Jumat, 30 Mei 2014

Aku Bangga Jadi Seorang Muslim


" Di antara nikmat yang tidak terhitung bagi kita semuaadalah ni’matulwujud ataunikmat kehidupan. Bahwa kita dijadikan salah satu makhluk-Nya yang dimuliakanyang hidup di alam raya ini.

Kehidupan ini memberikan kepada kita hak-hak yangluar biasa banyaknya setelah Allah swt memberikan eksistensi / keberadaan dirikita dalam kehidupan. 

Karunia kedua, ni’matul insan, faktabahwa kita adalah manusia yang ditetapkan sebagai makhluk yang memilikikelebihan, keunggulan dalam struktur jasmani dan ruhani dibandingmakhluk-makhluk lainnya.

Karunia ketiga, ni’matul ‘aql ataukarunia akal. Allah swt memberi kepada kita kemampuan membaca dan menulis,kemampuan untuk menjelaskan, kekuatan untuk memahami ayat-ayat-Nya yangtersurat dan tersirat, diantara ayat-ayat-Nya yang tidak tertulis adalahfenomena di alam raya ini.

Lebih dari pada itu, ada karunia yang jauh lebih besar.Yakni, ni’matulhidayah ilal Islam (karuniapetunjuk menjadi seorang Muslim). Inilah nikmat yang paling mulia dan palingberharga.

Dan ini tidak Allah berikan kepada semua manusia,melainkan hanya kepada kita.
“Sesungguhnya kenikmatan beragama hanya Aku berikan kepada hamba yang Akupilih dari hamba-hamba-KU yang shalih.” (al Hadits).

Karena itu nikmat ini haruslah kita syukuri. Inilah jalansatu-satunya yang Allah berikan kepada kita agar kita mendapatkebaikan/kemuliaan di dunia dan di akhirat.

“Jika kamu mensyukuri nikmat-Ku, pasti akan Aku tambah. Tapi jika kamumengingkari nikmat-Ku, ketahuilah bahwa adzab-Ku pasti pedih .”(QS. Ibrahim (14) : 7)

Mensyukuri nikmat hidayah Islam itu dengan beberapa cara.

Pertama, syukurinikmat ini dengan menumbuhkan perasaan bahwa kita bangga dan mulia denganberagama Islam. Olehkarenanya kitaharus merasa bangga, dan percaya diri bahwa kita adalah orang Islam. Katakan kepadasemua orang dengan penuh kebanggaan, ”Saya adalah orang Islam. Saya adalah umattauhid. Saya adalah umat al-Qur’an. Saya adalah umat Muhammad saw.”

Dahulu para sahabat sangat bangga menjadi Muslim. Mereka mengatakan, ”Ayahkuadalah Islam. Tiada lagi selain Islam. Apabila orang bangga dengan suku,bangsa, kelompok, marga, perkumpulan, paham mereka, tapi aku bangga nasabku adalahIslam.

Suatu ketika Salman Al-Farisi radhiyallahu anhu ditanya,”Keturunan siapa Kamu ?” Salman yang membanggakan keislamannya, tidakmengatakan dirinya keturunan Persia, tapi ia mengatakan dengan lantang, ”Saya puteraIslam.

” inilah sebabnya Rasulullah saw mendeklarasikan bahwa, ”Salman adalahbagian dari keluarga kami, bagian dari keluarga Muhammad saw.”

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْاْ إِلَى كَلَمَةٍ سَوَاءبَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلاَّ نَعْبُدَ إِلاَّ اللّهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئاًوَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضاً أَرْبَاباً مِّن دُونِ اللّهِ فَإِن تَوَلَّوْاْفَقُولُواْ اشْهَدُواْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
“Katakanlah, Hai Ahli kitab marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yangtidak ada perselisihan antara kami dan kamu bahwa tidak kita sembah kecualiAllah dan tidak kita persekutukan Dia dengan suatupun dan tidak (pula) sebagiankita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain daripada Allah. Jikamereka berpaling maka katakanlah, bahwa kami adalah orang-orang yangmenyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Ali Imran (3) : 64).

Maka tatkala ia merasakan keingkaran dari mereka (BaniIsrail) berkatalah dia, Siapakah yang menjadi penolong-penolongku untuk(menegakkan agama) Allah? para hawariyyin (sahabat-sahabatsetia) menjawab: Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. “Kami beriman kepadaAllah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yangmenyerahkan diri.” (QS. Ali Imran (3) : 52).

Kita harus bangga bahwa kita adalah Muslim. Karenafaktanya bahwa Islam itu diturunkan sebagai misi di mana Muhammad saw sebagaiRasulnya, juga diturunkan ke muka bumi dengan tujuan menyebarkan kasih sayang.

Karena itu kita haruslah bangga, karena kitalah yang dinanti-nanti/dirindukanoleh umat manusia. Kita rahmat bagi alam semesta ini. Kita bagaikan air yangdirindukan oleh orang yang haus dahaga. Kita adalah makanan yang sedangdimimpikan oleh orang yang lapar. Kita adalah thabib yangditunggu-tunggu para pasien.

Fakta lain, kita harus bangga menjadi Muslim, adalahbahwa kita mempunyai kitab suci. Al-Qur’an sendiri telah menjamin bahwa kitabini tidak mungkin ternodai. Tidak satu huruf atau titik pun yang akan merubahkesucian al-Qur’an yang sudah pasti di pelihara oleh Allah.

Karena itukebenaran al-Qur’an akan tetap abadi. Al-Qur’an yang ada di Indonesia adalahal-Qur’an yang ada dan dibaca oleh saudara-saudara kita di muka bumi lain.Al-Qur’an yang dicetak di Indonesia, Arab Saudi, Mesir adalah al-Qur’an yangdicetak di seluruh dunia.

Oleh karena itu, kita mempunyai alasan yang sangatkuat bahwa kitalah pihak yang paling berhak menyampaikan kebenaran dari Allahkepada seluruh umat manusia.
Menjadi rahmat

Kita adalah rahmat untuk seluruh umat manusia. Rahmatbagi yang jauh dan dekat. Rahmat dalam keadaan damai dan keadaan perang. Rahmatuntuk Muslimin dan Muslimat. Rahmat untuk manusia dan binatang. Rahmat untukMuslim dan non-Muslim.

Rahmat untuk lingkungan sosial kita. Al-Quran sendiriyang terdiri dari 114 surat, semuanya diawali dengan bismillahirrahmanirrahimkecuali surat at Taubah. Ini menunjukkan bahwa sifat yang menonjol, dan melekatpada diri Allah SWT adalah Ar Rahman dan Ar Rahim.

Rahmat-Nya agung, Rahmat-Nyaselalu mengalir, membasahi seluruh alam. Panutan kita Rasulullah saw dalam perihidupnya memiliki sikap kasih sayang. Demikianlah Allah swt memuliakan kitadengan Al-Qur’an dan Rasul-Nya.

Cobalah perhatikan, pernah dalam suatu pertempuranRasulullah saw menyaksikan ada seorang perempuan yang ikut terbunuh. Lalubeliau mengatakan kepada para sahabatnya, ”Tidak mungkin perempuan ini ikutberperang sehingga ia tidak layak di bunuh.

” Demikian rahmat Islam dalampeperangan. Rasulullah saw melarang umatnya untuk membunuh perempuan,anak-anak, orang tua, para pendeta, merusak tempat ibadah, memotong pohon.

Perang adalah perkara yang sangat dibenci dalam Islam meskipun perang itusebagai kenyataan yang dipaksakan dalam kehidupan. Itulah sebabnya Islammenjelaskan bahwa kita adalah rahmat untuk manusia sekalipun kita berperang.

Tidak ada manusia yang mencintai perang. Tidak adamanusia yang senang dengan pertumpahan darah. Oleh karena itu, ketikaRasulullah saw ada kesempatan untuk membunuh lawan-lawannya dalam peristiwa FathuMakkah (pembebasankota Makkah), tapi itu tidak pernah dilakukan oleh beliau.

Ketika seluruh orangQuraisy berkumpul di sekeliling masjidil Haram sebagai pihak yang kalah,Rasulullah saw bertanya kepada mereka,

”Apa yang kalianduga yang akan saya lakukan kepada kalian?” orang-orang Quraisy itu tertundukdengan mengatakan, ”Kami menduga engkau pasti akan melakukan sesuatu yang baikbagi kami karena engkau adalah saudara kami yang mulia (akhun karim),

”Kemudian Rasulullah saw mengatakan kepada mereka, ”idzhabufaantum thulaqa’. laayatsriba ‘alaikumul yaum. (Hari ini tidak ada dendam. Hari ini kalian bebassemuanya. Pergilah semuanya, kalian bebas.

Lihatlah bagaimana Rasulullah memperlihatkan kasihsayang, ketulusan dan kecintaannya. Bandingkan dengan karikatur yangdigambarkan oleh orang-orang Denmark tentang Rasulullah dengan kartun yangmenggambarkan Rasulullah dikelilingi perempuan sambil menghunus pedang.

Itusangat berlawanan (kontradiktif) dengan kemuliaan dan kasih sayang Rasulullahsaw. Karena ternyata fakta sejarah menunjukkan Rasulullah saw justru mampumemunculkan rasa kasih sayang hingga dalam situasi beliau mampu melakukan apasaja terhadap musuh-musuhnya.

Bila kewajiban kita adalah mensyukuri nikmat Islam, makakita harus bangga dengan Islam, dan itu artinya kita harus istiqamah dankonsisten serta konsekwen dengan ajaran Islam.

Namun tidak cukup dengan kata-katabahwa kita adalah Muslim, tapi kita harus mengamalkan apa yang diajarkan olehIslam. Islam harus mewarnai kehidupan kita, dalam cara berpikir, bersikap,merasa, dan dalam seluruh gaya hidup kita semuanya.

Islam sebagai pengarahtunggal dalam segala aspek kehidupan kita. Aspek ideologi, politik, sosial,ekonomi, kebudayaan dan pertahanan keamanan.

Jika kehidupan ini tidak ditemani oleh Islam akan membuatpemburunya kecewa dan akan terjadi penyesalan sepanjang hayat.

Olehkarena itu marilah kita jadikan Islam sebagai darah daging kita dan jati diri kita. Disinilah rahasia kemuliaan, kejayaan dan kemenangan kita secara mikro dan makro.

Tunjukkan keislaman kita dengan bentuk apa saja; kepribadian, perilaku, pekerjaandan hubungan. Di mana saja dan kapan saja. Sebab, jika orang Islam takbangga dengan Islam-nya, di situlah salah satu indikasi awal kemunduran Islamterjadi.

Wallahu a’lam.
sumber : .muslim-menjawab.

Kamis, 29 Mei 2014

Menjawab Sebuah Pertanyaan Mengenai : SIDRATUL MUNTAHA DAN TEMPAT MANUSIA AGUNG

Pertanya’annya :
Apakah rosul ketika mi'roj bertemu Allah di sidrotul muntaha ?’ Seumpama ketemu berarti Allah bersemayam di atas dong ? syukron.

Baiklah Saudaraku Sebagai Jawabannya:
Berikut ini aku bawakan berikut kutipannya dari Mutiara Hikmah Buya Yahya : Sidratil Muntaha dan Tempat Manusia Agung.

Bulan ini adalah bulan rojab, jutaan manusia dingatkan kepada sebuah peristiwa agung yang tidak pernahterjadi pada makhluk Allah SWT dari dulu hingga nanti kecuali kepada nabi Muhammad SAW. Peristiwa luar biasa Isra-mi'raj.

Ada hal yang sering dilupakan oleh kebanyakan orang tentang tempat mulya,’ Sidratul-muntaha, dan Mustawa, tempat yang Allah tidak memperkenankan siapapun menginjakkan kakinyadi sana kecuali Rasulullah SAW. Bahkan Malaikat Jibril paling mulyanya malaikatpun tidak berani dan tidak bisa sampai kepada tempat tersebut.

Hal lain lagi adalah naik turunya nabi Muhamad untuk mengambil pendapat dari Nabi Musa, berikut perbincangan Rasulullah SAW dengan Allah SWT di tempat tersebut. Kejadian dahsyat dan luar biasa ini sungguh mengagumkan hati ahli iman. Ini adalah memang urusan hati dan tidak akan bisa faham kejadian ini kecuali ahli iman.

Kejadian dahsyat dan luarbiasa (Isra-mi'raj) ini sungguh mengagumkan hati ahli iman. Ini adalah memang urusan hati dan tidak akan bisa faham kejadian ini kecuali ahli iman.

Hal yang perlu di cermati dibalik kisah luar biasa ini adalah hanyutya sebagian orang dalam irama kekaguman terhadap kisah sidratul-muntaha dan mustawa berikut dialog RasulullahSAW dengan Allah SWT.

Hingga sampailah pada titik keyakinan bahwa Rasulullah berdialog dengan Allah SWT di tempat itu karena menganggap disitulah tempat Allah SWT. Dan mungkin juga terbayang sebuah suasana hening saling duduk berhadapan dan berdampingan antara Allah SWT dengan Rasulullah SAW.

Inilah kesesatan aqidah bahkan itulah kekafiran yang tersembunyi dibalik sebuah keyakinan. Disinilah orang sering salah alamat, seolah telah meyakini Tuhan Allah SWT yang (laisakamtslihi syaiun) tidak diserupai aleh apa dan siapapun, akan tetapi ternyata telah tersesat di jalan menyerupakan Allah dengan makhlukNya. Meyakini Allah SWT bertempat, berhadap-hadapan dengan Rasulullah SAW adalah salah jalan dalam beriman kepada Allah SWT.

Begitu indah dan istimewanya perjalanan Isro-mi'roj, mempesonakan hati yamg mencari-cari keteduhan dibalik penghambakan kepada Allah SWT. Menghadirkan renungan dalam makna sambung komunikasi dengan Allah Yang Maha Agung yang terurai dalam kekhusukan dalam Sholat. Shalat yang lima waktu.

Akan tetapi Shalat yang semestinya penghambaan kepada Allah bisa berubah menjadi penyembahan kepa daberhala yang di hayalkan jika ternyata seorang yang lagi Sholat telah meyakini tuhanya duduk dan membutuhkan tempat, buah kesalah pahaman akan isra mi'rojnya Rasulullah.

Shalat yang semestinya penghambaan kepada Allah bisa berubah menjadi penyembahan kepada berhala yang di hayalkan jika ternyata seorang yang lagi Sholat telah meyakini tuhanya dudukdan membutuhkan tempat, buah kesalah pahaman akan isra mi'rojnya Rasulullah.

Sungguh benar Rasulullah SAW telah diperjalankan oleh Allah SWT dari masjidil-haram ke masjidil-aqsa lalu menembus langit ketujuh hingga albaitil-makmur dan sidratul-muntaha dengan ruh dan juga jasadnya. Lalu berdialog dengan Allah SWT. Itulah tempat kemulyaan yang hanya disediakan untuk memulyakan Rasulullah SAW saja.

Yang perlu diyakini bahwa tempat itu bulkanlah tempat Allah SWT. Sebab Allah SWT yang menciptakan tempat.Sebelum Allah SWT menciptakan tempat Allah SWT tidak butuh kepada tempat dan setelah Allah SWT menciptakan tempat Allah SWT tetap tidak butuh kepada tempat.Tidak bisa dan tidak boleh menyebut Allah SWT bertempat.

Bagi Allah SWT sangat mudah mengajak dialog khusus dengan Rasulullah SAW dimana saja. Bisa di Indonesia, Malaysia dan Amerika atau di bukit Tursina seperti yang pernah terjadi pada nabi Musa. Akan tetapi untuk seorang Nabi yang paling Allah SWT cintai dan di mulyakan, Allah SWT mengingikan dialog dengan kecintaanNya itu di tempat yang sangat istimewa yang tidak penah dijamah oleh apa dan siapapun.

Tempat tersebut adalahtempat untuk memulyakan Rasulullah SAW dan bukan tempatnya Allah SWT. Maha suciAllah SWT yang tidak diserupai oleh segala ciptaan Nya.
Wallahua'lam bishshowab.

Selanjutnya 'Seorang ulama Ahlussunnahwal Jama'ah, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, SayyidMuhammad bin Alwi Maliki menguraikan dalam kitabnya "Wa huwa bi al’ufuqal-a’la" yang diterjemahkan oleh Sahara, publisher dengan judul Semalam bersama Jibril ‘alaihissalam: Rekaman berbagai peristiwa besar sepanjang perjalanan akbar dari Mekkah al-Mukarramah menuju Sidrah al Muntaha padahalaman 284 dan 286 menyampaikan :

Dalam halaman 284 :
"Walaupun dalam kisahmi’raj yang didengar terdapat keterangan mengenai naik-turunnya Rasulullah, seorang muslim tidak boleh menyangka bahwa antara hamba dan Tuhannya terdapat jarak tertentu, karena hal itu termasuk perbuatan kufur. Na’udzu billah mindzalik.

Naik dan turun itu hanyalah dinisbahkan kepada hamba, bukan kepada Tuhan. Meskipun Nabi shallallahu alaihiwasallam pada malam Isra’ sampai pada jarak dua busur atau lebih pendek lagi dari itu, tetapi beliau tidak melewati maqam ubudiyah (kedudukan sebagai seorang hamba).

Nabi Muhammad shallallahualaihi wasallam dan Nabi Yunus bin Matta alaihissalam, ketika ditelan hiu dan dibawa ke samudera lepas ke dasar laut adalah sama hal ketiadaan jarak Allahta’ala dengan ciptaan-Nya, ketiadaan arahNya, ketiadaan menempati ruang,ketidak terbatasannya dan ketidak tertangkapnya. Menurut suatu pendapat ikan hiu itu membawa Nabi Yunus alaihissalam sejauh perjalanan enam ribu tahun. Hal ini disebutkan oleh al Baghawi dan yang lainnya.

Apabila anda telah mengetahui hal itu, maka yang dimaksud bahwa Nabi Shallallahu walaihi wasallam naik dan menempuh jarak sejauh ini adalah untuk menunjukkan kedudukan beliau dihadapan penduduk langit dan beliau adalah makhluk Allah yang paling utama. Penegertian ini dikuatkan dengan dinaikkannya beliau diatas Buraq oleh Allahta’ala dan dijadikan sebagai penghulu para Nabi dan Malaikat, walaupun Allah Mahakuasa untuk mengangkat beliau tanpa menggunakan buraq".

Halaman 286 :
"Ketahuilah bahwa bolak-baliknya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam antara Nabi Musaalaihissalam dengan Allah subhanahu wa ta’ala pada malam yang diberkahi itutidak berarti adanya arah bagi Allah subhanahu wa ta’ala. Mahasuci Allah darihal itu dengan sesuci-sucinya.

Ucapan Nabi Musa alaihissalam kepada beliau, “Kembalilah kepada Tuhanmu,” artinya: “kembalilah ke tempat engkau bermunajat kepada Tuhanmu. Maka kembalinya Beliau adalah dari tempat Beliau berjumpa dengan Nabi Musa alaihissalam ke tempat beliau bermunajat dan bermohon kepada Tuhannya.

Tempat memohon tidak berarti bahwa yang diminta ada di tempat itu atau menempati tempat itu karena Allah Subhanahu wa ta’ala suci dari arah dan tempat. Maka kembalinya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam kepadaNya adalah kembali Beliau meminta ditempat itu karena mulianya tempat itu dibandingkan dengan yang lain. Sebagaimana lembah Thursina adalah tempat permohonan Nabi Musa alaihissalam dibumi.

Walaupun beliau pada malam ketika mi’rajkan sampai menempati suatu tempat di mana Beliau mendengar gerak qalam, tetapi Beliau shallallahu alaihi wasallam dan Nabi Yunus alaihissalam ketika ditelan oleh ikan dan dibawa keliling laut hingga samapai ke dasarnya adalah sama dalam kedekatan dengan Allah ta’ala. Kaerena Allah Azza wa Jallasuci dari arah, suci dari tempat, dan suci dari menempati ruang.

Al Qurthubi di dalam kitabat-Tadzkirah, mengutip bahwa Al Qadhi Abu Bakar bin al-’Arabi al Maliki mengatakan, ‘Telah mengabarkan kepadaku banyak dari sahabat-sahabat kami dari Imam al-Haramain Abu al Ma’ali Abdul Malik bin Abdullah bin Yusuf al Juwaini bahwa ia ditanya,

“Apakah Allah berada di suatu arah?” Ia menjawab,“Tidak, Dia Mahasuci dari hal itu” Ia ditanya lagi, “Apa yang ditunjukkan oleh hadits ini?” Ia menjawab, “Sesungguhnya Yunus bin Matta alaihissalam menghempaskan dirinya kedalam lautan lalu ia ditelan oleh ikan dan menjadi berada di dasar laut dalam kegelapan yang tiga. Dan ia menyeru, “Tidak adaTuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim,” sebagaimana Allah ta’ala memberitakan tentang dia.

Dan ketika Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam duduk di atas rak-rak yang hijau dan naik hingga sampai ke suatu tempat di mana Beliau dapat mendengar gerak Qalam dan bermunajat kepada Tuhannya lalu Tuhan mewahyukan apa yang Ia wahyukan kepadanya, tidaklah Beliau shallallahu alaihi wasallam lebih dekat kepada Allah dibandingkan Nabi Yunus alaihissalam yang berada dikegelapan lautan. Karena Allah Subhanahu wa ta’ala dekat dengan para hambaNya.

Ia mendengar doa mereka, dan tak ada yang tersembunyi atasNya, keadaan mereka bagaimanapun mereka bertindak, tanpa adajarak antara Dia dengan mereka. Jadi, Ia mendengar dan melihat merangkaknya semut hitam di atas batu yang hitam pada malam yang gelap di bumi yang paling rendah sebagaimana Ia mendengar dan melihat tasbih para pengemban ‘Arsy di atas langit yang tujuh. Tidak ada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Ia mengetahui segala sesuatu dan dapat membilang segala sesuatu".

Jadi yang harus diyakini saat sholat itu gimana ?? kan banyak yg bilang, klo sholat itu dialog dgn Allah, menyembah Allah, apa yg harus dibayangkan ? Bukankah kita berkeyakinan Allah ada tanpa arah dan tempat...mohon penjelasannya..biar manteb tauhidnya..He heh...

Saudaraku '
Dalam penggalan riwayat sebuah hadits yang sangat masyhur disebutkan : ".......Lalu orang itu bertanya lagi : ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang ihsan.” (Beliau) menjawab:
“Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau". Darisitu bisa didapat Makna Ihsan dalam beribadah. Sebuah amal dikatakan hasan cukup jika diniati ikhlas karena Allah, adapun selebihnya adalah kesempurnaan ihsan. Kesempurnaan ihsan meliputi 2 keadaan :

1. Maqom Muraqobah yaitu senantiasa merasa diawasi dan diperhatikan oleh Allah dalam setiap aktifitasnya,
2. Maqom Musyahadah yaitu senantiasa memperhatikan sifat-sifat Allah dan mengaitkan seluruh aktifitasnya dengan sifat-sifat tersebut. Maqom ini lebih tinggi daripada maqom pertama. Jadi ihsan dalam beribadah BUKAN BERARTI DENGAN MEMBAYANGKAN Allah.

Demikianlah semoga saja dapat dijadikan bahan perenungan bagi kita semua Sumber diambil dari beberapa sumber,-