihi-Salam, yang lantas menerimanya sebagai mimpi yang berkesan dalam gambaran dalam jiwanya ketika itu.

Maka,"Adam Alaihi-Salam terbangun dari beradunya. Alangkah terkejutnya ketika dia melihat makhluk yang sama seperti dirinya hanya beberapa langkah dihadapannya. Tetapi Baginda seolah-olah tidak percaya dengan penglihatannya. Disebabkan Baginda masih terbaring dan terasa masih mimpi maka sambil mengusap matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang sedang dilihatnya.

Sedangkan Hawa yang diciptakan lengkap dengan berperasaan malu, segera memalingkan badannya untuk menyembunyikan bukit-bukit di dadanya, sambil mengirimkan senyum manis bercampur manja, serta diiringi pandangan melirik dari sudut mata yang memberikan sinar harapan bagi hati yang melihatnya.

Memang dijadikan dengan bentuk Hawa dan paras rupa yang sempurna. Dia dihiasi dengan kecantikan, kemanisan, keindahan, kejelitaan, kehalusan, lemah-lembut, kasih-sayang, kesucian, keibuan dan segala sifat-sifat keperibadian yang terpuji di samping bentuk tubuhnya yang mempesona serta memikat hati setiap orang yang memandang.

Dia adalah wanita tercantik yang menghiasi syurga dan kecantikannya itu akan diwarisi turun temurun pada hari kemudian dan daripadanyalah akan ada kecantikan yang diwariskan kepada wanita-wanita yang datang sesudahnya.

Adam Alaihi-Salam pun tidak kurang gagah dan kacaknya. Tiada cacat pada dirinya kerana baginda adalah satu-satunya makhluk insan yang diciptakan oleh Allah Subhanahu-wa-Ta’ala secara langsung tanpa perantaraan. Semua kecantikan yang diperuntukkan bagi lelaki terhimpun padanya.

 Kecantikan itu pula diwariskan turun temurun kepada generasi selepasnya sebagai anugerah Allah Subhanahu-wa-Ta’ala kepada makhluk-Nya yang bergelar manusia.

 Bahkan diriwayatkan bahawa kelak semua penghuni syurga (lelaki) nanti merupai wajah seperti wajahnya bapa manusia iaitu Nabi Adam Alaihi-Salam. Dan adalah wajah Nabi Adam menyamai wajah nabi Ibrahim dan wajah Nabi Muhammad pula menyamai wajah Nabi Ibrahim. Wajah paling sempurna dan paling indah ialah wajah Nabi Muhammad.

Adam Alaihi-Salam bangkit dari pembaringannya. Baginda membuka mata, memperhatikan dengan pandangan tajam. Baginda sedar bahawa orang asing di depannya itu bukanlah bayangan selintas pandang, tetapi kebenaran.

Baginda tahu dan yakin makhluk itu manusia seperti dirinya. Baginda serta merta membawa kesimpulan bahawa makhluk di depannya adalah perempuan. Baginda sedar bahawa itulah dia jenis yang dirinduinya. Hatinya gembira, bersyukur, bertahmid memuji Zat Maha Pencipta.

Baginda tertawa kepada gadis jelita yang menyambutnya tersipu-sipu sambil menundukkan kepalanya, pandangannya dapat menyingkap apa yang terselit di kalbunya. Adam Alaihi-Salam terpikat pada rupa Hawa yang jelita, bagaikan kejelitaan segala puteri-puteri yang bermastautin di atas langit atau bidadari-bidadari di dalam syurga.

Tuhan menanam asmara murni dan hasrat berahi di hati Adam Alaihi-Salam serta menjadikannya orang yang paling asyik dilamun cinta, tiada tandingannya dalam sejarah, iaitu kisah cinta dua insan di dalam syurga. Adam Alaihi-Salam ditakdirkan jatuh cinta kepada puteri yang paling cantik, paling jelita dan paling harum dari segala-galanya.

Adam Alaihi-Salam dibisikkan oleh hatinya agar merayu Hawa. Baginda berseru “Wahai si jelita, siapakah gerangan kekasih ini? Dari manakah datangmu dan untuk siapakah engkau disini?” Suara sopan, lembut dan penuh kasih-sayang.

“Aku Hawa,” sambutnya ringkas. “Aku dari Khaliq.” Suaranya terhenti seketika. “Aku… aku… aku, dijadikan untukmu!” Tekanan suaranya menyakinkan. Tiada suara yang seindah dan semerdu itu walaupun berbagai suara merdu dan indah terdengar setiap saat di dalam syurga. Tetapi suara Hawa, tidak pernah di dengarnya suara sebegitu indah yang keluar dari bibir mungil wanita jelita itu. Suaranya membangkit rindu, gerakan tubuhnya menimbulkan semangat.

Kata-kata yang paling segar didengar oleh Adam Alaihi-Salam ialah tatkala Hawa mengucapkan kata terputus-putus “Aku… aku… aku, dijadikan untukmu!” Kata-kata itu penuh dengan kasih sayang, menambah kemesraan Adam Alaihi-Salam kepada Hawa. Adam Alaihi-Salam sedar bahawa nikmat itu datang dari Tuhan Azza wa Jalla dan cinta pun datang dari-Nya juga. Baginda tahu bahawa Allah Azza wa Jalla itu cantik, suka kepada kecantikan juga. Jadi, kalau cinta kepada kecantikan bererti cinta kepada Tuhan.

Cinta itu bukan dosa malah satu pengabdian. Dengan mengenali cinta, makrifah kepada Tuhan semakin mendalam. Cinta kepada Hawa bererti cinta kepada Khaliq. Dengan keyakinan demikian Adam Alaihi-Salam menjemput Hawa dengan berkata “Kekasihku, ke marilah engkau kepadaku!” Suaranya halus, penuh kemesraan.

“Aku malu!” balas Hawa seolah-olah menolak. Tangannya dan kepalanya memberi isyarat menolak sambil memandang Adam Alaihi-Salam penuh ketakjuban. “Kalau engkau yang inginkan aku, engkaulah yang ke sini!” Suaranya yang bagaikan irama seolah-olah memberi harapan.

Adam Alaihi-Salam tidak ragu-ragu. Baginda mengayuh langkah gagah mendatangi Hawa. Maka sejak itulah bermulanya wanita itu didatangi bukan mendatangi.

Hawa bangkit dari tempat duduknya, sedar bahawa walaupun dirinya diperuntukkan bagi Adam Alaihi-Salam, namun haruslah mempunyai syarat-syarat tertentu. Dalam sanubarinya, dia tidak dapat menyangkal bahawa dia pun terpesona dan tertarik kepada rupa Adam Alaihi-Salam yang sungguh indah.

Adam Alaihi-Salam tidak putus asa. Baginda tahu itu bukan dosa. Baginda tahu membaca isi hati. Baginda tahu bukannya Hawa menolak, tetapi suatu perbuatan wajar dari sikap malu seorang gadis yang berbudi. Baginda tahu bahawa di sebalik ‘malu’ terselit rasa ‘mahu’ kerana baginda yakin pada dirinya bahawa Hawa diperuntukkan untuknya. Naluri insaninya bergelora.

Tatkala sudah hampir dengan Hawa serta menghulurkan tangan suci kepadanya, maka tiba-tiba terdengarlah panggilan ghaib berseru “Hai Adam! Tahanlah dirimu. Pergaulanmu dengan Hawa tidak halal kecuali dengan mahar dan berkahwin!” Adam Alaihi-Salam tersentak lalu balik ke tempat asalnya dengan taat. Hawa pun mendengar teguran dari Ilahi dan hatinya tenteram kerananya. Kedua-dua manusia dalam syurga itu terdiam demikian menunggu perintah.

Al-Rahman Azza wa Jalla menyempurnakan nikmatnya lahir dan batin kedua hamba-Nya yang saling memerlukan. Dia memerintahkan bidadari-bidadari syurga yang indah untuk menghiasi dan menghiburkan pasangan Adam itu serta membawakan kepadanya hantaran-hantaran berupa perhiasan-perhiasan dari syurga yang indah-indah belaka.

Sementara itu diperintahkan pula kepada malaikat langit untuk berkumpul bersama-sama di bawah pohon ‘Syajarah Thuba’. Menjadi saksi atas perkahwinan Adam Alaihi-Salam dan Hawa.

Diriwayatkan bahawa pada akad perkahwinan itu Allah Azza wa Jalla berfirman “Segala puji adalah milik-Ku, segala kebesaran adalah pakaian-Ku, segala kemegahan adalah hiasan-Ku dan segala makhluk adalah hamba-Ku dan di bawah kekuasaan-Ku. Menjadilah saksi kamu hai para malaikat dan para penghuni langit dan syurga bahawa Aku mengahwinkan Hawa dengan Adam Alaihi-Salam, kedua ciptaan-Ku dengan mahar dan hendaklah keduanya bertahlil dan bertahmid kepada-Ku!”

Setelah akad nikah selesai, datanglah para malaikat dan bidadari menyebarkan mutiara-mutiara yaqult dan intan permata kepada pasangan agung tersebut. Selesai upacara akad, dihantarlah Adam Alaihi-Salam mendapat isterinya di istana megah yang akan mereka diami.

Hawa menuntut haknya. Hak yang disyariatkan Tuhan sejak mula. “Mana mahar?” Tanyanya. Dia menolak sentuhan sebelum mahar pemberian ditunaikan dahulu. Adam Alaihi-Salam bingung seketika. Lalu sedar bahawa untuk menerima haruslah memberi. Baginda lebih insaf daripada itu dan haruslah menjadi kaedah asas dalam pergaulan hidup.

Sekarang baginda sudah mempunyai pasangannya. Antara sesama pasangan harus ada saling memberi dan menerima. Pemberian pada perkahwinan untuk menerima kehalalan ialah mahar. Oleh itu, Adam Alaihi-Salam menyedari hakikat tuntutan Hawa itu bahawa menerima mahar adalah benar.

Untuk keluar dari keraguan, Adam Alaihi-Salam berseru “Ilahi, Ilahi, Ilahi… Ya Rabbi! Dengan apakah yang akan aku berikan kepadanya sebagai mahar? Emaskah, intankah, perak atau permata?” Jawab Allah “Bukan.” “Apakah hamba akan berpuasa atau solat atau bertasbih untukMu sebagai maharnya?” Tanya Adam Alaihi-Salam dengan penuh pengharapan.

“Bukan!” tegas suara ghaib. Adam diam dalam kebuntuan. Kemudian bermohon “Kalau begitu tunjukkanlah hamba-Mu jalan keluar!” Al-Haq Azza wa Jalla berfirman “Mahar Hawa ialah selawat sepuluh kali atas NabiKu, Nabi dan Rasul yang bakal Aku utuskan bagi membawa pernyataan dari sifat-sifat-Ku, Muhammad. Cincin permata dari para Nabi dan dialah penutup serta penghulu segala anbiya. Ucapkanlah sepuluh kali!”

Adam Alaihi-Salam merasa lega. Baginda mengucapkan sepuluh kali selawat ke atas Nabi Muhammad Sal-Allahu-Alaihi-wa-Salam sebagai mahar kepada isterinya. Suatu mahar yang bernilai spiritual kerana Nabi Muhammad Sal-Allahu-Alaihi-wa-Salam adalah rahmatan lil ‘alamin.

Hawa mendengar dan menerimanya sebagai mahar. “Hai Adam! Kini aku halalkan Hawa bagimu.” Perintah Allah “Dapatkanlah dia sebagai isterimu!” Adam Alaihi-Salam bersyukur lalu menemui isterinya dengan ucapan salam. Hawa menyambutnya dengan segala keterbukaan dan cinta kasih.

Allah Subhanahu-wa-Ta’ala kemudian berfirman kepada mereka “Dan Wahai Adam! TInggallah engkau dan isterimu di dalam syurga serta makanlah dari makanannya sepuas-puasnya apa sahaja kamu berdua sukai dan janganlah kamu hampiri pokok ini, (jika kamu menghampirinya) maka akan menjadilah kamu dari orang-orang yang zalim.” {Al-A’raaf ayat 19}

Dengan perkahwinan ini Adam Alaihi-Salam tidak lagi merasa kesepian di dalam syurga. Inilah percintaan dan perkahwinan yang pertama dalam sejarah umat manusia dan berlangsung di dalam syurga yang penuh kenikmatan. Iaitu sebuah perkahwinan agung yang dihadiri oleh para bidadari, jin dan disaksikan oleh para malaikat.

Peristiwa perkahwinan Adam dan Hawa terjadi pada hari Jumaat. Entah berapa lama keduanya menetap di syurga, hanya Allah Subhanahu-wa-Ta’ala yang tahu. Lalu keduanya diperintah turun ke bumi. Turun ke bumi untuk menyebar luaskan keturunan yang akan mengabdikan diri kepada Allah Subhanahu-wa-Ta’ala dengan janji bahawa syurga itu tetap tersedia di hari kemudian bagi hamba-hamba yang beriman dan beramal soleh.

Firman Allah Subhanahu-wa-Ta’ala “Kami berfirman lagi “Turunlah kamu semuanya dari syurga itu! Kemudian jika datang kepada kamu petunjuk dari-Ku (melalui Rasul-rasul dan Kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka). Maka sesiapa yang mengikuti petunjuk-Ku itu nescaya tidak ada kebimbangan (dari sesuatu yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita.”{Al-Baqarah ayat 38}

Berikut Dikisahkan,"
Di dunia dahulu, sebelum penciptaan Adam Alaihi-Salam, golongan jinlah yang menjadi penghuni bumi.
Menurut riwayat Azazil adalah merupakan golongan jin yang hidup di bumi sebelum penciptaan Nabi Adam.
Pada satu ketika para malaikat memerangi jin yang tinggal di bumi kerana terlalu banyak membuat kerosakan.

Dalam serangan itu mereka menawan Azazil dan membawanya ke alam malakut (langit).
Dan," Azazil ikut beribadat bersama-sama malaikat yang akhirnya dia menjadi semulia-mulia malaikat dan menjadi hamba Allah yang paling banyak ilmu dan ibadatnya.

Hingga," Azazil pun rupanya menjadi cantik dan indah serta mempunyai sayap. Dia juga menjadi penjaga syurga. Dan ia menjadi penguasa bumi dan langit dunia (langit pertama).

Namun sekalipun Azazil ditugaskan mengawasi dunia, tetapi golongan jin yg ada di muka bumi masih banyak membuat kerosakan dan sering terjadi bunuh-membunuh di antara mereka.

Mereka telah membunuh Nabi mereka sendiri,
Akhirnya Allah Subhanahu-wa-Ta’ala mengutuskan Azazil bersama rombongan tentera langit ke dunia untuk menjumpai kumpulan jin yang banyak membuat kerosakan itu.

Ketika pertemuan Azazil dengan tentara pimpinan kumpulan jin yang zalim itu, timbullah rasa besar diri dan kesombongan dalam hati Azazil.

Dan ia merasa yakin tidak ada sesiapa yang sanggap melakukan apa yang dibuatnya, tidak ada yang sampai ke peringkat setinggi seperti apa dirinya, baik dari segi ilmu mahupun kedudukan di sisi Allah.

Sedangkan ketika itu hanya Allah sahajalah yang mengetahui apa yang tersirat dalam hati Azazil. Para malaikat pun tidak ada yang tahu apa yang tersembunyi dalam hati Azazil.

Kemudian terjadilah hal-hal yang tidak diduga. Mana kala," Azazil menjumpai disetiap tempat sujudnya, tertulis “Iblis tercampak, Iblis dilaknat, Iblis menjadi hina.”

Kemudian dia lihat lagi di pintu syurga tertulis “Aku ada mempunyai hamba yang termasuk golongan Muqarrabin, Aku suruh dia tetapi dia tidak mahu melaksanakannya. Bahkan dia ingkar kepada-Ku. Sebab itu Aku laknat dia dan ketaatan serta ibadatnya selama ini menjadi sia-sia.”

Dengan keadaan seperti itu," Azazil pun merasa bingung dan hatinya bertanya-tanya “Siapakah Iblis yang dilaknat dan dicampakkan itu?

Sesungguhnya aku berlindung pada Allah daripada yang demikian itu?” bisik Azazil. Kemudian dia pergi menghadap Allah dan berkata “Ya Allah, izinkanlah aku untuk mengutuk Iblis itu.” Allah Subhanahu-wa-Ta’ala mengizinkannya dan dia pun mengutuknya selama seribu tahun lamanya.
Hingga akhirnya malaikat lain pun mengetahui perihal Iblis itu. Malaikat Israfil telah melihatnya ada tertulis di Lauhul Mahfuz.

Lalu,: Israfil menangis, malaikat-malaikat yang lain pun datang menjumpainya. Mereka bertanya kepadanya “Mengapa engkau menangis?
” Israfil menjawab “Aku telah melihat salah satu rahsia Tuhanku.” Sambil menceritakan apa yang dilihatinya itu.
Malaikat-malaikat yang datang itu pun turut menangis semua. Akhirnya mereka membuat keputusan sama-sama pergi untuk menjumpai Azazil yang terkenal dengan kemakbulan doanya itu.

Kemudian," Azazil pun berdoa “Ya Tuhanku, amankanlah mereka ini semua daripada qathiah (putus rahmat-Mu)” Dia doakan mereka dan lupa dia mendoakan untuk dirinya. Karena tidak terfikir dalam hatinya bagaimana mungkin kalau dia sendirilah Iblis yang akan dilaknat oleh Allah itu.

Menurut Ka’ab Al-Ahbar namanya adalah Nama-nama lain daripada Azazil :
• Al-Abid (yang banyak beribadat) di langit dunia.
• Al-Zahid (yang zuhud) di langit kedua.
• Al-Arif (yang arif) di langit ketiga.
• Al-Wali (wali Allah) di langit keempat.
• Al-Iltaqa (yang menjumpai) di langit kelima.
• Al-Khazin (penjaga) di langit keenam.
• Azazil di langit ketujuh.
• Iblis di Lauhul Mahfuz.

Baik kita balik lagi kebahasan kita tentang Azazil yang pada waktu itu, rupanya sifat takbur telah mulai tumbuh dan tampak subur dan semakin subur sehingga menguasai dalam hati Azazil, tetapi hanya," Al-Alim Azza wa Jalla jualah mengetahui akan apa yang terkandung dalam hati Azazil.

Lalu," Allah berfirman “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah (pemimpin) di muka bumi ini.” Mereka berkata

“Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi itu orang yang akan membuat kerosakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami sentiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?

” Tuhan berfirman “Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Surah Al-Baqarah 30)

Kemudian Allah Subhanahu-wa-Ta’ala memerintahkan Jibrail turun ke bumi untuk mengambil tanah. Ketika Jibrail bermaksud mengambilnya, namun tanah itu berkata

“Sesungguhnya aku berlindung pada Allah daripada Engkau. Aku minta janganlah ambil aku.” Jibrail merasa kasihan. Dia kembali kepada Tuhan dan berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya tanah itu berlindung pada-Mu daripada aku kurangi atau ku ambil dia, maka tidak jadi ku ambilnya.”

Kemudian Allah Subhanahu-wa-Ta’ala perintahkan pula Malaikat Mikail Alaihi-Salam. Namun tanah itu tetap berlindung pada Allah seperti sebelumnya dan Mikail pun tidak sampai hati mengambilnya.

Kemudian Allah Subhanahu-wa-Ta’ala mengutuskan Malaikat Izrail iaitu malaikat maut. Tanah itu berkata kepadanya “Aku berlindung pada Allah daripada engkau ambil aku.” Malaikat maut menjawab “Aku juga berlindung pada Allah daripada kembali kepada-Nya tanpa melaksanakan suruhan-Nya.”

Malaikat maut mengambil tanah itu, sesuai dengan yang diperintahkan kepadanya. Dia ambil tanah dari pelbagai tempat dan jenis.Di antara tanah yang diambilnya ada tanah merah, tanah putih dan tanah hitam.
Itulah sebabnya manusia yang ada sekarang ini pun ada yang putih dan ada pula yang hitam.

Dia membawa tanah itu kepada Allah. Tanah itu menjadi basah sehingga menjadi lumpur. Allah Subhanahu-wa-Ta’ala pun mula menjadikan Adam untuk menandingi kehebatan Azazil atau supaya dia tidak sombong.
Pada mulanya tubuh Adam hanya jasad tanah selama empat puluh tahun.

 Ketika para malaikat melalui tempat itu, mereka terperanjat. Yang paling terperanjat ialah Azazil. Sebab pernah pada suatu hari Azazil lalu di hadapan pada jasad Adam Alaihi-Salam, kemudian dia pukul sehingga keluar suara seperti tembikar yang dipukul.

Kemudian Azazil bertanya kepada jasad Adam. “Untuk apa engkau diciptakan?” Setelah itu dia masuk dari mulutnya dan keluar dari duburnya.

Lalu dia berkata kepada para malaikat “Jangan takut dan segan kepada jasad ini. Dia ini tidak ada kelebihan. Nanti akan ku hancurkan dia.”

Tatkala sudah sampailah masa yang dikehendaki Al-Khaliq Azza wa Jalla untuk meniupkan roh-Nya ke dalam jasad Adam Alaihi-Salam.

Kemudian Dia berkata kepada para malaikat “Apabila nanti Aku tiupkan roh kepadanya, maka sujudlah kamu kepadanya.

Lalu” Allah Subhanahu-wa-Ta’ala mula meniupkan roh ke dalam jasad Adam.
Sekedar Catatan dalam kisah lain Allah jua memerintahkan pada Izrail suya memaksa agar Ruh Adam Itu Mahu masuk Pada Jasadnyanya itu dan," Apabila roh sudah masuk ke dalam kepala Adam, dia pun bersin.
Mendengar yang demikian para malaikat berkata “YarhamukAllah.” Apabila roh sudah sampai ke matanya, matanya terus terbuka dan melihat buah-buahan syurga.

Tatkala roh sudah sampai ke dalam perutnya, Nabi Adam Alaihi-Salam terus lapar dan mahu melompat mengambil makanan-makanan yang ada di dalam syurga padahal rohnya baru sampai di pusat dan masih kaku kerana belum dimasuki roh. Begitulah sifat manusia yang selalu ingin tergesa-gesa.

Setelah Adam mempunyai roh dan hidup secara sempurna, maka sujudlah semua malaikat kecuali Azazil yang enggan dan takbur.

Ketika Allah Subhanahu-wa-Ta’ala bertanyakan kepada dia “Mengapa engkau tidak mahu sujud?” Azazil menjawab “Aku lebih baik daripadanya.

Aku tidak mahu sujud kepada manusia yang Engkau ciptakan dari tanah.”
Dalam sebuah riwayat dikatakan," Aisyah Radhi-Allahu-anha berkata “Rasulullah Sal-Allahu-Alaihi-wa-Salam ada bersabda “Allah Subhanahu-wa-Ta’ala telah menciptakan malaikat dari nur Arasy, menciptakan jin dari nyala api dan menciptakan Adam dari apa yang disifatkan bagi kamu.”

Ketika Allah Subhanahu-wa-Ta’ala bertanya kepada Azazil mengapa tidak mahu sujud kepada Adam, dia menjawab “Aku lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan aku dari api sedangkan Engkau ciptakan dia dari tanah.”

Berarti Azazil Laknatullah-Alaih itu hanya melihat asal kejadian Adam dan tidak melihat siapa yang menyuruhnya.

Kejadian Adam dan tidak melihat siapa yang menyuruhnya. Sepatutnya walaupun dia tidak menghormati Adam tetapi dia mesti taat kepada Allah yang menyuruhnya supaya sujud kepada Adam.

Azazil tidak mahu sujud bahkan timbul hasad dalam dirinya. Dia cemburu melihat Adam yang sudah dimuliakan Allah itu. Dia tidak mahu sujud dan takbur. Padahal sifat takbur dan membesar diri itu hanyalah layak bagi Al-Haq Azza wa Jalla dan cukup tercela dan membuat orang tidak boleh masuk syurga.

Dalam hadis sahih ada menyatakan “Tidak akan masuk syurga orang yang dalam hatinya ada seberat zarah daripada sifat takbur.”

Dalam hati Azazil ada sifat takbur, pembangkangan dan kekufuran yang menyebabkan dia dijauhkan dari rahmat Allah Subhanahu-wa-Ta’ala.

" Firman Allah “Maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Ia enggan dan takbur dan adalah dia termasuk dari golongan orang-orang yang kafir.” {Surah Al-Baqarah ayat 34}

Ketika itu Azazil sudah dihukum kafir. Sejak itu namanya disebut Iblis, yang artinya jauh. Dia menjadi jauh dari rahmat Allah dan dikeluarkan dari syurga.

Sejak itu pula dia cukup marah dan dendam melihat Adam. Dia berazam untuk mengganggu dan menjerumuskan Adam serta anak cucunya.

" Firman Allah Surah Al-Israa ayat 62 “Dia (Iblis) berkata “Terangkanlah kepadaku, inilah orang-orang yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, nescaya benar-benar akan aku sesatkan anak cucunya kecuali sebahagian kecil.”

Maka allah ber'firman dalam Surah Al-A’raaf ayat 13 “Turunlah engkau dari syurga itu (wahai Iblis), kerana engkau tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya.

Maka keluarlah, Sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang hina.”
Selanjutnya," Iblis memohon kepada Allah Subhanahu-wa-Ta’ala supaya dipanjangkan umurnya sampai hari kiamat, ternyata Allah Subhanahu-wa-Ta’ala menerimanya permintaannya itu kerana ada hikmahnya.

Selanjutnya kemudian Iblis mula membuat strategi bagaimana caranya menjerumuskan Adam. Dia begitu benci dan dendam kepada Adam kerana dia merasa Adamlah yang menyebabkannya dibuang dari syurga.

Dan Adam juga yang telah menyebabkannya menjadi hina. Kononnya disebabkan Adam dia tidak mendapat nikmat lagi dan dijauhkan dari rahmat Allah Subhanahu-wa-Ta’ala.

Kerana geramnya melihat Adam, dia berjanji kepada Allah akan menggoda dan menyesatkan Adam bersama anak cucunya, sesuai dengan Firman Allah.

“Iblis menjawab “Kerana Engkau tealh menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus.

Kemudian saya akan mendatangi mereka dari depan dan belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakkan mereka bersyukur (taat).” Surah Al-A’raaf ayat 16-17

 “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:
“Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al Baqarah : 34)

Catatan ;
Azazil sang Iblis diciptakan dari kemurnian cinta.
Dia tercipta dari api suci. Pengetahuannya adalah pengetahuan Allah.
Dia ahli makrifat yang sangat luar biasa.

Azazil adalah imam para malaikat, termasuk Jibril pun menjadi makmumnya.
Keimannya sangat tinggi. Dan dia juga sesosok makhluk monotheis sejati.
Dia hanya melihat, bahwa tidak ada yang wujud kecuali Allah sendiri. Bahkan, dia juga mengingkari keberadaan dirinya sendiri, dengan pemahaman yang sangat tinggi, dan kualitas cinta yang murni.
Hanya Allah lah yang ada baginya.”

“Logikamu takan mampu mengukur, apalagi menjelaskannya.
Maka tahanlah diri, karena takan sanggup kau cerna. Jangan abaikan beban ini, jagalah keseimbanganmu agar tidak cacat adanya.

Apalagi sampai jadi alasan, bagi pengemis untuk mengeluh. Kata-kata segala ilmu pengetahuanmu, sungguhkah berguna pada saatnya nanti?

Pengetahuan berjalan tertatih dengan kaki yang patah. Tapi kematian datang menyeruduk tak kenal ampun.”
Selanjutnya mari lanjutkan lagi kebahasan kita Tentang Azazil,"

Azâzîl (dalam bahasa Arab : عزازل, Inggris : Azazel, Izazil) adalah nama asli dari Iblis. Ia merupakan nenek moyang para Jin.

Menurut legenda, sebelum diciptakannya Adam, Azâzîl pernah menjadi imam para malaikat atau Sayyid Al-Malaikat (Penghulu para Malaikat), Khazin Al-Jannah (Bendaharawan Surga), dan Abu Al-Jan (Bapak para Jin).

Adapun penciptaan
Azâzîl terdiri atas al-‘azâz yang berarti ‘hamba’, dan al-îl yang berarti ‘melata’. Kata al-‘azâz berasal dari al-‘izzah, yang berarti kebanggaan atau kesombongan.

Dinamakan demikian, karena ia tercipta dari Api. Kata al-‘azâz (العزاز) terdiri dari empat huruf, yaitu huruf ‘ain, zây, alif, dan zây yang kedua. Dari tiap huruf menunjukkan sepak terjang pemilik nama tersebut, yaitu : Iblis.

Dari huruf ‘ain muncul kata ‘ulluw ‘kesombongan’, dari huruf zây muncul kata zuhw ‘sikap takabur’, dari huruf alif muncul kata ibâ’ ‘pembangkangan’, dan istikbâr ‘sifat angkuh’. Kesombongan, sikap takabur, pembangkangan, dan sifat angkuh merupakan sifat-sifat yang dimiliki Iblis. Inilah tafsir nama asli Iblis, yaitu “Azâzîl”.

Sebelum Penciptaan Adam
Sebelum dilaknat oleh Allah SWT, Azâzîl memiliki wajah cemerlang lagi rupawan, mempunyai empat sayap, banyak ilmu, terbanyak dalam hal ibadah, serta menjadi kebanggan para malaikat.
Dia juga pemimpin para malaikat karubiyin dan masih banyak lagi.

Setelah Penciptaan Adam
Setelah enggan untuk bersujud kepada Adam, Allah merubah mukanya yang sangat indah cemerlang, menjadi bentuk yang sangat buruk, seperti babi hutan, kepalanya seperti unta, dan dadanya seperti daging yang menonjol di atas punggung, lalu Allah menyebutnya dengan Iblis.

Wajah yang ada di antara dada dan kepala, seperti wajah kera, kedua matanya terbelah di sepanjang permukaan wajahnya.

Lubang hidungnya terbuka lebar, seperti cerek tukang bekam, kedua bibirnya seperti bibir lembu, taringnya keluar seperti taring babi hutan, serta janggut sebanyak tujuh helai.
Kisah Azazil

Kisah tentang kesombongan, takabur, berbangga diri, adalah sebuah kisah yang lebih tua dibanding penciptaan manusia. Ia hadir dan berawal ketika manusia masih dalam perencanaan penciptaan.

Karena hanya iblis dan para malaikat makhluk yang diciptakan sebelum manusia, kesombongan sejatinya berhulu dari iblis, yaitu Azazil. Makhluk yang dikenal penduduk surga karena doanya mudah dikabulkan oleh Allah, bahkan para malaikat pernah memintanya untuk mendoakan agar mereka tidak tertimpa laknat oleh Allah.

Alkisah, suatu ketika saat berkeliling di surga, malaikat Israfil mendapati sebuah tulisan :”Seorang hamba Allah yang telah lama mengabdi akan mendapat laknat dengan sebab menolak perintah Allah.”

Tulisan yang tertera di salah satu pintu surga itu, tak pelak membuat Israfil menangis. Ia takut, kalau itu adalah dirinya. Beberapa malaikat lain juga menangis dan punya ketakutan yang sama seperti Israfil, setelah mendengar kabar perihal tulisan di pintu surga itu.

Mereka lalu sepakat mendatangi Azazil, dan meminta di doakan agar tidak tertimpa laknat dari Allah. Setelah mendengar penjelasan dari Israfil dan para malaikat yang lain, dan atas permintaan mereka, Azazil pun lalu memanjatkan doa kepada Allah SWT :

“Ya Allah. Janganlah Engkau murka atas mereka.”
Di luar doanya yang mustajab, Azazil dikenal juga sebagai Sayidul Malaikat alias penghulu para malaikat, dan Khazinul Jannah (bendaharawan surga). Semua lapisan langit dan para penghuninya, menjuluki Azazil dengan sebutan penuh kemuliaan meski berbeda-beda :

* Lapisan langit pertama (Ar-Rafii’ah), ia berjuluk Al-Abid, ahli ibadah yang mengabdi luar biasa kepada Allah

* Lapisan langit kedua (Al-Maa’uun), julukan pada Azazil adalah Ar-Raki atau ahli ruku kepada Allah
* Lapisan langit ketiga (Al-Maziinah), ia berjuluk As-Saajid atau ahli sujud kepada Allah
* Lapisan langit keempat (Az-Zahirah), ia dijuluki Al-Khaasyi, karena selalu merendah dan takluk kepada Allah

* Lapisan langit kelima (Al-Muniirah), menyebut Azazil sebagai Al-Qaanit, karena ketaatannya kepada Allah
* Lapisan langit keenam (Al-Khaliishah), ia bergelar Al-Mujtahid, karena ia bersungguh-sungguh ketika beribadah kepada Allah

* Lapisan langit ketujuh (Al-Ajiibah), ia dipanggil Az-Zahid, karena sederhana dalam menggunakan sarana hidup

Selama 120 ribu tahun, Azazil, si penghulu para malaikat menyandang semua gelar kehormatan dan kemuliaan, dan selama 700 ribu tahun ia menjadi penyembah Allah yang paling taat, hingga tibalah ketika para malaikat melakukan musyawarah besar atas undangan Allah.

Ketika itu, Allah, Dzat pemilik kemutlakan dan semua niat, mengutarakan maksud untuk menciptakan pemimpin di bumi : “Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah (pemimpin) di muka bumi.” (QS. Al Baqarah : 30)

Hampir semua malaikat serentak menjawab kehendak Allah itu :
“Ya Allah, mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi, yang hanya akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau.” (QS. Al Baqarah : 30)

Allah menjawab kekhawatiran para malaikat dan meyakinkan :
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah : 30)

Allah lalu menciptakan manusia pertama yang diberi nama Adam. Kepada para malaikat, Allah memperagakan kelebihan dan keistimewaan Adam, yang menyebabkan para malaikat mengakui kelebihan Adam atas mereka.

Lalu Allah menyuruh semua malaikat agar bersujud kepada Adam, sebagai wujud kepatuhan dan pengakuan atas kebesaran Allah. Seluruh malaikat pun bersujud atas perintah itu, kecuali Azazil.

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al Baqarah : 34)

Pembangkangan Dan Pengusiran Dari Surga
Sebagai penghulu para malaikat, dengan segala gelar dan sebutan kemuliaan, Azazil merasa tak pantas bersujud kepada makhluk lain termasuk Adam, kecuali hanya pada Allah SWT, karena merasa penciptaan, pencitraan, dan status dirinya yang lebih baik.

Allah melihat tingkah dan sikap Azazil, lalu bertanya sembari memberi gelar terbaru baginya, dengan sebutan Iblis :

“Hai Iblis, apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua tanganKu? Apakah kamu menyombongkan diri (takabur), ataukah kamu merasa termasuk orang-orang yang lebih tinggi?” (QS. Shaad : 75)

Mendengar pernyataan Allah yang murka terhadap pembangkangannya, bukan permintaan ampun yang keluar dari Azazil, namun sebaliknya, ia malah menantang Allah dan berkata :

“Ya Allah, aku (memang) lebih baik dibandingkan Adam. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan Adam Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Al A’raf : 12) (QS. Shaad : 75)

Mendengar jawaban Azazil yang sombong, Allah berfirman :
“Keluarlah kamu dari surga. Sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk.” (QS. Shaad : 77)

Azazil alias Iblis, sejak saat diusir dan tidak lagi berhak menghuni surga. Kesombongan dirinya, yang merasa lebih baik, lebih mulia, dan sebagainya dibanding makhluk lain, telah menyebabkannya menjadi penentang sejati Allah SWT yang paling nyata. Padahal Allah sungguh tak menyukai orang-orang yang sombong dan takabur.

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong, dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman : 18-19)

Bibit kesombongan dari Azazil sejatinya sudah bersemai sejak Israfil dan para malaikat mendatanginya agar mendoakan mereka kepada Allah. Waktu itu, ketika mendengar penjelasan Israfil, Azazil berkata :

“Ya Allah! HambaMu yang manakah yang berani menentang perintahMu, sungguh aku ikut mengutuknya.”
Azazil lupa, dirinya adalah juga hamba Allah, dan tak menyadari, bahwa kata “hamba” yang tertera pada tulisan di pintu surga, bisa menimpa kepada siapa saja, termasuk dirinya.

Lalu, setelah mendengar ketetapan Allah yang mengusirnya dari surga, Iblis semakin nekat seraya meminta kepada Allah agar diberi dispensasi, dan berkata :

“Ya Allah, beri tangguhlah aku sampai mereka ditangguhkan.” (QS. Shaad : 79)
Allah bermurah hati, dan Iblis mendapat apa yang dia minta, yaitu masa hidup panjang selama manusia masih hidup di permukaan bumi sebagai khalifah, dalam firmanNya :

“Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat).” (QS. Shaad : 80-81)

Dasar Iblis, Allah yang maha pemurah, masih juga ditawar. Ia lantas bersumpah akan menyesatkan Adam, anak cucunya, beserta seluruhnya, kecuali hamba-hamba yang mukhlis di antara mereka.
“Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka.” (QS. Shaad : 82-83)

Maka kata Allah :
“Yang benar adalah sumpahKu dan hanya kebenaran itulah yang Kukatakan. Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka jahanam dengan jenis dari golongan kamu dan orang-orang yang mengikutimu di antara mereka semuanya.”(QS. Shaad : 84-85)

Misi Tipu Daya Dilancarkan
Manusia pertama yang menjadi korban atas usaha penyesatan yang dilakukan oleh Iblis, tentu saja adalah Adam dan Hawa. Dengan tipu daya dan rayuan memabukkan, Nabi Adam AS dan Siti Hawa lupa pada perintah dan larangan Allah.

Keduanya baru sadar setelah murka Allah turun. Terlambat memang, nasi sudah menjadi bubur, karena hal itu Adam dan Hawa diusir dari surga dan ditempatkan di bumi.

Sukses Iblis tersebut menjadikan Adam dan Hawa sebagai korban pertama penyesatannya, dan tak bisa dilihat sebagai sebuah kebetulan. Adam dan Hawa, bagaimanapun adalah Bapak dan Ibu seluruh manusia di muka bumi, awal dari semua sperma dan indung telur.

Mereka berdua menjadi tolak ukur keberhasilan atau ketidakberhasilan Iblis dalam menjalankan misi tipu daya dan menyesatkan manusia. Jika asal usul seluruh manusia saja berhasil disesatkannya, apalagi anak cucunya?

Singkat kata, kesesatan yang di dalamnya ada sombong, takabur, selalu merasa paling hebat, lupa bahwa masih ada Allah, juga sangat bisa menular kepada manusia sampai kelak di ujung zaman.

Tipu Daya Terhadap Anak Cucu Adam Dan Hawa
Di banyak riwayat, banyak kisah tentang kaum atau umat terdahulu yang takabur menentang dan memperolokkan hukum-hukum Allah, sehingga ditimpakan kepada mereka azab yang mengerikan. Kaum Aad, Tsamud, umat Nuh, kaum Luth, dan Bani Israil adalah sedikit contoh dari bangsa-bangsa yang takabur dan sombong, lalu mereka dinistakan oleh Allah, senista-nistanya.

Karena sifat takabur pula, sosok-sosok seperti Fir’aun si Raja Mesir kuno, Qarun, Hamaan, dan Abu Jahal juga mendapatkan azab yang sangat pedih di dunia dan pasti di akhirat nanti.

Pada zaman sekarang, manusia sombong yang selalu menentang Allah bukan semakin berkurang, sebaliknya malah bertambah dan menjadi-jadi. Ada yang sibuk mengumpulkan harta, dan lalu menonjolkan diri dengan kekayaannya.

Yang lain rajin mencari ilmu, namun kemudian takabur dan merasa paling pintar.
Sebagian berbangga dengan asal usul keturunan; turunan ningrat, anak kiai, dan sebagainya. Ada juga yang merasa diri paling cantik, paling putih, paling mulus, paling-paling dibanding manusia lain.

Mereka yang beribadah, shalat siang malam, puasa, zakat, dan berhaji merasa paling saleh dan sebagainya.
Ada yang meninggalkan perintah-perintah Tuhan hanya karena mempertahankan dan bangga dengan budaya warisan nenek moyang, dan seolah-olah segala sesuatu di luar budaya itu tak bernilai.

Tak sedikit juga yang mengesampingkan larangan-larangan Allah hanya karena mengejar era laju perkembangan zaman modern yang selalu dibangga-banggakan.

Sebagai manusia, orang-orang semacam itu tak bermanfaat sama sekali. Mata jasmani mereka memang melihat, tapi mata hatinya sudah buta melihat kebenaran dan kebesaran Allah.

Allah telah dijadikan nomor dua, sementara yang nomor satu adalah diri dan makhluk lain di sekitar dirinya.
Hati mereka menjadi gelap, tanpa nur iman sebagai pelita. Akal mereka tidak dapat membedakan antara yang hak (benar), dengan yang batil (salah).

“Kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri (takabur).” (QS. Al Muddatstsir : 23)
Iblis sebagai pelopor sifat takabur selalu mendoktrin kepada siapa saja sifat takabur, dan mewariskannya kepada jin dan manusia.

Tujuannya jelas, untuk menyebarkan sumpah (Iblis) pada golongannya, sebagaimana golongan setan dari jenis jin.

Iblis dan pasukannya para setan yang terkutuk tentu menjadi bagian yang dominan untuk menjerumuskan dan menyesatkan bangsa jin, begitu pula setan dari golongan jenis manusia, sangat dominan untuk menjerumuskan dan menyesatkan bangsa manusia.

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al A’raaf : 179)

Demikianlah bahasan kita kali ini dalam kisah Azazil yang dulunya merupakan makhluk yang sangat patuh dan taat kepada Allah, Namun akhirnya Iblis menjadi yang sangat dikutuk dan dilaknat oleh Allah SWT, karena kesombongan, dan ketakaburannya, karena merasa hebat dibandingkan makhluk-makhluk ciptaan Allah lainnya.

Dan olehkarenanya marilah kita bersama-sama memohon perlindungan kepada Allah dari segala godaan Iblis yang terkutuk Aamiin..."Wassalam,~

1 komentar: