Minggu, 20 Februari 2011

PEMBAGIAN SIFAT-SIFAT ALLOH.

keseluruhan sifat-sifat yang wajib bagi Alloh itu terbagi menjadi empat bagian:
1. Sifat NAFSIAH yaitu suatu hal yang wajib bagi Dzat Alloh bersifat dengan
sifat WUJUD (Ada), yang wujudnya itu tidak disebabkan oleh suatu sebab apapun.
...Sifat Nafsiah ini hanya memiliki satu sifat, yakni WUJUDLihat Selengkapnya

· Anda, Dania Hidayat, Na Suhailyah, Ociey Wamena, dan 13 orang lainnya menyukai ini.
  • Yang ke-2: Sifat SALBIAH yaitu suatu sifat yang menafikan (meniadakan) semua sifat yang tidak layak bagi Alloh. Sifat salbiah memiliki lima sifat yaitu: Qidam (terdahulu,tanpa ada awalnya), Baqa' (kekal abadi), Mukhalafatu lil-Hawadits (ber...lawanan dengan sesuatu yang baru), Qiyamuhu Binafsihi (berdiri dengan dirinya sendiri), dan Wahdaniat (Esa dzat-Nya, sifat-Nya dan perbuatan-Nya).

    • Bagian yang Ke-3: Sifat MA'ANI yaitu semua sifat maujud yang berdiri pada Dzat Alloh yang maujud, yang mewajibkan Dzat itu bersifat dengan suatu hukum sifat ma'nawiyah. Sifat MA'ANI ini meliputi tujuh sifat yaitu: Qudrat=Kuasa, Iradat=Berkehendak, Ilmun=Mengetahui, Hayat=Hidup, Sam'un=Mendengar, Bashar=Melihat, dan Kalam=Berbicara.

      Yang Ke-4: Sifat MA'NAWIYAH yaitu suatu hal yang tetap (tsabit) bagi Dzat Alloh bersifat dgn sifat Ma'nawiyah. Terdapat ikatan yg kuat antara sifat Ma'ani & sifat Ma'nawiyah. Dan sifat Ma'nawiyah ini meliputi tujuh sifat yaitu: Qadirun=Yg Kuasa, Muridun=Yg Berkehendak, 'Alimun=Yg Mengetahui, Hayyun=Yg Hidup, Sami'un=Yg mendengar, Bashirun=Yg Melihat dan Mutakallimun=Yg Berbicara.

      Demikianlah telah kita bicarakan (di status) Duapuluh Sifat yg WAJIB bagi Alloh, dan Dua puluh Sifat yg MUSTAHIL bagi-Nya. Selanjutnya hanya Satu Sifat yg JA'IZ bagi Alloh yaitu: Fi'lu kulli mumkinin au tarkuhu=Melakukan segala yang mungkin atau meninggalkannya.
      Lihat Selengkapnya


    • Nurassajati Purnama Allam Saudaraku." jumlah Aqa-idul-Iman itu ada Empat puluh satu. Berikut ada sembilan aqa-id lainnya yg akan diterangkan di tautan brikutnya. Salam

9 : " AQA-IDUL-IMAN Yang Wajib Diyakini

Saudaraku." Wajib bagi setiap mukallaf mengetahui keempatpuluhsatu
Aqa-idul-Iman yg sudah dibicarakan, berikut sembilan aqa-id lainnya:
1. Wajib beri'tikad (meyakini) bahwasanya mustahil bagi Alloh
berkewajiban menciptakan makhluk, atau tidak menciptakannya (meninggalkannya).
Artinya JA'IZ bagi Alloh membuat atau tidak membuat.
  • Nurassajati Purnama Allam AQA-IDUL-IMAN ke-2 dari yang sembilan: Wajib berkeyakinan bahwa Alloh S.W.T.: TANAZZUHU TA'ALA 'ANIL A'ROODHI FII AF'ALIHII WA AHKAAMIHII= Maha Suci Alloh dari mengambil faedah dalam perbuatan-perbuatan dan hukum-hukum-Nya. Dengan pengertian lain, bahwa Alloh sama sekali tidak mengambil dan tidak memperoleh manfaat (keuntungan) apa pun dari sekalian hamba-Nya dalam seluruh perbuatan dan peraturan-Nya.
    • Nurassajati Purnama Allam
      AQA-IDUL-IMAN ke-3 dari yg sembilan: Wajib berkeyakinan bahwasanya MUSTAHIL bagi
      Alloh mengambil manfaat dari sekalian hamba-Nya. Karena apa saja yg dituntut Alloh dari hamba2nya,baik berupa peribadatan,ketaatan dsb,semuanya itu pd hakikatny...a utk kepentingan hamba itu sendiri,dan manfaatnyapun akan kembali kpd hamba tsb. Alloh sama sekali tdk membutuhkan kesemuanya itu &justru hamba itu sendirilah yg membutuhkannya.Lihat Selengkapnya
    • Nurassajati Purnama Allam
      AQA-IDUL-IMAN yg ke-4 dari sembilan:
      Wajib berkeyakinan AN LAA TA'-TSIIRO LISYAI-IN MINAL KAA-INAATI BIQUWWATIHII=Tidak ada sesuatupun dari alam ini yang bisa memberi (menimbulkan) pengaruh hanya dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Dengan ...pengertian lain, bahwa seorang hamba itu tidak memiliki daya dan upaya apa pun melainkan dengan izin dan kehendak Alloh belaka.Lihat Selengkapnya
    • Nurassajati Purnama Allam
      AQA-IDUL-IMAN Yg ke-5 dari sembilan:Wajib berkeyakinan bahwa alam ini MUSTAHIL memberi (menimbulkan) pengaruh hanya dgn mengandalkan kekuatan sendiri.
      Katakanlah: HAADZA MIN FADHLI ROBBIY A-ASY KURUU AM AKFUR=Ini se-mata2 dari karunia Tuhan-...KU, apakah aku bersyukur atau kufur. (QS An-Namal 40). Janganlah
      pernah merasa sdh cukup kuat dpt berdiri sendiri tanpa pertolongan,rahmat,taufik hidayah & karunia Alloh SWT.
      Lihat Selengkapnya
    • Nurassajati Purnama Allam
      AQA-IDUL-IMAN yg ke-6 dari Sembilan:
      Wajib berkeyakinan bahwa alam seluruhnya termasuk isinya adalah BARU (hadits). Dgn kata lain bahwa sebelumnya TIDAK ADA, kemudian menjadi ada setelah diciptakan. Firman-Nya: (Dia Alloh) yg menjadikan bumi... hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan hujan dari langit, lalu Dia hasilkan dgn hujan itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. (QS Al-Baqarah 2:22).Lihat Selengkapnya
    • Nurassajati Purnama Allam
      AQA-IDUL-IMAN yg ke-7 dari sembilan:
      Kita wajib beri'tikad (berkeyakinan) bahwasanya alam seluruhnya ini MUSTAHIL bersifat Qidam (terdahulu tanpa awalnya). Firman Alloh: HUWAL AWWALU WAL-AKHIRU WAZH-ZHOOHIRU WALBAATHINU, WAHUWA BIKULLI SYAI-...IN 'ALIIM = Dialah (Alloh) Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Hadid 57: 3).Lihat Selengkapnya
    • Nurassajati Purnama Allam
      AQA-IDUL-IMAN yg ke-8 dari sembilan: Wajib beri'tikad (berkeyakinan) bahwasanya "LAA TA'-TSIRO LISYAI-IN MINAL KAA INAATI BITHOBB-'IHII" Artinya Tidak ada sesuatu pun dari alam ini yang bisa memberi (menimbulkan) pengaruh dengan tabiatnya s...endiri.

      AQA-IDUL-IMAN Yang ke-9 lainnya, terakhir: Wajib beri'tikad bahwasanya sekalian alam ini MUSTAHIL memberi (menimbulkan) pengaruh dengan tabiatnya sendiri. Dengan demikian jumlah Aqa-idul-iman seluruhnya ada limapuluh, dan kesemuanya itu tercakup dalam makna kalimat: LAA ILAAHA ILLALLOOH yang bermakna: LAA MA'BUUDA BI HAQQIN - yakni tidak ada yang patut disembah dengan sebenarnya.

Menauladani Baginda Rasul

oleh Nurassajati Purnama Allam pada 20 Februari 2011 jam 6:28

 Assalamuallaikum wr wb.
Bissmillahirrahmanirrahim.
Sahabat, dalam rangka mengenang, Baginda Nabi Muhammad SAW.,tentunya banyak cara diantaranya  Catatan ringkas ini semoga menjadi perenungan buat kita. Berteladan kepada Nabi saw. Dia sejatinya uswah, pasti tidak akan membuat kita kecewa!

1) Kalau ada pakaian yang koyak, Nabi saw menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memerah susu kambing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual.

2) Setiap kali pulang ke rumah, bila belum tersaji makanan karena masih dimasak, sambil tersenyum beliau menyingsingkan lengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur. Aisyah menceritakan bahwa kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumahtangga.

3) Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula kembali sesudahnya.

4) Pernah beliau pulang menjelang pagi hari. Tentulah beliau teramat lapar waktu itu. Namun dilihatnya tiada apa pun yang tersedia untuk sarapan. Bahkan bahan mentah pun tidak ada karena ‘Aisyah belum ke pasar. Maka Nabi bertanya, “Belum ada sarapan ya Khumaira?’ Aisyah menjawab dengan agak serba salah, ‘Belum ada apa-apa wahai Rasulullah.’ Rasulullah lantas berkata, ‘Jika begitu aku puasa saja hari ini.’ tanpa sedikit tergambar rasa kesal di raut wajah beliau.

5) Sebaliknya Nabi saw sangat marah tatkala melihat seorang suami sedang memukul isterinya. Rasulullah menegur, ‘Mengapa engkau memukul isterimu?’ Lantas lelaki itu menjawab dengan gementar, “Isteriku sangat keras kepala! Sudah diberi nasihat dia tetap membangkang juga, jadi aku pukul dia.” Jelas lelaki itu.

“Aku tidak bertanya alasanmu,” sahut Nabi saw.

“Aku menanyakan mengapa engkau memukul teman tidurmu dan ibu dari anak-anakmu?”

6) Kemudian Nabi saw bersabda,”Sebaik-baik suami adalah yang paling baik, kasih dan lemah-lembut terhadap isterinya.’ Prihatin, sabar dan tawadlu’nya beliau dalam posisinya sebagai kepala keluarga langsung tidak sedikitpun merubah kedudukannya sebagai pemimpin umat.

7) Pada suatu ketika Nabi saw menjadi imam shalat. Dilihat oleh para sahabat, pergerakan Nabi antara satu rukun ke rukun yang lain agak melambat dan terlihat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi gemeretak seakan sendi-sendi di tubuh Nabi mulia itu bergeser antara satu dengan yang lain. Lalu Umar ra tidak tahan melihat keadaan Nabi yang seperti itu langsung bertanya setelah shalat.

‘Ya Rasulullah, kami melihat sepertinya engkau menanggung penderitaan yang amat berat. Sakitkah engkau ya Rasulullah?”

“Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sehat wal ‘afiat.”

“Ya Rasulullah.. .mengapa setiap kali engkau menggerakkan tubuh, kami mendengar suara gemeretak pada sendi-sendi tulangmu? Kami yakin engkau sedang sakit…” desak Umar penuh cemas.

Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Ternyata perut beliau yang kempis, kelihatan dililit sehelai kain yang berisi batu kerikil, untuk menahan rasa lapar beliau. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi gemeretak setiap kali bergeraknya tubuh beliau.

“Ya Rasulullah! Apakah saat engkau menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kemudian kami tidak akan mengusahakannya buat engkau?’

Lalu Nabi saw menjawab dengan lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di hadapan ALLAH nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?’ ‘Biarlah kelaparan ini
sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.”

8) Nabi saw pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah seorang tua yang dipenuhi kudis, miskin dan kotor.

9) Beliaupun hanya diam dan bersabar ketika kain sorbannya ditarik dengan kasar oleh seorang Arab Badawi hingga berbekas merah di lehernya. Begitupun dengan penuh rasa kehambaan beliau membersihkan tempat yang dikencingi seorang arab Badawi di dalam masjid sebelum beliau tegur dengan lembut perbuatan itu.

10) Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH swt dan rasa penghambaan yang sudah menghunjam dalam diri Rasulullah saw menolak sama sekali rasa ingin diistimewakan (dipertuan).

11) Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH langsung tidak dijadikan sebab untuknya merasa lebih dari yang lain, ketika di depan keramaian (publik) maupun saat seorang diri.

12) Pintu Syurga terbuka seluas-luasnya untuk Nabi, namun beliau masih tetap berdiri di sepinya malam, terus-menerus beribadah hingga pernah beliau terjatuh lantaran kakinya bengkak-bengkak.

13) Fisiknya sudah tidak mampu menanggung kemauan jiwanya yang tinggi. Bila ditanya oleh ‘Aisyah, ‘Ya Rasulullah, bukankah engaku telah dijamin Syurga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?’ Jawab baginda dengan lembut, ‘Ya ‘Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur.’

آللّهُمَ صَلّیۓِ ۈسَلّمْ عَلۓِ سَيّدنَآ مُحَمّدْ وَ عَلۓِ آلِ سَيّدنَآ مُحَمَّدٍ

Aamiin Wassalam.
 

    • Sang Habibah BaraQbah Assalammualaikum saudaraku
      semoga tetap terjaga iman dan keyakinan kita padaNYA hingga akan selalu mendapat Rahmat dan pertolonganNYA
      Aamiin....................Ya Robb

    • Nurassajati Purnama Allam Aamiin Aamiin Insya Allah dan semoga Allah senantiasa merahmati kita semua Aamiin...Wassalam

    • Nurassajati Purnama Allam
      • Akhlak.

      Dalam sebuah." Hadits Qudsi tentang Khasanah Tersembunyi (Kanzun Makhfiy); penggalian pengetahuan mengenai diri-sendiri; serta posisi seorang beriman diantara jama’ah kaum yang beriman yang sama-sama memandang Rasulullah Muhammad s....a.w. sebagai contoh-teladan terbaik.

      Salah satu pengajaran Al-Qur'an di dalam mengetengahkan Rasulullah s.a.w. sebagai teladan akhlak disampaikan dalam rangkaian QS Ali ‘Imran [3]: 132 – 136 berikut ini:

      • Ilmu.

      Di dalam kitab al-Hikam , tercantum dialog dua orang suci berkenaan dengan potongan ayat ini, “… bertaqwalah, Allah akan mengajarimu …” (QS Al Baqarah [2]: 282), sebagai berikut:

      Ahmad bin Hambal bertemu dengan Ahmad bin Abil-Hawari, maka berkata Ahmad bin Hambal: “Ceritakanlah kepada kami apa-apa yang pernah kau dapat dari gurumu Abu Sulaiman.” Menjawab Ibn Hawari: “Bacalah Subhanallah, tetapi tanpa rasa kekaguman. Setelah Ahmad bin Hambal membaca ‘Subhanallah’ berkatalah Ibn Hawari: “Aku mendengar Abu Sulaiman berkata: ‘Apabila jiwa manusia benar-benar berjanji akan meninggalkan semua dosa, niscaya akan terbang ia ke alam malakut, kemudian kembali membawa berbagai ilmu-hikmah tanpa berhajat kepada guru.’”

      Ahmad bin Hambal setelah mendengar keterangan itu langsung bangun berdiri dan duduk kembali ke tempatnya sampai tiga kali, lalu ia berkata: “Belum pernah aku mendengar keterangan serupa ini sejak aku masuk Islam.” Ia sungguh merasa puas dan gembira menerima keterangan itu, kemudian ia membaca hadits: “Man amila bima alima warratsahullahu ilma maa lam ya’lam.” (Barangsipa yang mengamalkan apa-apa dalam ilmunya, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum ia ketahui).

      “Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya agar kamu diberi rahmat.”

      “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan jannah yang luasnya seluas lelangit dan bumi yang disediakan bagi al-Mutaqiin.”

      “Yaitu orang-orang yang menafkahkan dalam lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan marahnya dan memaafkan manusia. Sesungguhnya Allah cinta kepada al-Muhsiniin.”

      Dengan demikian semoga kita dapat memetik hikmah dan mensuri tauladani Sang Baginda Nabi SAW. Aamiin.
      Lihat Selengkapnya
    • Nurassajati Purnama Allam
      Adapun pengertian • Amal.

      Sewaktu seorang beriman berusaha mengejawantahkan keimanannya dalam amal sesuai petunjuk yang diterimanya, pertama-tama ia akan mencermati apa-apa yang ada padanya untuk disyukurinya. Di dalam proses ini, seorang ha...mba yang belajar bersyukur akan menengok kepada mereka yang ditugasi Allah untuk menjadi panutan. Mereka itu lah para Nabi dan para Rasul Allah merupakan teladan bagi manusia—mengingat mereka lah diantara manusia yang paling mengenal-Nya—karenanya yang paling mampu mewartakan tentang Allah.

      Mereka memberikan pengajaran kepada manusia dengan menjadi teladan dalam berbagai persoalan, termasuk pula persoalan ini. Salah satunya terliput dalam satu nasihat Nabi Allah Isa a.s yang mengajari para muridnya tentang perlunya ‘menguji pikiran seperti menguji mata-uang.’ Petikan dari ajaran Beliau a.s. dikutip di sini: “Maka sudah barang tentu lebih wajib atasmu untuk tidak membiarkan syaithan itu memasuki hatimu atau meletakkan fikiran-fikiran di dalamnya.

      Karena Allah telah mengkaruniakan hatimu itu untuk kamu pelihara, dan ia tempat bersemayam-Nya. Jika demikian, maka harus kamu perhatikan bagaimana seorang penukar-uang meneliti mata-uang, apakah gambar Kaisar itu betul, apakah uang itu dari perak murni atau lancung, dan apakah ia dari ukuran yang biasa atau tidak. Dari itu ia banyak membolak-balikkan uang itu di tangannya. …

      Sesungguhnya perak yang murni di bidang pikiran hanyalah taqwa, karena tiap pikiran yang sunyi dari taqwa itu datangnya dari setan. Ada pun gambar yang benar (pada mata-uang) hanyalah suri-teladan dari orang-orang suci dan para nabi yang wajib kita mengikutinya. Dan timbangan di bidang pikiran adalah kecintaan kepada Allah, yang segala sesuatu itu harus dikerjakan sesuai dengannya.”

      Demikianlah sedikit ulasan yg dapat aku sampaikan di pagi hari ini dan taklupa akupun mengucapkan selamat menjalankan aktifitas semoga kesejahteraan senantiasa menyertai kita semua Aamiin... Wssalam.
      Lihat Selengkapnya
    • Ingsun Thorro salam saudaraku karena AMALMU itulah yg bisa membantu saja di akherat nanti ,.....................salam mulia selalu
    • Kang Usep Terimakasih pak Nur, pencerahannya..walaupun saya telat membacanya.....
    • Ajeng Naraisya emm..
      allahummasholli'ala sayyidina muhammadin wa'ala alihi washahbiri wabarik wasallim..
    • Nurassajati Purnama Allam Insya Allah Aamiin Aamiin Ya Robbal alamiin, semoga saja Allah senantiasa merahmati kita semua Aamiin...Wassalam

Tujuh Golongan Yang Dinaungi Allah

Bismillah....Alhamdulillah....Ya Qodir Syafa'ati Nabi Muhammad 'Alaina Aamin...Ya Allah Aamin...

Assalamu'alaikum warohmatullah wabarokatuh..

KARENA ALLAH :

Dari Abu Hurairah r.a., ''Saya mendengar Rasulullah salaullahu alaihi wasalam. bersabda, 'Ada tujuh golongan yang dinaungi Allah ketika tidak ada naungan selain naungan-Nya;

(1) Pemimpin yang adil, (2) Pemuda yang rajin beribadah kepada Allah, (3) Laki-laki yang hatinya bergantung pada masjid-masjid, (4) Dua orang lelaki yang saling mencintai semata-mata karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah karena Allah, (5) Laki-laki yang digoda oleh wanita bangsawan lagi cantik, lalu ia berkata, 'Sesungguhnya aku takut kepada Allah.' (6) Laki-laki yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya, (7) Laki-laki yang mengingat Allah bersunyi diri hingga berlinangan air mata.''
(Bukhari, Muslim).

Berlingan air mata dalam hadits ini maksudnya adalah menangis karena mengingat keburukan karena dosa-dosanya. Dapat juga bermaksut menangis karena terharu, lalu tanpa sengaja meneteskan air mata.
Tsabit Banani rah.a. meriwayatkan bahwa seorang syaikh berkata, ''Aku mengetahui doa manakah yang diterima oleh Allah.'' Orang-orang bertanya, ''Bagaimana engkau dapat mengetahuinya?'' Jawabnya, ''Jika bulu roma orang yang berdoa itu berdiri, dan hati merasa takut, sehingga air mata keluar, itulah doa yang dikabulkan,''

Termasuk tujuh gollonga di dalam hadits di atas adalah orang yang mengingat Allah dengan bersunyi diri hingga berlinangan air mata. Ia berdzikir sendiri sambil menangis. Ada dua kelebihan dalam hal ini, dan keduanya dalam tingkat yang tinggi:

1. Iklas, yakni dalam keadaan bersunyi diri ia tetap sibuk berdzikir kepada Allah swt..

2. Takut kepada Allah swt. atau terharu sehingga menangis di hadapan-Nya, karena rasa haru dan takut yang sempurna.
Seorang penya'ir berkata :
Pekerjaan kami ialah menangis pada malam hari, mengingat kekasih kami,
sehingga kantuk kami terkalahkan oleh mengingat-Nya.

Sedangkan kata-kata 'laki-laki yang mengingat Allah dengan bersunyi diri', alim ulama berpendapat bahwa kata 'bersunyi diri' disini memiliki dua pengertian, yaitu:

a) Pengertian umum, yaitu benar-benar sendirian, sepi dari orang-orang.
Penafsiran itulah yang bisanya digunakan.

b) Pengertian khusus, yaitu kosong dari segala pikiran selain Allah swt..
Inilah arti 'bersunyi diri' yang sebenarnya.

Selanjutnya dikatakan, barang siapa yang memiliki kedua sifat ini, sesungguhnya ia telah sampai pada derajat yang sempurna. Namun, jika seseorang beberada dalam suatu majelis dan ia dapat menyingkirkan segala pikiran selain Allah swt. dan ia berdzikir hingga menangis, maka ia termasuk orang-orang yang sempurna derajatnya. Ketika sendirian ataupun dalam keramaian, baginya sama saja. Jika di dalam hatinya tidak ada pikiran selain Allah swt., walaupun ia berada dalam majelis yang ramai, ia tidak akan terganggu konsentrasinya. Mengingat Allah swt. dengan rasa takut hingga mengeluarkan air mata merupakan kekayaan dan karunia yang tidak ternilai harganya.

Betapa beruntung dan betap berbahagia orang yang telah diberi oleh Allah swt. karunia seperti itu. Sebuah hadits menyatakan, ''Barangsiapa menangis karena takut kepada Allah, maka api nerak haram baginya ( ia tidak akan masuk dalam api neraka ) sehingga air susu kembali ke dalam puting susu.'' Artinya, sebagaimana air susu mustahil kembali masuk kedalam puting susu, maka mustahil pula ia masuk ke neraka.
Disebutkan dalam hadis lain, ''Barangsiapa menangis karena takut kepada Allah, sehingga air matanya menetes ke bumi, maka ia tidak akan disiksa pada hari kiamat.'

Sebuah hadits meriwayatkan, ''Dua mata yang haram masuk neraka: (1) Mata yang menangis karena takut kepada Allah, (2) Mata yang digunakan untuk berjaga malam dari serangan orang-orang kafir.'' Disebutkan dalam sabda beliao yang lain, ''Neraka diharamkan bagi mata yang pernah menangis karena takut kepada Allah, mata yang digunakan untuk berjaga dijalan Allah, mata yang ditahan untuk tidak melihat hal-hal yang dilarang ( oleh agama ), dan mata yang hilang dijalan Allah.'' Sebuah riwayat menyebutkan bahwa orang yang berdzikir sendirian adalah seperti orang yang bertempur sendirian melawan musuh (orang-orang kafir).''

Saya akiri dari saya, bila ada kata-kata / ketikan yang salah atw kajian di atas kurang lurus, q minta maaf yang sebesar-besarnya, dan mohon diluruskan dan sling berbagi, ana berbagi gak ada tujuan lain kecuali beribadah dan menyambung silaturokhim sekaligus belajar dari sodara/ri sekalian.

Salam ukuwah.....

Senin, 14 Februari 2011

Dalam Rangka Mengenang Dan Menyambut ." Maulid Nabi SAW. Marilah kita mempertebal Aqidah.bag (1)

oleh Nurassajati Purnama Allam pada 14 Februari 2011 jam 22:35

Assalamu allaikum wr wb.
Bissmillahirrahmanirrahim.

Ya nabi salam 'alaika. Ya rosul salam 'alaika. Ya habib salam 'alaika. Sholawatulloh 'alaika.
Asyroqol badru 'alaina. Fakhtafat minhul buduuru. Mitsla husnik maa ro-aena. Khothu yaa wajhas suruuri.
Anta syamsyun anta badrun. Anta nuurun fauqo... nuuri. Anta iksiiru wa gholi. Anta misbaahus shuduuri.
Ya habibi ya Muhammad, yaa 'aruusal khofiqoini. Yaa muayyad, yaa mumajjad. Yaa imamal qiblataini.
Marhaban yaa nurul 'aini,, marhaban yaa jaddal husaini.
Sholallohu 'ala Muhammad,, sholalloh 'alaihi wasalim...
 Saudaraku dalam rangka menyambut Maulid Sang Baginda Nabi SAW. Marilah kita mempertebal Aqidah

Saudaraku." Inilah Pilar Agamamu: Rukun dan Makna Islam

Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita mengetahui dengan baik agama kita. Karena dengan Islamlah seseorang bisa meraih kebahagiaan yang hakiki dan sejati. Sebuah kebahagiaan yang tidak akan usang di telan waktu dan tidak akan pernah hilang di manapun kita berada. Sebuah kebahagiaan yang sangat mahal harganya yang tidak dapat diukur dengan materi dunia sebesar apapun. Oleh karena itu sudah selayaknya bagi kita untuk mempelajari Islam, terlebih lagi bagian inti dari Islam yang menjadi pilar agama ini sehingga kebahagiaan pun bisa kita raih.

Inilah Pilar Itu
Rosul kita yang mulia telah memberitahu kepada kita seluruh perkara yang bisa mengantarkan kita pada kebahagiaan yang hakiki dan abadi yaitu surga Allah subhanahu wa ta’ala dan beliau juga telah memperingatkan kita dari seluruh perkara yang dapat menjerumuskan kita pada kehancuran dan kebinasaan yang abadi yaitu azab neraka yang sangat pedih yang Allah sediakan bagi orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya. Demikianlah kasih sayang Rosul kita kepada umatnya bahkan melebihi kasih sayang seorang ibu pada anaknya.

لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At Taubah: 128)

Rosul kita telah memberi tahu pada kita tentang pilar agama Islam yang mulia ini. Beliau bersabda yang artinya, “Islam ini dibangun di atas lima perkara: (1) Persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, (2) mendirikan sholat, (3) menunaikan zakat, (4) pergi haji ke baitullah, dan (5) berpuasa pada bulan Romadhon.” (HR. Bukhari Muslim)

Demikian pula ketika menjawab pertanyaan malaikat Jibril yang bertanya kepada beliau, “Wahai Muhammad! Beri tahukan kepadaku tentang Islam?” Kemudian beliau menjawab, “Islam adalah Engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, kemudian Engkau mendirikan sholat, kemudian Engkau menunaikan zakat, kemudian Engkau berpuasa pada bulan Ramadhon, kemudian Engkau menunaikan haji jika mampu.” Kemudian ketika beliau kembali ditanya oleh malaikat Jibril, “Wahai Muhammad! Beri tahukan kepada ku tentang Iman?” Kemudian beliau menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, utusan-Nya, hari akhir dan Engkau beriman pada takdir Allah yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim)

Demikianlah Rosul kita memberikan pengertian kepada umatnya tentang Islam, apa itu Islam yang seharusnya kita jalankan? Dan bagaimana seorang menjalankan Islam? Dalam hadits tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa Islam adalah perkara-perkara agama yang lahiriah sedangkan iman adalah perkara-perkara yang terkait dengan hati. Sehingga jika digabungkan istilah Iman dan Islam maka hal ini menunjukkan hakikat agama Islam yaitu mengerjakan amalan-amalan lahir yang dilandasi keimanan.

Jika ada orang yang mengerjakan amalan-amalan Islam namun perbuatan tersebut tidak dilandasi dengan keimanan, maka inilah yang disebut dengan munafik. Sedangkan jika ada orang yang mengaku beriman namun ia tidak mengamalkan perintah Allah dan Rasulnya maka inilah yang disebut dengan orang yang durhaka.
Berdasarkan hadits tersebut sekarang kita tahu bahwa agama Islam ini dibangun di atas lima pilar:
  1. Persaksian tentang dua kalimat syahadat bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
  2. Menegakkan sholat.
  3. Menunaikan zakat.
  4. Berpuasa pada bulan Romadhon.
  5. Pergi haji ke tanah suci jika mampu.
Dan kelima hal inilah yang disebut dengan Rukun Islam yang merupakan pilar utama tegaknya agama Islam ini. Barang siapa yang mengerjakan kelima pilar ini, maka ia berhak mendapatkan janji Allah subhanahu wa ta’ala berupa surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan.

Makna Islam
Jika kita mendengar kata Islam, maka ada dua pengertian yang dapat kita ambil. Pengertian islam yang pertama adalah Islam secara umum yang memiliki makna: Berserah diri kepada Allah dengan tauhid dan tunduk serta patuh pada Allah dengan menjalankan ketaatan kepadanya dan berlepas diri dari perbuatan menyekutukan Allah (syirik) dan berlepas diri dari orang-orang yang menyekutukan Allah (musyrik). Islam dengan makna yang umum ini adalah agama seluruh Nabi Rosul semenjak nabi Adam ‘alaihi salam. Sehingga jika ditanyakan, apa agama nabi Adam, Nuh, Musa, Isa nabi dan Rosul lainnya?

Maka jawabannya bahwa agama mereka adalah Islam dengan makna Islam secara umum sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Demikian juga agama para pengikut Nabi dan Rasul sebelum nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Islam dengan pengertian di atas, pengikut para Nabi dan Rasul terdahulu berserah diri pada Alah dengan tauhid, tunduk dan patuh kepada-Nya dengan mengerjakan amal ketaatan sesuai dengan syariat yang dibawa oleh nabi dan Rasul yang mereka ikuti serta berlepas diri dari kesyirikan dan orang-orang yang berbuat syirik.

Agama pengikut nabi Nuh adalah Islam, agama pengikut nabi Musa pada zaman beliau adalah Islam, agama pengikut nabi Isa pada zaman beliau adalah Islam dan demikian pula agama pengikut nabi Muhammad pada zaman ini adalah Islam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيّاً وَلاَ نَصْرَانِيّاً وَلَكِن كَانَ حَنِيفاً مُّسْلِماً وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” (QS. Ali Imran: 67)
Allah juga berfirman,

هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمينَ مِن قَبْلُ

“Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu.” (QS. Al Hajj: 78)
Sedangkan pengertian yang kedua adalah makna Islam secara khusus yaitu: Agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang mencakup di dalamnya syariat dan seluruh ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan inilah makna Islam secara mutlak, artinya jika disebutkan “Agama Islam” tanpa embel-embel macam-macam, maka yang dimaksud dengan “Agama Islam” tersebut adalah agama Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sehingga orang-orang yang masih mengikuti ajaran nabi Nuh, nabi Musa atau ajaran nabi Isa setelah diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka orang ini tidaklah disebut sebagai seorang muslim yang beragama Islam. Di samping itu, ada pengertian Islam secara bahasa yaitu Istislam yang berarti berserah diri.

Insya Allah bersambung

    • Nurassajati Purnama Allam Dengan demikian maka sudah sepatutnya apabila kita mencintai Baginda Nabi SAW. yang jelas-jelas sudah sedemikian menyayangi kita sebagai umatnya. Maka dengan dalih apaun tak pantaslah jika kita yang mengaku umatnya, tetapi tidak mencintainya. Wassalam.


    • Yudhi Angga sayangnya pak ko bnyk org yg mengatakan sesat pd kita yg memperingati maulid, kita ini memuliakan rosululloh ko di bilang sesat ^_^


      Nurassajati Purnama Allam Dalam hal ini kita takperlu mendikte orang lain biarkanlah mungkin mereka tidak sepaham atau mungkin belum mendapatkan hidayyah karena hidayah hanya Milik Allah sementara kewajiban kita hanya mengingatkannya, Salam.
      sekitar sejam yang lalu ·


    • Yudhi Angga betul pak ^_^ ,,
      allohumma sholli wa sallim wa barik alaih.

      18 menit yang lalu ·

    • Aqillah Aziz Ya nabi salam 'alaika. Ya rosul salam 'alaika. Ya habib salam 'alaika. Sholawatulloh 'alaika,allohumma sholli wa sallim wa barik alaih...izin share ya ayahanda....syukron

    • Nurassajati Purnama Allam Silahkan Ananda, salam.

Dalam Rangka Mengenang Dan Menyambut Maulid." Nabi SAW. Marilah Kita Pertebal Aqidah kita.,bag (2)

oleh Nurassajati Purnama Allam pada 15 Februari 2011 jam 4:11

Assalamuallaikum wr. wb.
Bissmillahirrahmanirrahim.

Ya nabi salam 'alaika. Ya rosul salam 'alaika. Ya habib salam 'alaika. Sholawatulloh 'alaika.
Asyroqol badru 'alaina. Fakhtafat minhul buduuru. Mitsla husnik maa ro-aena. Khothu yaa wajhas suruuri.
Anta syamsyun anta badrun. Anta nuurun fauqo... nuuri. Anta iksiiru wa gholi. Anta misbaahus shuduuri.
Ya habibi ya Muhammad, yaa 'aruusal khofiqoini. Yaa muayyad, yaa mumajjad. Yaa imamal qiblataini.
Marhaban yaa nurul 'aini,, marhaban yaa jaddal husaini.
Sholallohu 'ala Muhammad,, sholalloh 'alaihi wasalim.
 Saudaraku dalam rangka mengenang Maulid Sang Baginda Nabi SAW. Marilah kita pertebal Aqidah kita.  Dan Inilah Pilar Agamamu: Penjelasan Ringkas Rukun Islam,-bag (2) 

Pilar Islam Pertama: Dua Kalimat Syahadat
Inilah pilar Islam yang pertama dan utama yaitu persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah subhanahu wa ta’ala dan persaksian bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Tanpa adanya pilar ini, maka tidak ada bangunan Islam dari diri seseorang. Demikian pula jika pilar ini hancur, maka akan ikut hancur pula bangunan Islam dari diri seseorang. Oleh karena itu sudah seharusnya seorang muslim memperhatikan dan senantiasa memelihara hal yang satu ini dalam seluruh waktu dan kehidupannya.

Persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah subhanahu wa ta’ala dan persaksian bahwa Muhammad adalah utusan Allah tidak cukup hanya sekedar di lisan saja, namun lebih dari itu, seorang yang bersaksi haruslah mengetahui dan meyakini hal yang dia saksikan serta mengamalkan konsekuensi kesaksiannya tersebut. Jika ada seorang saksi yang berbicara dengan lisannya bahwa dia telah melihat sesuatu namun ternyata hal tersebut tidaklah benar alias dia hanya berbohong maka saksi seperti ini disebut saksi palsu.

Demikian juga, jika ada orang yang mengucapkan kedua kalimat syahadat dengan lisannya, namun ternyata hatinya tidak meyakininya, maka orang ini adalah seorang pendusta. Allah subhanahu wa ta’ala menyebutnya sebagai orang munafik ketika mereka mengatakan bahwa mereka bersaksi bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah, namun Allah mendustakan persaksian palsu mereka yang tidak muncul keyakinan tersebut. Allah berfirman:

إِذَا جَاءكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ

“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” (QS. Al Munafiquun: 1)
Kalimat yang pertama dari dua kalimat syahadat ini, yaitu kalimat Laa Ilaha Illallah bukanlah kalimat yang ringan dan sepele. Ada makna yang sangat dalam dan konsekuensi yang sangat besar di balik kedua kalimat ini. Bahkan Allah pun menjadi saksi kalimat Laa Ilaha Illallah ini. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

شَهِدَ اللّهُ أَنَّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَأُوْلُواْ الْعِلْمِ قَآئِمَاً بِالْقِسْطِ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Allah menyaksikan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 18)
Kalimat Laa Ilaha Ilallah, sebagaimana penjelasan para ulama, memiliki makna:

لَا مَعْبُوْدَ حَقٌ إِلَا اللهُ

“Tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain Allah”
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

“Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al Hajj: 62)

Dari makna ini kita mengetahui adanya sesembahan selain Allah subhanahu wa ta’ala yang disembah oleh manusia seperti kuburan, pohon, para Nabi, malaikat, orang shalih dan lain sebagainya. Namun sesembahan tersebut pada hakikatnya tidak berhak sama sekali untuk disembah dan diibadahi karena yang berhak disembah dan diibadahi hanyalah Allah subhanahu wa ta’ala.

فَمَا أَغْنَتْ عَنْهُمْ آلِهَتُهُمُ الَّتِي يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ مِن شَيْءٍ لِّمَّا جَاء أَمْرُ رَبِّكَ وَمَا زَادُوهُمْ غَيْرَ تَتْبِيبٍ

“Karena itu tiadalah bermanfaat sedikit pun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka.” (QS. Huud: 101)

Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa orang-orang musyrik memiliki sesembahan selain Allah. Namun sesembahan itu sama sekali tidak dapat memberikan manfaat pada mereka ketika datang azab Allah.

Oleh karena itu, sungguh suatu fenomena yang sangat menyedihkan sekali ketika kita melihat ada seorang muslim yang sudah mengucapkan kedua kalimat syahadat, namun dia masih melakukan berbagai macam bentuk peribadatan kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala baik itu kepada orang shalih, kuburan, jin penunggu dan lain sebagainya. Di antara penyebab terjadinya hal ini adalah ketidaktahuan terhadap agama Islam yang menimpa banyak kaum muslimin di zaman ini. Terlebih lagi tidak tahu terhadap tauhid yang merupakan inti dari agama Islam.

Dalam kalimat لا اله إلا الله terkandung dua aspek yang sangat penting. Yang pertama yaitu aspek peniadaan/negasi, hal ini tercermin pada kata-kata لا اله (Tidak ada sesembahan yang berhak disembah) yang berarti meniadakan dan segala macam bentuk peribadatan pada selain Allah, apapun bentuknya. Para ulama mengistilahkan aspek pertama ini dengan istilah An Nafyu (النفي). Sedangkan aspek yang kedua yaitu aspek penetapan, hal ini tercermin pada kata-kata إلا الله (kecuali Allah) yang berarti menetapkan bahwa seluruh macam bentuk peribadatan hanyalah untuk Allah semata.

Para ulama mengistilahkan aspek pertama ini dengan istilah Al Itsbat (الإثبات).

Kedua aspek ini sangatlah penting untuk dipahami dengan benar oleh seorang muslim yang ingin merealisasikan dua kalimat syahadat ini. Karena, jika seorang muslim salah dalam memahaminya, maka ia akan salah pula dalam merealisasikannya. Contohnya bisa kita lihat pada orang-orang yang sekarang disebut dengan JIL (Jaringan Islam Liberal), sebagian mereka (baca: Nurcholis Madjid jazaahullahu bimaa yastahiq) menafsirkan dan memaknai kalimat Tauhid dengan makna “tidak ada tuhan (dengan t kecil) kecuali Tuhan (dengan T besar)”. Dengan tafsiran yang salah ini, mereka menyamakan seluruh Tuhan yang ada yang disembah manusia. Ujung kesimpulan mereka, mereka mengatakan bahwa Tuhan seluruh agama adalah satu hanya berbeda-beda dalam penyebutannya. Semoga Allah membinasakan orang-orang seperti ini dan menjauhkan kaum muslimin dari pemikiran seperti ini.

Kedua aspek ini pulalah yang telah dipahami oleh Nabi Ibrahim ‘alaihi salam Imam orang-orang yang bertauhid, bapaknya para Nabi dan Rasul. Allah berfirman ketika menceritakan perkataan Ibrahim ‘alaihi salam,

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاء مِّمَّا تَعْبُدُونَ إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Sesungguhnya aku berlepas diri terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.” Dan lbrahim menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.” (QS. Az Zukhruf: 26-28)

Nabi Ibrahim ‘alaihi salam, menafikan seluruh sesembahan yang disembah oleh kaumnya dengan mengatakan bahwa beliau berlepas diri dari hal tersebut. Kemudian beliau menetapkan bahwa peribadatan beliau hanyalah kepada Tuhan yang telah menciptakan beliau yaitu Allah subhanahu wa ta’ala. Kemudian beliau menjadikan kalimat لا اله إلا الله tersebut kekal untuk keturunannya.

Kemudian bagian kedua dari dua kalimat syahadat ini yaitu persaksian bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Allah subhanahu wa ta’ala telah menegaskan bahwa telah ada seorang Rasul di antara manusia ini yang Allah utus, dan dialah Nabi kita, teladan kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah ‘azza wa jalla berfirman,

لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At Taubah: 128)

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman,

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al Jumuah: 2)
Makna kalimat kedua ini adalah yang meyakini bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi wahyu oleh Allah dan meyakini beliau adalah benar-benar utusan Allah, serta beliau adalah penutup para Nabi (Syarah Arba’in An Nawawiyah Syaikh Shalih Alu Syaikh: hadits kedua).

Oleh karena itu, barang siapa yang berkeyakinan bahwa beliau tidaklah diberi wahyu oleh Allah subhanahu wa ta’ala maka persaksiannya tidaklah sah. Hal ini banyak kita saksikan di zaman sekarang, ada orang-orang yang meragukan agama Islam. Mereka mengatakan bahwa Al Quran dan Hadits hanyalah konsep yang disusun oleh Muhammad dan bukan wahyu yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala yang kemudian konsep tersebut dijalankan oleh para sahabatnya, wal’iyadzubillah.

Barang siapa yang meyakini bahwa beliau tidaklah diutus untuk menyampaikan sesuatu yang telah diperintahkan kepada beliau, maka persaksiannya tidaklah sah. Demikian juga barang siapa yang menganggap adanya Rasul dan utusan Allah setelah Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka persaksiannya tersebut tidaklah sah. Sebagaimana diklaim oleh sebagian orang yang mengatakan bahwa ada di antara kelompoknya yang menjadi Nabi seperti Mirza Ghulam Ahmad (jazaahullahu bimaa yastahiq) atau Nabi-nabi kelas lokal seperti Lia Aminuddin (kafaanallahu ‘an syarrihaa) dan lain sebagainya.

Persaksian bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah memiliki konsekuensi yaitu taat terhadap perintah beliau, membenarkan berita yang beliau bawa, dan menjauhi seluruh larangan beliau dan kita beribadah kepada Allah hanya dengan syariat yang beliau bawa. Syaikh Nu’man bin Abdul Kariim Al Watr berkata dalam Taisir Wushul, “Taat dengan perintah beliau yaitu menaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau memerintahkan kita. Karena taat pada beliau adalah taat pada Allah dan karena perkataan beliau tidak berasal dari hawa nafsu dan Rasulullah hanya memerintahkan kita dengan hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan agama kita. Membenarkan berita yang beliau bawa karena beliau adalah orang yang jujur dan dibenarkan dan karena perkataan beliau tidak berasal dari hawa nafsu dan merupakan konsekuensi beriman bahwa beliau adalah benar-benar Rasulullah adalah membenarkan perkataan beliau. Menjauhi seluruh larangan beliau karena perkataan beliau tidak berasal dari hawa nafsu dan beliau hanya melarang kita dari hal yang tidak bermanfaat bagi dunia dan agama kita. Beribadah kepada Allah hanya dengan syariat yang beliau bawa karena orang yang beribadah pada Allah dengan syariat selain beliau maka dia telah melakukan bid’ah. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Barang siapa yang beramal dengan amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim)” (Taisir Wushul hal: 73).

Dengan demikian maka sudah sewajarnya apabila kita memuliakan Beliau iaitu Sang Baginda Nabi Salallahu allaihi wassalam sebagai Rasul, panutan kita yang telah banyak berjasa serta menuntun kita kearah yang benar yakni agama Islam yang diridhai. Oleh Allah Subhanahu Wata'alla sehingga kita dapat mencapai kejalan yg selamat dan mencapai kemenangan. ( Insya Allah bersambung.)

    • Aqillah Aziz Ya nabi salam 'alaika. Ya rosul salam 'alaika. Ya habib salam 'alaika. Sholawatulloh 'alaika.